Bonus Chapter: The Mourning

137 18 25
                                    


Ada banyak di antara kita
Yang berpikir bahwa hidup hanyalah sebuah lelucon
Tapi kau dan aku, kita telah melaluinya
Dan ini bukan takdir kita
Jadi baiknya kita tidak berbicara salah saat ini

Bob Dylan (All Along the Watchover)

.

Trish Una melihat pemandangan penuh kota dan laut dari bukit kecil yang dipijakinya. Udara segar berhembus.

“......................”

Dia berdiri di depan sebuah kuburan. Batu nisan itu cukup kecil, dengan beberapa dekorasi tulus penuh hormat. Ada kuburan lain di sebelahnya, tapi kuburan itu tampak lebih sederhana dan polos.

Dua kuburan bertetangga itu memiliki ukiran nama almarhum pada batu nisannya.

Yang satu adalah Bruno Bucciarati. Dan satunya lagi terukir nama ayah Bruno. Batu nisan ayahnya itu sederhana, karena putranya tidak memiliki cukup uang ketika membuat  batu nisan itu. Ada pembicaraan bahwa putranya akan memberikannya kuburan yang lebih layak suatu hari, tapi dia telah meninggal sebelum berhasil melakukannya. Ketika dia dikuburkan, orang-orang mengungkit lagi untuk membangun ulang kuburan ayahnya, tetapi teman ayahnya yang adalah sesama nelayan menegaskan,

“Yah, dia mungkin tidak menginginkan itu. Dia pasti ingin tidur dengan damai di kuburan yang dibangun putranya.”

Jadi kuburan itu dibiarkan apa adanya.

Atmosfir menenangkan di sana membuat siapa pun yang mengunjunginya merasa damai....tapi mereka tidak bisa membayangkan. Orang yang beristirahat di sini, Bruno Bucciarati, adalah mantan pemimpin organisasi rahasia “Passione”, dan menjadi salah satu kunci jaringan gelap yang menjadi dasar organisasi yang baru berkembang sangat cepat. Sosok yang penting dan semacamnya.

Berbanding terbalik dengan kehidupannya yang berdarah-darah, di mana banyak orang yang mendekati untuk membunuhnya dan di mana terkadang ia juga harus membunuh, kuburannya tampak sederhana, tanpa terlihat jejak kesombongan tak berarti atau keangkuhan yang busuk.

“..................”

Ini pertama kalinya Trish datang ke kuburan itu. Ia tak datang saat pemakaman. Pemuda dengan rambut pirang bergelombang menghalanginya untuk datang, berkata bahwa lebih baik dia tidak datang.

Namun, akhirnya dia bisa datang hari ini.

Dia membawa sebatang bunga putih, yang dia letakkan di depan batu nisan. Dia kesulitan menentukan akan membawa apa, dan akhirnya memilih membawa tulip.

Aku berpikir seharusnya membawa apa – dan hei, rambutmu agak mirip tulip, jadi.... itu lawakan garing, tapi aku merasa memang begitu...ya.

Ia cekikikan.

Ia kebetulan datang hari ini, seolah ada sesuatu yang membuatnya mampir di kota ini. Dia sedang ada pemotretan untuk mengulang kembali karirnya setelah terinterupsi oleh kematian sang ibu, dan sedang dalam perjalanan pulang dari salah satu pekerjaannya untuk tampil di stasiun radio kota. Dia seharusnya segera kembali ke agensi, tapi mengatakan pada manajernya bahwa dia tidak bisa, dan meluangkan waktu untuk mengunjungi kuburan itu.

“Ini lebih sulit dari bayanganku, Bucciarati.... Aku sibuk dengan banyak hal sekarang. Berbeda dengan saat aku berkelana ke sana-sini bersama kalian seperti yang diperintahkan,” dia bergumam sebelum mendengus.

Hari-hari yang seperti badai kegelisahan, ketakutan, dan keberanian sudah lama berlalu. Sekarang ia merasa semua itu bagai mimpi. Tapi itu bukan mimpi, dan Bucciarati benar-benar beristirahat di bawah batu nisan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Purple Haze Feedback - Indonesian TranslationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang