8

602 122 5
                                    

Taeyong tidak tahu kenapa Jisoo sangat membencinya. Dan Jisoo pun tidak memberitahunya tentang alasan itu.

Tentu saja Taeyong bingung.

Taeyong juga tidak tahu kesalahannya apa sampai-sampai Jisoo membencinya.

Jika memang membencinya, kenapa Jisoo datang ke apartment-nya dan merawat dirinya yang sedang sakit?

"Jisoo?" panggil Taeyong pelan.

Jisoo membalikkan badannya dan terkejut melihat Taeyong yang keluar dari kamarnya. Jisoo bergegas mematikan kompor dan berlari menghampiri Taeyong.

"Ngapain bangun!?" pekik Jisoo kesal.

"Maaf," sesal Taeyong.

Jisoo membantu Taeyong berjalan menuju sofa di ruang tengah dan duduk di samping Taeyong. Ia menaruh tangannya di dahi Taeyong dan menatapnya serius.

"Masih panas.. bentar, gue buatin bubur untuk lo makan." Jisoo berujar.

Jisoo bangkit dari tempat duduknya dan bergegas mengambil bubur yang ia buat untuk Taeyong. Terlihat dari raut wajah Jisoo jika ia khawatir dengan Taeyong.

"Kok kamu bisa ke sini?" tanya Taeyong. "Kamu juga kenapa bisa masuk ke sini?"

Jisoo berdecak kesal, "Semua password yang lo buat 'kan selalu lo kasih tahu ke gue, bahkan lo tarok sendiri di note hape gue."

Taeyong terdiam, benar ucapan Jisoo.

"Makan dulu buburnya, sini gue suapin." Jisoo duduk di samping Taeyong dan meniup pelan bubur yang hendak ia suapi ke Taeyong.

Taeyong hanya diam dan menuruti perlakuan Jisoo kepadanya. Ia tidak bisa berpikir karena kepalanya sangat pusing dan badannya sangat lelah.

"Jisoo, aku capek," lirih Taeyong.

Jisoo terlihat panik, ia menaruh mangkok itu dan menatap Taeyong, "Mau balik ke kamar atau gimana? Minum obat dulu, ya?"

Taeyong menggelengkan kepalanya, "Bukan itu."

"Jadi apa?" tanya Jisoo bingung.

Taeyong menatap Jisoo dan menjawab, "Hatiku. Hatiku lelah, Jisoo."

Jisoo terdiam.

"Aku tahu kamu benci samaku, tapi bukan berarti benci bisa secemas ini samaku yang lagi sakit, 'kan?" tanya Taeyong lirih. Suaranya sangat serak dan purau. Terdengar sangat menyakitkan saat ia mengatakan itu.

Tak ada jawaban dari Jisoo. Jisoo hanya mematung dan diam menatap Taeyong.

Taeyong menutup matanya dan menghela napas, "Jangan kasih aku harapan, kalau kamu akhirnya tetap membenci dan nyuruh aku untuk nyerah, Jisoo."

"Taeyong..." panggil Jisoo lirih.

"Tetap benci aku dan jangan berikan aku perlakuan khusus seperti ini, Jisoo. Jangan bikin aku bimbang dengan semua yang kamu lakukan kepadaku." Taeyong menatap Jisoo sedih. "Kamu bisa luapkan semua amarahmu, emosimu dan berikan semua yang ingin kamu lakukan kepadaku. Aku baik-baik saja, tapi tolong jangan kasih aku harapan untuk mempercayai jika kamu juga punya perasaan yang sama kepadaku."

Jisoo terdiam. Baru kali inilah ia melihat Taeyong terpuruk. Ya, baru kali inilah ia melihat Taeyong yang sedih.

"Aku ga perlu jawaban yang sama ataupun berbeda, aku hanya ingin kamu jadi sosok Kim Jisoo yang selama ini aku kenal," lanjut Taeyong.

Jisoo menatap Taeyong dan tetap dalam diamnya ia tidak tahu apa yang ingin ia lakukan.

"Karena pada akhirnya, kamu akan tetap kembali ke masa lalumu, 'kan?" tanya Taeyong dengan senyumannya. "Yang terpenting adalah dia kembali ... ya, kembali mencarimu."

Jisoo terdiam. Memang benar masa lalu Jisoo datang kembali, tapi entah mengapa, ia tidak terima dengan ucapan Taeyong. Ia hanya tidak ingin semuanya berhenti secara tiba-tiba.

"Game over." Taeyong tersenyum. "Terima kasih untuk waktu yang kamu berikan kepadaku. Selamat karena bisa berjumpa lagi dengan masa lalumu, Kim Jisoo."

"Berhenti. Gue benci!" seru Jisoo kesal. "Berhenti!"

Taeyong menganggukkan kepalanya, "Ya, aku berhenti. Seperti yang kamu mau, 'kan?"

Jisoo menggelengkan kepalanya dan menatap Taeyong sedih, "Bukan.. bukan itu.. Taeyong..."

Kebiasaan Taeyong selalu sama, ia akan mengelus rambut Jisoo lembut dan tersenyum manis. "Hei, aku ga apa-apa. Aku baik-baik saja. Kamu bilang, kamu stuck di masa lalu, 'kan? Ini waktunya kamu untuk ketemu dengan masa lalu kamu, Jisoo."

"Taeyong... bukan gitu..." lirih Jisoo. "Jangan.." Jisoo menggelengkan kepalanya berulang kali.

Taeyong masih dengan senyuman manisnya, ia tetap mengelus rambut Jisoo. Tangan sebelahnya lagi mengelus pipi Jisoo pelan, "It's okay, Kim Jisoo."

"Lo pergi ya dari hidup gue?" tanya Jisoo pelan.

Taeyong menggelengkan kepalanya, "Engga. Tugasku sudah selesai untuk ngejaga kamu. Karena sekarang tugas yang ngejaga kamu bukan aku, tapi dia."

Jisoo menggelengkan kepalanya berulang kali, ia menatap Taeyong sedih, matanya memerah dan berkata, "Ga. Gue ga mau!"

"Maaf." Taeyong menyesal. "Jisoo, please don't cry..."

"Jangan pergi, Taeyong..." pinta Jisoo. "Jangan pergi."

Jujur saja, Taeyong juga tidak ingin pergi dari hidup Jisoo. Tapi, tugasnya menjaga Jisoo sudah berakhir. Seseorang dari masa lalu Jisoo sudah kembali dan tugasnya telah selesai.

Taeyong menghela napas dan meraih Jisoo dalam pelukannya. Ia mengelus pelan punggung dan rambut Jisoo. Taeyong tidak ingin Jisoo menangis, tapi entah mengapa ia yang menangis.

"Good bye, Kim Jisoo."

Untuk pertama kalinya, akhirnya Jisoo menangis di pelukan Taeyong. Ia sangat membenci Taeyong. Sangat membencinya ... sampai-sampai tidak rela dengan perpisahan ini.

benci ❝✔❞ ; taesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang