Jaemin terus menyetir mobilnya, mencari Renjun yang tak kunjung ada, telepon, sms bahkan melacak keberadaan Renjun pun tak Jaemin temukan titik terangnya. Hujan juga semakin deras, membuat perasaan Jaemin bertambah khawatir.
Ia terus berusaha menghubungi teman terdekat Renjun. Mulai dari Haechan yang merupakan teman dekat Renjun sampai teman tari Renjun. Menghubungi Jeno? Pria bangsat itu tidak bisa dihubungi.
"Njun, dimana kamu?" Gumam Jaemin.
Jaemin terus menjalankan mobilnya menuju gelapnya taman, mencari setiap inci sampai tidak ada yang terlewat seinci-pun. Sampai pada akhirnya pandangannya bertemu dengan seorang gadis yang sedang duduk diatas trotoar sambil menundukkan kepalanya. Jaemin langsung menjalankan mobilnya dan memberhentikannya tepat disamping wanita itu, dibuka payung yang memang Jaemin selalu siapkan didalam mobilnya lalu memayungi Renjun.
Renjun yang sedang menunduk seraya menangis pun mendongak ketika rintikan air hujan yang tiba-tiba berhenti.
"Jaemin!" Pekik Renjun senang, lalu memeluk Jaemin dengan antusias.
"Jaemin, aku--aku takut." Nangis Renjun tersendat.
"Ssttt, lebih baik kita masuk mobil dulu." Titah Jaemin yang memasukkan Renjun kedalam kursi penumpang, disusul Jaemin yang masuk kedalam kursi kemudi.
Didalam mobil, Jaemin langsung mematikan AC mobilnya, dibuka jaketnya dan memberikannya kepada Renjun agar hangat. Setelah itu, Jaemin menjalankan mobilnya.
"Injun-ah, lebih baik kau ganti baju-mu dahulu. Nanti kau bisa sakit. Aku punya baju dibelakang sana." Ujar Jaemin seraya menunjuk kursi belakang.
"Lalu kau?" Tanya Renjun.
"Aku bisa keluar terlebih dahulu agar--"
"Tidak usah, kau disini saja asalkan tidak mengintip!" Peringat Renjun.
Jaemin mengangguk, ditutupnya kaca yang memperlihatkan area belakang dengan selembar tisu lalu ditutupnya kaca mobil dengan kain yang memang sudah terpasang dimobil Jaemin serta ditutupnya kaca depan dengan jaket yang telah dipegang Jaemin agar tidak ada orang lain yang mengintip.
"Udah Na." Seru Renjun lalu duduk kembali disamping Jaemin.
"Kenapa celana-nya tidak dipakai?" Tanya Jaemin dengan nafas tercekat karena menampilkan paha mulus nan putih milik Renjun. Jaemin itu laki-laki normal kalau kalian ingat.
"Kegedean Nana, celananya melorot terus." Oceh Renjun.
Jaemin hanya pasrah, ia taruh jaket Jaemin dipangkuan Renjun supaya menutupi pahanya. "Aku ini laki-laki normal Injun-ah." Ujar Jaemin sebelum Renjun protes lalu menjalankan mobilnya.
"Ck, memang kaum pria itu lemah! Masa ia baru ngeliat paha aja udah berdiri?! Kan gak mungkin Jaem--"
"Njun." Peringat Jaemin sebelum omongan Renjun makin melantur.
Jaemin menjalankan mobilnya sampai ke restoran drive thrue. Memesan segelas air teh hangat serta makanan untuk Renjun agar perempuan itu tidak sakit. Tak lupa Jaemin mampir ke Apotik terdekat untuk membeli obat Renjun. Dimulai dari obat pencegah demam, pengurang demam serta antibody.
"Na, ini banyak banget." Gumam Renjun seraya membuka plastik obat yang dibelikan Jaemin untuknya.
"Persiapan kalo kamu demam Njun, Eomma sama Appa-mu kan akan pergi besok pagi. Jadi, kalau misalkan kamu demam, aku tinggal siapin bubur, minum sama kompres kamu aja." Ujar Jaemin.
"Kamu minum obat tablet yang warna putih aja untuk pencegah demam. Makanannya udah diabisin kan? Itu aku juga udah beli air putih buat kamu minum." Ujar Jaemin.
Renjun tersenyum senang lalu memeluk serta mencium pipi Jaemin. "Gumawo Nana-ku sayang." Ujar Renjun tulus.
"Hm, cepet minum biar gak demam." Titah Jaemin yang langsung dituruti Renjun.
***
Renjun dan Jaemin sudah sampai di parkiran sekolah. Dilepasnya helm Renjun sebelum mereka berdua masuk kedalam kelas.
"Kalian berdua pacaran kan?! Hayok ngaku!" Pancing Haechan yang tidak pernah lelah menyakinkan bahwa Renjun dan Jaemin pacaran.
"Aku dan Jaemin tidak pacaran Haechan-ah. Kita itu sahabat."
"Jangan bercanda! Tidak ada persahabatan diantara laki-laki dan perempuan!" Protes Haechan.
"Ada Haechanie, aku dan Jaemin contohnya."
"Alah! Itu karena kalian tidak saling jujur satu sama lain atau menyangkal perasaan kalian masing-masing. Lihat saja aku dan Mark Hyung. Kita dulunya sahabat, tapi apa? Kita malah jadi sepasang kekasih. Tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan Renjun-ah!"
"Ada Chan. Aku dan Jaemin. Sampai kapan kau terus berusaha meyakinkan aku dan Jaemin pacaran?" Tanya Renjun jengah.
Haechan tersenyum. "Tentu saja sampai kalian pacaran sungguhan. Aku yakin diantara kalian memiliki perasaan yang lebih dari seorang sahabat. Entah itu kau maupun Jaemin."
Baru saja Renjun ingin membalas perkataan Haechan yang ada disamping tempat duduknya, Jaemin yang ada didepannya langsung memberikan uang sebesar 50.000 won kepada Haechan seraya berkata.
"Ini uang untuk-mu diam. Kau tidak akan diam sampai aku memberimu uang-kan?" Ujar Jaemin agar Haechan diam dari acara bercelotehnya karena sebentar lagi pelajaran guru killer.
Haechan tersenyum senang. "Tentu saja! Senang berbisnis dengan anda Tuan Na!" Pekik Haechan senang lalu mereka mulai memperhatikan pelajaran matematika yang gurunya baru saja masuk dan langsung membahas pelajaran.
Ah ralat, hanya Jaemin yang serius memperhatikan penjelasan guru itu
Berbeda dengan Haechan dan Renjun yang lebih memilih tidur dengan buku sebagai penghalang mereka. Haechan dan Renjun sangat tidak menyukai pelajaran matematika. Haechan lebih memyukai bahasa Korea, bahasa kelahirannya. Sedangkan Renjun lebih menyukai pelajaran seni dan Jaemin? Jaemin menyukai semua pelajaran kecuali pelajaran Olahraga karena akan menghabiskan seluruh tenaganya dan menurut Jaemin, pelajaran itu sangat tidak penting.Niatnya ingin tidur dipelajaran matematika? Mereka berdua malah kebablasan hingga istirahat tiba.
"Yeay istirahat! Terima kasih Ibu cantik yang telah menjelaskan materi!" Seru Haechan yang langsung bangun dan berbicara seperti itu ketika dirinya mendengar suara bel istirahat lalu disusul Renjun yang baru saja bangun karena suara Haechan.
Haechan itu tipe orang yang kalau udah tidur itu kayak cosplay meninggal, susah dibangunkan. Tapi, ia akan bangun sendiri ketika dirinya mendengar bel Istirahat dan bel pulang.
"Ayo Njun! Kita pergi kekantin!" Seru Haechan antusias, menggandeng tangan Renjun.
"Kau tidak ikut Na?" Tanya Renjun, menoleh kepada Jaemin.
Jaemin menggeleng. "Kau duluan saja, aku akan menyusul." Ujar Jaemin.
"Baiklah, akan aku pesankan makananmu dan meja untuk kita! Jangan lama-lama!" Peringat Renjun.
Jaemin mengangguk, beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya keluar kelas setelah ia memastikan Renjun sudah pergi berbelok kekantin, Jaemin langsung melangkahkan kakinya menuju gudang belakang.
Sampai didepan pintu gudang, Jaemin langsung menendang pintu tersebut. Melangkah masuk dengan langkah emosi lalu memukul rahang orang yamg sudah membuat Renjunnya kehujanan, tadi malam. Siapa lagi kalau bukan Jeno. Ya, Jaemin memukul Jeno dengan membabi buta, tidak perduli bahwa teman-teman geng Jeno ada disana.
Jeno diam saja? Tentu saja tidak! Ia juga membalas pukulan Jaemin. Bagaimana dengan anggota geng Jeno? Mereka hanya menyaksikan, mereka takut untuk memisahkan dua pentolan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY (INTROVET) BOYFRIEND - JAEMREN (DONE)
FanfictionCERITA INI KHUSUS RENMIN/JAEMREN SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK oNEGATIF DI KOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA PARA MEMBER, BAIK NA JAEMIN DAN HUANG RENJUN! *** Teman? Sahab...