7. Don't listen what people say!

921 120 6
                                    

"Jen, ayo makan!" Ajak Renjun kepada Jeno setelah mereka pergi bermain.

Jeno menghentikan langkah kakinya. "Kajja!" Ujar Jeno lalu menuntun Renjun menuju restaurant pizza.

Mereka langsung memesan makanan ketika sudah duduk didalam restaurant.

"Salad satu, pizza satu dan lemon tea 2." Pesan Jeno menyelak Renjun yang ingin memesan.

"Tapi Jen, aku pengen makan--"

"Itu aja Sir." Ujar Jeno tidak memperdulikan omongan Renjun.

Pelayan itu mengangguk mengerti, mengulangi pesanan Jeno sebelum pergi.

Setelah pelayan pergi, mereka berdua diam. Tidak berniat membuka suara masing-masing, fokus kepada kegiatannya sendiri. Ah ralat, lebih tepatnya Jeno yang tengah berfokus pada ponselnya, sedangkan Renjun yang tengah menatap Jeno.

"Jeno, kau beneran tidak bisa datang?" Tanya Renjun sekali lagi kepada Jeno mengenai ajakan Renjun kepada Jeno untuk datang ke acara lomba yang akan dihadiri Renjun.

Jeno menatap Renjun sebentar lalu menggeleng. "Aku harus berapa kali bilang padamu bahwa aku tidak bisa? Appa-ku memintaku untuk hadir di acara penting." Tolak Jeno.

"Setelah urusan kalian selesai, kau bisa hadir-kan ke acara-ku? Acara-mu dan Appa-mu pukul 1 siang sampai 3 sore. Sedangkan lomba-ku mulai jam 5 sore." Paksa Renjun sekali lagi. Masalahnya ini lomba yang sangat ia nantikan dan ingin sekali pacarnya hadir di acara itu. Terlebih Winwin dan Yuta tidak bisa hadir karena masalah bisnis Yuta.

"Aku butuh istirahat, aku bakalan lelah selesai menemani orang tua-ku." Tolak Jeno sekali lagi.

"Tapi Jen ak--"

"Yak! Kau ini tuli?! Aku bilang tidak bisa ya tidak!" Sentak Jeno dengan nada yang sedikit tinggi, membuat Renjun tertegun kaget serta takut.

Seakan sadar bahwa dirinya telah membuat Renjun takut, Jeno menghela nafasnya, mengatur nafasnya agar lebih stabil lalu menggenggam kedua tangan Renjun. "Renjun-ah, aku benar-benar tidak bisa datang. Harus banget aku membentak diri-mu baru kau mengerti?" Ujar Jeno dengan suara lembutnya.

Renjun menggeleng. "Mian." Sesal Renjun yang membuat Jeno tersenyum, mengusak kepala Renjun gemas.

"Good girl, lain kali aku pasti akan datang ke acara-mu." Seru Jeno.

"Dan ya, apakah kau suka ini? Aku sudah memesankannya untuk-mu dan akan dikirim sore hari. Bagaimana?" Tanya Jeno seraya menunjukkan beberapa gambar boneka kesayangan Renjun, apalagi kalau bukan moomin.

 Bagaimana?" Tanya Jeno seraya menunjukkan beberapa gambar boneka kesayangan Renjun, apalagi kalau bukan moomin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun mendongakan wajahnya yang tengah menunduk, menatap layar ponsel Jeno dan akhirnya tersenyum. "Kau ingin membelikanku yang mana?" Tanya Renjun penasaran.

"Semuanya." Jawab Jeno acuh tapi berefek pada Renjun yang saat ini tengah tersenyum.

"Terima kasih Jeno-ya." Ucap Renjun tulus yang hanya dibalas dehaman oleh Jeno karena makanan mereka telah tiba.

Baru saja Renjun ingin mengambil sepotong Pizza, Jeno sudah menyentakkan tangannya. "Besok kau ada lomba-kan? Kau harus diet, bagaimana kalau berat badan-mu naik dan membuat kostum tari-mu tidak terpakai? Kau ini mungil, tidak terlalu tinggi dan banyak sekali makan. Aku takut kostum tari-mu tidak akan muat besok. Alhasil aku memesankan salad untuk-mu." Ujar Jeno seraya memberikan salad untuk Renjun makan.

Renjun menatap Jeno dengan pandangan yang sulit diartikan, terpaksa Renjun harus menampilkan senyumannya dan mengiyakan tawaran Jeno. Berbeda dengan hatinya yang tiba-tiba merasa insecure akan ucapan Jeno. Wanita itu paling sensitif apabila di ungkit masalah fisik, terutama berat badan dan tinggi badan.

Mereka berdua akhirnya makan bersama dengan tenang lalu pulang setelah makanan mereka habis.

---

Sampai dirumah, Renjun langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya, melemparkan tas selempangnya secara asal lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang berukuran queen size seraya merenungkan ucapan Jeno.

"Apa iya aku gendutan? Masa sih? Padahal aku selalu timbang dan jaga pola makanku. Ya walaupun aku banyak makan, tapi aku juga tak jarang berolahraga, walaupun tidak rutin sih." Gumam Renjun.

"Tapi emangnya kenapa kalau aku gendutan? Apakah Jeno tidak sayang dan cinta denganku apabila aku gendutan? Apakah Jeno akan memutuskanku? Aku tidak mau! Aku mendapatkan Jeno dengan susah payah! Masa iya putus?!" Tambah Renjun gelisah akan perkataan Jeno.

"Ck! Tapi Jaemin tidak pernah berkata aku gendut! Ia selalu menyuruhku untuk makan karena tubuhku yang kurus!" Ujar Renjun yang masih bergelut dengan pikirannya.

"Jadi, sebenarnya aku ini gendut atau kurus?!" Sambung Renjun frustasi, menenggelamkan kepalanya pada bantal.

"Kau kurus." Sahut seseorang yang tiba-tiba datang. Membuat Renjun menoleh.

"Nana! Ngapain kau disini?" Tanya Renjun kepada Jaemin yang sudah ada disampingnya dengan membawa sebuah kantong belanjaan.

Renjun bangkit dari tidurnya, membuka kantong belanjaan Jaemin yang ternyata berisi banyak sekali camilan dan jajanan.

"Aku tidak mau!" Tolak Renjun sukses membuat Jaemin mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa?" Tanya Jaemin penasaran.

"Aku mau diet Na! Aku gendutan!" Jawab Renjun.

Jaemin tertawa mendengar perkataan Renjun. "Ish kenapa ketawa sih?!" Protes Renjun kesal.

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Aniya, siapa yang bilang kau gendut? Aku yakin mata dia bermasalah. Kau itu mungil, tidak gendut. Kalau kau gendut? Aku mungkin tidak sanggup untuk menggendong-mu!" Jelas Jaemin lalu menggendong Renjun tiba-tiba.

"Lihatkan? Aku bahkan bisa menggendong-mu dan melemparmu." Ujar Jaemin dan mulai melempar tubuh Renjun kecil-kecil.

"Yak Na Jaemin! Jangan melemparku! Aish!" Protes Renjun.

"Lagi kau lucu. Siapa yang bilang kau gendut? Dan tumben sekali kau mendengarkan perkataan orang sampai-sampai kau ingin diet." Tanya Jaemin dengan mentoel hidung Renjun gemas.

Renjun mem-poutkan bibirnya kesal. "Tidak, tadi ada seseorang yang bilang bahwa aku gendutan dan harus segera diet kalau tidak mau kostum-ku tidak muat ketika lomba nanti." Jelas Renjun.

Jaemin tersenyum menatap Renjun, diusaknya pucuk kepala Renjun, membuat Renjun tambah merengut. "Aigo, tidak biasanya kau memikirkan perkataan orang lain."

Jaemin menggenggam kedua tangan Renjun, menatap kedua mata Renjun dengan tatapan teduhnya. "Renjun-ah. Kau tidak usah khawatir apabila terjadi perubahaan bentuk pada seluruh tubuh-mu. Kau akan selalu terlihat cantik dimata laki-laki yang tepat. Standar kecantikan setiap orang itu beda-beda. Mau kurus, hitam, coklat, gendut, langsing, tinggi, pendek? Kau akan terlihat cantik dan sempurna dimata laki-laki yang menghargai-mu." Jelas Jaemin memberikan pengertian kepada Renjun.

"Kalau laki-laki meninggalkan-mu hanya karena perubahan dalam tubuhnya, berati laki-laki itu tidak tulus mencintai-mu. Jadi, kau tidak usah hiraukan laki-laki semacam itu. Dia hanya memandang fisik-mu dan kelebihanmu tidak dengan kekurangan yang ada didalam dirimu." Tambah Jaemin.

"Jadi, lebih baik kau makan. Penuhi gizi-mu, lakukan semua apa yang ingin kau lakukan." Sambung Jaemin seraya memberikan sepotong strawberry kepada Renjun.

"Biar aku saja!" Cegah Renjun ketika Jaemin ingin mengambil strawberry. Renjun tau kalau Jaemin sangat tidak menyukai hal berbau strawberry.

Jaemin menggeleng, memegang Strawberry itu dan memasukkannya kedalam mulut Renjun.

MY (INTROVET) BOYFRIEND - JAEMREN (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang