18(Lanjut)

1 0 0
                                    

Sinar matahari pagi pun mulai memancarkan sinarnya. Menembus kelopak mata Elsa, dan semilir angin pagi menghembus rambut Glen. Mereka berdua terbangun dari tidur yg nyenyak semalaman dan mulai mengumpulkan kesadaran masing-masing.

"Pagi," sapa Glen dengan nada serak khas bangun tidur.

"Hmmmm," sahut Elsa malas.

"Bangun kebo ih," omel Glen.

"Diam lah, udah bangun ini. Tinggal di cat,"

"Ga nyambung astaga,"

Glen bangun dan segera mencuci wajahnya.

"Segar," batin Glen.

Glen mendatangi Elsa yg sudah duduk dan memandangi matahari pagi.

Namun, Glen terfokus pada suatu bagian. Mata, ia melihat mata Elsa mengeluarkan bulir-bulir air mata. Walaupun tidak deras, tapi terus menetes.

"Nangis kau?" Tanya Glen.

Elsa langsung memeluk Glen dan menumpahkan seluruh air matanya.

"Aku mau pulang," isak Elsa.

"Oma gimana? Semua gimana? Aku udah janji ga bakal gini lagi, aku capek," sambung Elsa.

"Iyah aku tau, aku juga rindu suasana keseharian ku. Tapi, aku gatau kita di mana sekarang,"

"Ayo pulang," rengek Elsa sambil menarik baju Glen.

"Yaudah deh, kita turunin dulu bukit ini. Kita cari jalan setapak, jalan terus sampai nemuin sesuatu," ajak Glen. Elsa segera bangkit dan mengambil barang-barangnya.

"Ayo," ajak Elsa. Glen berdiri dan mereka berdua menuruni bukit sambil mengikuti jalan setapak.

"Glen ini di mana? Udah setengah jam jalan ga jumpa apa-apa pun," protes Elsa.

"Kau protes terus loh, aku aja ga tau kita di mana,"

"Ehh, itu ada nenek-nenek woy," Elsa menepuk bahu Glen dan menunjuk ke arah nenek-nenek yg sedang mencari kayu bakar.

"Nanti psikopat lagi," ucap Glen was-was.

"Nenek-nenek kok," Elsa pun menghampiri nenek itu.

"P-permisi nek," sapa Elsa sopan. Nenek tadi tampak terkejut dan mulai biasa saja.

"Iyah, ada apa?" Tanya nenek tadi.

"Kami mau ke rumah madam Choo nek, tapi gak sampai-sampai," curhat Elsa.

Nenek tadi tertawa sebentar, kemudian meneruskan ucapannya.

"Sudah bertahun-tahun tidak ada yg mencari saya, kini ada lagi," ujar nenek itu.

"Maksud nenek??" Tanya Glen heran.

"Saya ini Madam Choo," jawab nenek itu.

Elsa menjatuhkan tubuhnya dan merentangkan tangannya.

"Akhirnya jumpa woyyyy," teriak Elsa.

"Sudah-sudah, mari ikut saya," ajak nenek tadi, atau madam Choo.

Sampailah mereka di sebuah rumah yang layak huni, dan rapi bagian depannya.

"Masuk!" Perintah Madam Choo.

Bagian dalamnya tampak seperti rumah biasa, yg membedakan adalah tidak ada sofa melainkan kursi kayu di ruang tamu.

"Pergilah mandi, bersihkan seluruh tubuh kalian, makan dan berbereslah. Pukul 12 saya kembali, dan kalian sudah dengan keadaan beres," usai mengatakan itu, Madam Choo pergi meninggalkan mereka di rumah berdua.

The Journey!(Rio Story's)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang