Seminggu setelah insiden Renjun yang melabrak Karin, Renjun mulai berubah. Jaemin sangat bingung mengenai perubahaan yang terjadi pada Renjun secara tiba-tiba.
Ya, dirinya sempat meninggalkan Renjun karena harus berpartisipasi dalam rangka lomba basket yang dihadiri seluruh sekolah yang ada di kota Seoul.
Dan ketika dirinya pulang, ingin memberikan sovenir yang ia belikan untuk Renjun serta kabar gembira kalau ia berhasil membawa pulang piala untuk sekolah, Renjun malah tidak mau menemuinya, menutup segala akses untuk Jaemin. Dimulai dari pintu balkon kamarnya serta pintu kamarnya.
Renjun tidak hanya menutup diri kepada Jaemin, namun juga seluruh keluarganya. Membuat seluruh keluarganya khawatir akan Renjun.
Bahkan juga disekolah, Renjun yang biasanya ceria, berubah menjadi pendiam dan kebanyakan murung. Jaemin selalu bertanya kepada Renjun, apakah dirinya ada masalah? Jaemin juga menawarkan kalau dirinya akan membantu kalau Renjun ada masalah. Jaemin akan menjadi tameng Renjun, namun Renjun tetap diam, menggeleng dan berkata bahwa dirinya baik-baik saja.
Jaemin juga sempat bertanya kepada Haechan yang notabennya sahabat dekat Renjun, namun Haechan juga tidak tau apa yang terjadi dengan Renjun. Haechan sama juga dengan Jaemin, bingung dan tidak tau harus berbuat apa karena keterdiaman Renjun.
Tak hanya itu, Jaemin juga sempat bertanya dan mengancam Karin. Namun Karin tetap kekeh pada pendiriannya bahwa ia tidak tau dan tidak ingin terlibat dengan masalah Renjun.
Jaemin juga bertanya kepada Jeno yang merupakan kekasih Renjun. Namun Jeno sama halnya dengan dirinya yang tidak tau apa yang menimpa Renjun.
Appa dan Eomma-nya juga heran melihat Renjun yang periang menjadi pendiam. Mereka bertanya kepada Renjun serta Jaemin. Namun jawaban Renjun sama 'tidak apa-apa.' Begitu juga Jaemin yang menjawab 'tidak tau' ketika ditanya oleh kedua orang tua Renjun.
Untung saja Renjun masih mau keluar kamar untuk makan, selebihnya? Ia hanya mengurung diri dikamarnya. Jaemin sangat khawatir dengan keadaan Renjun saat ini. Sampai saat ini pun Jaemin masih mencari tau penyebab terjadi-nya Renjun yang pendiam dan anti sosial.
"Njun, mau makan apa?" Tanya Jaemin.
"Aku pake semua ya Na!" Sahut Haechan dengan cengiran khasnya.
"Sama-kan saja dengan-mu." Sambung Renjun seadanya, membuat Jaemin mendesah furstasi lalu pergi dari hadapan mereka berdua.
"Lo beneran gamau cerita sama gue Njun?" Tanya Haechan, mencoba memancing Renjun agar bercerita.
Renjun menghela nafasnya kasar. "Aku gapapa Chan, kenapa semua orang bertanya seakan aku telah melakukan dosa yang besar?!" Sentak Renjun marah.
Haechan mencoba sabar menghadapi emosi Renjun yang naik turun. "Tidak. Bukan itu maksud-ku. Kau tidak seperti biasa-nya Njun. Apakah aku dan Jaemin berbuat salah?" Tanya Haechan.
"Apakah kau tuli?! Aku sudah bilang bahwa aku gak kenapa-napa?!" Sarkas Renjun, menatap Haechan marah.
Haechan mendesah pasrah. "Baiklah. Kalau kau belum siap. Satu yang perlu kau ingat, aku dan Jaemin akan selalu ada disaat kau membutuhkan-mu serta aku selalu siap ketika kau ingin bercerita dengan-ku, dan juga aku akan memberi saran dan bantuan jika kau mem-"
"Kau berisik!" Potong Renjun lalu pergi dari hadapan Haechan.
"Yak Huang Renjun! Kau mau kemana?!" Teriak Haechan kesal.
Bertepatan ketika Renjun pergi, Jaemin pun datang bersama dengan adik kelas seraya membawa dua nampan di masing-masing tangan. "Renjun-nya mana?" Tanya Jaemin kepada Haechan karena tidak melihat Renjun.
"Pergi." Balas Haechan diiringi cebikan kesal.
Dengan seketika Jaemin menaruh nampannya diatas meja lalu pergi menyusul Renjun yang lebih dulu pergi.
Jaemin terus mencari Renjun ke seluruh antero sekolah. Dimulai dari kelas, perpustakaan, ruang ekskul, lapangan, ruang seni, ruang latihan vokal dan masih banyak lagi Jaemin kunjungi.
"Rooftop." Gumam Jaemin, langsung melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah.
"Akhirnya." Lega Jaemin ketika melihat Renjun yang tengah menatap gedung pencakar langit.
Dilangkahkan kakinya menghampiri Renjun secara perlahan. Duduk disamping Renjun dan ikut menikmati udara siang hari yang menjelang sore hari.
"Kau marah dengan Haechan?" Tanya Jaemin memecah keheningan.
Renjun menghela nafas kasar lalu mengangguk lemah.
"Ada apa? Tidak biasanya kau marah seperti ini." Tanya Jaemin.
Sebelum Renjun menjawab, Jaemin mengeluarkan Ice cream yang ada di kantong belanjaannya, yang tadi ia beli ketika mencari Renjun.
"Untuk-mu." Ujar Jaemin, memberikan ice cream itu kepada Renjun.
Renjun mengambil ice cream pemberian Jaemin yang sudah dibuka dimasukkan ice cream itu kedalam mulutnya. "Gumawo." Ucap Renjun.
"Ice cream-nya? Sama-sama." Ucap balik Jaemin.
Mereka berdua hening dalam diam. Tak ada yang mau membuka suara. Ralat, hanya Renjun yang tidak mau membuka suara. Sedangkan Jaemin? Ia sangat ingin bertanya banyak hal kepada Renjun, namun ia urungkan karena melihat kondisi Renjun yang saat ini sedang kesal.
Jaemin yakin bahwa ada sesuatu hal yang disembunyikan Renjun dari dirinya dan keluarganya dan itu juga yang membuat Renjun berubah seperti ini.
Jaemin juga yakin bahwa masalah itu bukan masalah yang kecil, melainkan masalah yang besar, sehingga Renjun tidak ingin membagi masalah itu kepada orang sekitarnya. Atau lebih tepatnya malu dan takut orang sekitarnya menjauhi dirinya kalau Renjun bercerita.
Namun bagi Jaemin, apapun masalah Renjun? Baik besar maupun kecil, Jaemin akan selalu ada disisi Renjun dan akan membantu Renjun menyelesaikan masalahnya. Ia tidak mau meninggalkan Renjun disaat Renjun ada masalah.
"Aku putus dengan Jeno." Ucap Renjun tiba-tiba yang membuat Jaemin spontan menatap Renjun.
'Oh jadi ini alasan-mu berubah?' Gumam Jaemin, menatap Renjun nanar. Entah Jaemin harus sedih atau bahagia ketika Renjun berkata seperti ini. Ia senang mendengar Renjun putus dengan Jeno, namun ia juga sedih karena Renjun berubah karena putus dengan Jeno.
"Berati dia bukan jodoh-mu dan buka yang terbaik untuk-mu. Tuhan pasti mempunyai berbagai cara untuk memisahkan-mu dengan orang yang kau cintai untuk mendapatkan orang yang lebih mencintai dirimu dan lebih menghargai-mu. Ikhlas-kan semuanya Njun, Tuhan pasti akan mencarikan pengganti yang lebih baik daripada Jeno." Jelas Jaemin.
'Termasuk aku, aku akan selalu berdoa kepada tuhan agar aku dan kamu berjodoh dan bisa bersama.' Sambung Jaemin, menatap Renjun yang sedang tidak melihatnya dengan tatapan kagum.
"Aku cinta Na sama dia." Ucap Renjun yang sukses membuat hati Jaemin tambah sakit.
Jaemin yang tidak tega melihatnya seperti ini, ia segera memeluk Renjun, diusap pucuk kepala serta punggung Renjun agar Renjun tidak merasa sendirian dan agar Renjun tau bahwa ada orang yang selalu ada untuknya.
"Keluarkan-lah, tidak perlu ditahan Njun." Ucap Jaemin dan langsung saja Renjun menangis didalam dekapan Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY (INTROVET) BOYFRIEND - JAEMREN (DONE)
FanfictionCERITA INI KHUSUS RENMIN/JAEMREN SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK oNEGATIF DI KOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA PARA MEMBER, BAIK NA JAEMIN DAN HUANG RENJUN! *** Teman? Sahab...