Setelah berhasil memberikan pelajaran untuk Jeno, Jaemin memutuskan untuk pergi menyusul Renjun yang sudah ada dikantin.
"Jaemin kau dari-- yak! Kenapa dengan wajahmu!" Pekik tertahan Renjun kaget karena melihat wajah babak belur Jaemin.
"Kau berkelahi dengan siapa?" Tanya Renjun memeriksa luka serta lebam Jaemin.
Jaemin meringis ketika Renjun menekan lukanya. "Aw, mianhe. Ayo ke uks!" Ajak Renjun yang langsung menarik Jaemin keluar kantin menuju Uks.
Sampai diUKS, Renjun langsung mendudukkan Jaemin ditepi ranjang lalu mengambil p3k dan membersihkan luka Jaemin.
"Kau kenapa? Berkelahi dengan siapa? Tidak biasanya kau berkelahi! Siapa yang mengusikmu?" Pertanyaan berentet keluar dari mulut Renjun ketika dia sedang membersihkan luka Jaemin.
Jaemin tersenyum tipis ketika mendengar serentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Renjun. Entah kenapa ia sangat suka ketika Renjun sedang berceloteh karena mengkhawatirkannya.
"Ini urusan laki-laki, kau tidak perlu tau." Ujar Jaemin.
Renjun mendecak. "Iya, aku tau. Tapi, paling tidak jelaskan kepadaku inti dari permasalahan ini. Atau kalau kau mau berkelahi? Jangan sampai mengenai wajahmu, bagaimana kalau Jungwoo Eomma memarahimu lagi?!" Kesal Renjun.
"Kau mengkhawatirkanku?" Tanya Jaemin dengan senyuman yang tak pernah luntur melihat wajah panik Renjun.
Renjun menatap garang Jaemin. "Kau gila? Kenapa masih mempertanyakan itu?! Tentu saja aku khawatir! Eomma-mu menyuruhku untuk menjagamu disekolah!" Rutuk Renjun kesal.
"Mianhe." Sesal Jaemin.
Setelah selesai membersihkan luka Jaemin, Renjun mengembalikan kembali barang yang ia pakai ketempat semula. "Ini terakhir kalinya aku melihatmu berkelahi dan luka serta lebam seperti ini." Peringat Renjun.
Jaemin menggeleng. "Aku tidak janji. Aku tidak akan berkelahi kalau tidak ada yang menyakitimu." Ujar Jaemin.
"Maksudmu?" Tanya Renjun.
Jaemin menggeleng, mengusap pucuk kepala Renjun. "Aniya, gumawo karena telah membersihkan lukaku. Kajja! Biar aku yang mentraktirmu makan." Ajak Jaemin agar Renjun tidak berfikir lagi.
Renjun menghela nafasnya kasar, mengangguki perkataan Jaemin dan mengikuti langkah Jaemin.
"Kalian berdua habis darimana?!" Tanya Haechan kesal.
Jaemin dan Renjun duduk bersamaan dihadapan Haechan.
"Yak, muka-mu tersengat lebah? Kenapa pada lebam semua?!" Pekik Haechan kaget.
Baru saja Haechan ingin berceloteh ria, Jaemin sudah mengintrupsinya. "Makanlah, aku yang akan membayar uang makanmu." Potong Jaemin.
Haechan menggelengkan kepalanya. "No no no. Makanan disini sudah dibayar perbulan kalau kau lupa." Ujar Haechan yang tak gampang dibodohi.
Baru saja Haechan ingin berceloteh lagi, Jaemin sudah mengeluarkan 2 buah tiket. "Tontonlah bersama Mark Hyung dan diamlah sampai pulang sekolah sebagai gantinya."
Haechan tersenyum senang, menganggukan kepalanya serta mengancungkan ibu jari untuk Jaemin. "Gumawo." Bisik Haechan yang ingin menjerit karena Jaemin memberikan tiket konser paling depan yang harganya 232.000 won atau sekitar 2,9 juta rupiah dan Jaemin memberinya dua? Oh god! Sepertinya Haechan mimpi indah semalam.
Mereka bertiga makan dengan hikmat tanpa berceloteh sampai bel istirahat selesai dan mereka bertiga kembali kekelas bersama.
Renjun merutuki guru pelajaran matematika yang suka memberi ulangan tiba-tiba. Sudah tau Renjun sangat bodoh dipelajaran ini. Selain guru matematika? Ia juga merutuki Na Jaemin yang sangat pelit berbagi contekan dikala ulangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY (INTROVET) BOYFRIEND - JAEMREN (DONE)
FanfictionCERITA INI KHUSUS RENMIN/JAEMREN SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK oNEGATIF DI KOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA PARA MEMBER, BAIK NA JAEMIN DAN HUANG RENJUN! *** Teman? Sahab...