Lisa tidak tahu sudah berapa lama dirinya meninggalkan Viola bersama dengan Nia, hanya saja saat ini dihadapannya sosok Nia sedang tertidur sembari memeluk Viola dalam dekapannya. Pertemuannya dengan Oliver sungguh menguras tenaga dan juga pikirannya. Sama sekali tidak terpikirkan bahwa dirinya akhirnya membiarkan anaknya mengetahui siapa ayahnya. Padahal selama 5 tahun terakhir, Lisa sudah merasa bahwa dirinya telah move on dengan masa lalunya. Sudah terlewat banyak waktu baginya dan juga Oliver untuk memulai semuanya kembali, Lisa cukup paham dengan semua perasaan meresahkan yang mungkin akan dialaminya lagi akibat perbuatan pria itu.
"I screwed up," gumam Lisa sembari mengguncang pelan tubuh Nia hingga wanita itu terbangun.
"Kau sudah kembali?" Gumam Nia yang terlihat belum sepenuhnya tersadar.
Dengan sangat lembut Lisa meraih gadis mungil kesayangannya lalu membawanya ke dalam kamar gadis kecil itu. Sebelum meninggalkan kamar Viola, Lisa terdiam sejenak sembari memperhatikan wajah anaknya yang sedang tertidur dengan pulas.
Lisa membenarkan helaian rambut di kening anaknya, "Oh, my poor little baby," gumamnya dengan nada yang penuh dengan kasih sayang, lalu memberikan ciuman singkat di kening Viola dan melangkah keluar.Nia yang sudah sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya, lebih memilih untuk menempelkan bokongnya di lantai dengan segelas kopi yang sudah di buatnya.
"Kurasa aku tidak akan sanggup jika kau menitipkan anak kecil itu padaku, Lis," komentar Nia sambil memutar kedua matanya.
Lisa tersenyum melihat betapa Nia masih tetap Nia yang sama; penuh dengan drama.
"Tapi Nia— selama ini yang selalu memanjakannya adalah dirimu," jelas Lisa yang akhirnya mengambil posisi di sebelah Nia.
Nia yang memahami perubahan ekspresi sahabatnya hanya bisa merangkul Lisa, berharap bahwa apapun beban di pundaknya bisa segera menghilang.
"Aku merasa bahwa apa yang kau katakan sebelumnya memang benar,"
"Yang mana?" Tanya Nia dengan raut wajah penuh kebingungan.
Lisa menoleh kearah Nia, "soal Viola yang seharusnya tahu siapa ayahnya,"
Tanpa disadari, kedua sudut bibir Nia tertarik keatas seakan-akan dirinya merasa sangat bahagia bahwa setidaknya ada satu hal yang sahabatnya itu bisa ambil dari semua kecerewetan miliknya.
"Jadi, bagaimana keputusan kalian—maksudku keputusanmu mengingat ini menyangkut perasaan Viola,"
"Oliver mengajakku menikah te—"
"WHATTT???" Nia yang kaget segera menenangkan dirinya, "tentu saja dia akan mengajakmu menikah, what am i thinking—i'm sorry Lis. Dan apa jawabanmu?"
"Aku menolaknya,"
"Again?!!! Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan. Setidaknya kau memikirkan perasaan gadis kecil itu, Lis,"
Nia sama sekali tidak habis pikir dengan pola pikir wanita dihadapannya. Kenapa wanita itu harus selalu bersikap bodoh.
"Stop acting as if you are the victim here," protes Nia, "Maafkan aku jika kamu akan merasa tersinggung dengan perkataanku BUT right now you're a mom and that little girl needs a complete family! Stop being a selfish one in here, Lisa!!! Oh God, why am i so mad at you,
"Selama ini aku selalu mendukung semua keputusan yang kau ambil meskipun aku tahu kalau keputusan itu akan selalu merugikanmu! Pertama-tama, kau bahkan memilih untuk keluar dari satu-satunya penghasilanmu saat itu, lalu yang kedua, kau menjual rumah yang baru saja kau lunasi demi menghindari pria yang benar-benar mencintaimu dan yangg terakhir, kau selalu merasa bahwa kau adalah wanita termalang didunia ini. Berhentilah membuat dirimu terlihat lemah dan bodoh, Lisa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Comes After You
RomancePria itu tiba-tiba muncul dihadapanku. Kerja di perusahaan yang sama denganku. Dan membawa kenangan dari masa lalu yang sudah terlupakan selama 10 tahun. Sanggupkah aku menghadapinya? Menghadapi perasaan aneh yang sekali lagi menggelitik perasaanku...