EXTRA CHAPTER

980 143 7
                                    

Setelah acara lamaran mendadak yang di lakukan oleh Taeyong, keesokan harinya ia tidak tahu harus melakukan apa karena Taeyong terus-menerus mengatakan bahwa mereka akan menikah kepada semua orang pelanggan yang datang.

"Kita mau nikah, jangan lupa datang, ya," seru Taeyong tanpa memperdulikan raut wajah Jisoo yang menahan malu.

Jisoo berusaha menutup wajahnya yang memerah karena malu dengan ucapan Taeyong yang dari tadi berhenti memberitahu siapa saja yang masuk ke dalam kafe. Bukan hanya Jisoo yang malu, sahabat mereka juga terlihat malu dan berusaha untuk menetralkan wajah mereka yang ingin menahan tawa.

"Jangan di bilangin ke semua orang dong, Taeyong!" seru Jisoo yang mendekati Taeyong untuk menjitak kepalanya.

Taeyong tersenyum lebar dan berkata, "Aku 'kan bangga bisa nikah sama kamu. Masa kamu ga bangga sama aku?"

"Ya ~ aku bangga, tapi ga gini juga." Jisoo menghela napas, ia pun melanjutkan ucapannya. "Jangan bikin malu dong, Taeyong."

Taeyong menganggukkan kepalanya, "Engga apa-apa, soalnya nanti kamu bisa lebih malu lagi pas sudah nikah sama aku. Aku bakalan pamer dan sombong ke semua orang kalau kamu itu istri aku."

"Ya Tuhan..." lirih Jisoo.

Dengan meminum bubble tea-nya, Taeyong tersenyum lebar dan mengelus rambut Jisoo. Taeyong sangat bahagia melihat Jisoo yang dulunya sangat susah untuk di gapai akhirnya bisa ia gapai.

Jisoo membalas senyuman Taeyong. Karena Taeyong, Jisoo menyukai minuman manis. Karena Taeyong, ia tahu arti kehilangan sesungguhnya. Dan karena Taeyong, akhirnya ia berani melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

"Aku dulu ga pernah berpikir kalau bisa nikah sama kamu, Jisoo." Taeyong menghela napas. "Kamunya benci mulu sama aku, ya walaupun sekarang cinta banget sama aku."

Jisoo tertawa. Ia merapikan rambut Taeyong dan berkata, "Tapi, sekarang 'kan mau nikah."

Taeyong tertawa, ia menganggukkan kepala Jisoo dan menyetujui ucapan Jisoo. Benar adanya, perjuangan seseorang akhir berakhir manis jika mereka memang tulus untuk berjuang. Seperti kisah Jisoo dan Taeyong.

Begitu juga dengan benci dan cinta.

"Hehe.. bentar lagi kita nikah," ujar Taeyong dengan kekehannya, "akhirnya bisa naik pesawat bareng istri. Hehe."

Terlihat sangat lucu dengan ekspresi wajah Taeyong yang terkekeh layaknya seorang anak kecil yang baru saja mendapati permen karet sebagai hadiah. Jisoo menghela napas, suami idamannya sangat berbeda dengan Taeyong.

Suami idaman yang di inginkan oleh Jisoo memang seperti Ian, tapi ia justru lebih bahagia karena mendapatkan suami lebih idaman dari seorang Lee Taeyong.

Kehidupan Jisoo akan bertambah heboh, humor, dan hal-hal aneh lainnya karena dirinya bukan sendiri lagi, tapi bersama dengan seseorang yang akan terus menyapanya dan memberinya senyuman lebar sambil memanggilnya namanya dengan lembut.

"Jisoo, aku bahagia."

Jisoo tersenyum lembut, pria tampan yang ada di hadapannya ini tak berhenti mengatakan ia bahagia dan terus-menerus tersenyum seperti orang bodoh sambil meminum bubble tea buatannya.

Dulu, Jisoo pikir kehidupannya akan lebih berantakan ketika Taeyong berusaha memasuki hidupnya. Dulu juga, Jisoo selalu membenci ucapan Taeyong yang selalu benar tentang dirinya.

Tapi, untuk sekarang ... tanpa Taeyong, Jisoo tidak akan mengerti arti pertemuan, kehilangan, dan cinta terakhir.

Tentu saja dengan bangga Jisoo tersenyum manis ke arah Taeyong dan menatapnya, sambil berkata, "Aku juga bahagia, Taeyong."


Finally happy ending🙏🏻💚

benci ❝✔❞ ; taesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang