11(End Or No?)

1 1 0
                                    

"kau mengenalinya?" Tanya Tuan James kepada Elsa dan Elsa mengangguk.

"Sebutkan semua namanya," perintah Tuan James.

"Pak Jake, Bu Tari, Bu Owen, Pak Wilson, Pak Sergio, Bu Tere, Bu Grace, Pak Simon, Pak Minolet, dan?" Omongan Elsa terhenti.

"Tante Rio!" Ucap Dinda lantang dan mampu membuat Rio menoleh sekaligus terkejut hampir pingsan kalau saja Glen tak menopangnya.

"Maksud mu Mama Rio?" Tanya Elsa memastikan dan Dinda mengangguk.

"Apa maksud semua ini Ma?" Bentak Rio seraya menghampiri sang ibu.

"Yang tidak kau ketahui itu, Nyonya Meneer!" Jelas Tuan James.

Meneer atau ibu Rio pun hanya bisa menangis menunduk tanpa menjawab pertanyaan anaknya.

"Jawab aku Ma!" Bentak Rio sekali lagi sambil mengeluarkan air mata.

"Maaf kan Mama nak, saya gagal menjadi ibu yg sempurna buat mu," hanya itu kata-kata yg terlontar dari mulut Meneer. Karena keadaan memburuk, Meneer beserta tahanan lainnya pun dibawa masuk ke sel tahanan.

Elsa, Glen dan Dinda tengah menenangkan Rio yg teriak setengah menangis.

"Kenapa harus Mama?" Teriaknya.

"Apa gak cukup Bu Tari saja yg terlibat? Kenapa harus Mama! Kenapa!!!!!!" Teriaknya sambil berusaha melepaskan pelukan teman-temannya. Entah kekuatan apa yg ada di tubuh Rio, ia lepas dari tarikan temannya dan berlari keluar.

"Ayo kejar!" Teriak Elsa dan seluruh yg ada di ruangan baik itu anggota kepolisian mengejar Rio.

Rio semakin menggila, ia bahkan berteriak, menjatuhkan diri, memukul mukul tanah jalanan itu. Untung saja jalanan lenggang, sehingga minim terjadi Rio akan tertabrak.

Dinda dari kejauhan menangis menatap Rio seperti itu.

"Mana Rio yg lemot!!!!!! Mana Rio yg humoris!!! Mana Rio yg penakut!!! Mana Rio yg malu-maluin, mana Rio yg heboh!! Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa," teriak Dinda kencang, bahkan sangat kencang.

"Kau tenangkan Rio, dan aku mengurus Dinda," perintah Elsa kepada Glen. Sementara petugas kepolisian bertugas untuk membuat pengalihan jalan, agar tidak ada kendaraan yg melintas di jalanan tempat Rio mengamuk.

"Elsa!!!!! Rio El, Rioo," teriak Dinda di dekapan Elsa.

"Sabar Dinda sabar. Kita semua teman Rio, pasti kita merasakan hal yg sama. Ayo sadar, kita sama-sama menenangkan Rio," ucap Elsa menenangkan Dinda.

"Beda El, beda!!!!! Perasaan kalian ke Rio itu cuma sayang sebagai sahabat! Saudara atau semacamnya. Aku lebih, bahkan lebih dari itu!," Racau Dinda.

Elsa tidak mau menarik kesimpulan dari ucapan Dinda, mengingat kondisi seperti ini.

Sementara itu:
"Udahlah itu Yo, di sini ada aku Elsa dan Dinda. Kau masih punya kita, kita bisa bersama-sama terus! Kami selalu pada mu apa pun kondisinya," ucap Glen menenangkan Rio. Rio masih menangis dan selalu teriak di dalam dekapan paksa dari Glen.

Glen sangat takut kalau Rio bisa lebih bahaya dari ini. Untunglah di sekitar mereka masih banyak petugas kepolisian yg mengawasi.

"Gak! Kenapa harus Mama? Kalau aku tau itu Mama, aku ga akan biarin kalian mecahin kasus ini!" Teriak Rio.

"Kalau kau ga ngebiarin kita mecahin ini, kau bakal mati karena akan dijadikan Tumbal!" Jelas Glen.

"Biar aja aku mati! Daripada aku harus mengetahui Mama ada di semua ini!" Teriak Rio tak kalah kuat.

The Journey!(Rio Story's)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang