I. I Saw a Skull part 5

611 33 4
                                    

Di waktu yang hampir bersamaan, di sebuah gudang yang berada di ujung Villa San Giovanni ーsebuah kota kecil di Strait of Messinaー beberapa urusan hampir selesai diurus.

Isak tangis seorang lelaki bergema di ruangan yang remang-remang.

Seorang anak laki-laki berdiri di hadapannya.

Dengan pipi cekung, mata yang sangat besar. Ada luka goresan di sana sini pada tubuhnya, bahkan pada kelopak mata dan bibirnya.

Luka itu bukanlah luka lama. Beberapa memiliki koreng, semuanya dalam warna yang tidak enak dilihat.

Bahkan sekarang pun anak laki-laki itu masih mengorek luka-luka itu dengan belati.

Memotong pipinya sendiri sampai terbuka.

"Gigigigigigigigi!"

Anak laki-laki itu mengeluarkan efek suara yang ia pikir akan tepat untuk mengiringi gerakan memotongnya. Ia hampir tidak tampak hidup, matanya tidak terfokus.

Setelah kira-kira ia selesai memotong dagingnya sendiri, dia mulai bergumam tidak jelas.

"Manusia modern," mulainya, "adalah tidak lengkap. Seluruh yang mereka miliki itu... tidak cukup. Maksudku bukan, nutrisi atau olahraga atau... maksudku, jika dibandingkan dengan manusia primitif, ada sesuatu dalam kehidupan mereka, harusnya ada di dalam kehidupan sehari-hari, tapi pada mereka tidak ada!"

Ada suara retakan mendadak pada kerongkongannya, dan sesuatu terlontar keluar. Dia batuk-batuk dan memuntahkan koreng dari luka di dalam kerongkongannya.

"Seperti, mereka bilang mereka tidak merasa hidup, tak begitu hidup, aku serius, aku tak sedang mengada-ngada, akkkuuuuu seeerrrriuuussss."

Sekarang darah mengucur keluar dari sisi mulutnya, tapi tampaknya anak laki-laki itu tak menyadarinya.

"Jadi apa sebenarnya itu? Yah, ini jadi agak sangat serius. Ketika sebuah wujud kehidupan tidak memiliki kekuatan untuk hidup...mereka akan punah. Tak akan gagal. Seperti para panda! Mereka akan muuuusssnaaahhh. Mereka hanya makan bambu. Tak ada yang lain. Tak ada harapan buat mereka. Umat manusia tidak lebih baik dari mereka. Kita berusaha sangat keras untuk bermasyarakat demi menyembunyikan fakta bahwa kita tidak punya tujuan untuk hidup! Aku tidak tahu siapa yang mengatakan omong kosong ini, tapi seseorang mengatakannya, dan aku...aku harus menghindarinya, aku ingin merasa hidup, jadi...."

Dia mulai menyayat dirinya lagi.

"Rasa sakit membuat segalanya tampak nyata. Kekuatan kehidupan ada bersamaku! Tanpa ini aku akan punah dan....dan....dan aku tidak mau punah...."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

".........."

"Um, jadi....apa? Kau.... apa namamu Harry? Halley? Tidak, Sale? Sejenis itu kan?"

Ada sedikit keringanan pada nadanya, seperti ia sedang memanggil teman lama.

Si laki-laki, yang nama sesungguhnya adalah Sale, bergelimangan keringat, terukir baris-baris di dahinya karena kekhawatiran. Ini adalah saat-saat krisis bagi dirinya. Dia juga, adalah mantan anggota Passione; di waktu terdahulu dia pernah bertarung dengan Mista dan Giorno untuk mencari harta karun yang ditinggalkan oleh salah satu pemimpin geng, Polpo.

Purple Haze Feedback - Indonesian TranslationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang