5

3.4K 107 2
                                    

Dari jauh muncul sebuah bayangan yang semakin lama bayangan itu semakin jelas, itu Oliver. Pria itu terus melangkah hingga jarak diantara kami semakin dekat dan semakin bertambah dekat. Tetapi kenapa pria itu terus berjalan melewatiku? kupandangi punggung tegap pria itu yang akhirnya menghilang. Lalu dari tempat dimana sosok Oliver menghilang, muncul sosok yang sudah sangat lama kurindukan, Ayahku. Aku melihatnya sedang tertawa bersama dengan Berinda dan Bella meskipun aku terus berteriak memanggil namanya tapi pria itu terus tertawa bersama keluarga barunya, seakan-akan aku tidak berada disana. Aku menangis diikuti dengan pudarnya pandangan dihadapanku. Ketika aku mengerjapkan mataku, aku sudah berada di sebuah studio mengenakan pakaian yang sangat minim. Dapat kurasakan rasa takut mendadak muncul, aku mulai berlari mencari jalan keluar tapi sejauh yang kulihat tidak ada pintu yang terlihat. Aku terjebak! Ya Tuhan, apakah ini hukuman untukku? Tiba-tiba saja entah dari mana sosok itu muncul-- sesosok pria yang semakin menambah rasa panikku. Bram! Fotografer cabul itu terus berjalan mendekatiku membawa kamera ditangannya dan terus memotretku dengan pandangan penuh nafsu di wajahnya.

Ketika Bram semakin dekat, pria itu langsung menarik kakiku, mulai menciumi wajahku dengan mulut kotornya. Aku berteriak, meronta, memukul tetapi tidak ada yang datang menolongku. Ketika aku melihat Bram sudah membuka bajunya, aku mulai meronta dengan liar, hingga sosok Bram menghilang, diikuti dengan goncangan hebat ditubuhku.

"Lisa. Lisa, bangunlah!" teriak suara itu,

Rasa panik masih melandaku, aku merasakan tubuhku kembali meronta, diikuti dengan goncangan yang lebih keras dari sebelumnya.

Mataku terbuka. Basah. Jantungku terus berdetak kencang diikuti dengan wajah panik yang kulihat saat ini.

"Kau kenapa? Kau mimpi buruk—"

Segera kupeluk tubuh itu dengan erat, entah kenapa berada didekatnya membuatku merasa nyaman. Aku terus memeluk tubuhnya tanpa mempedulikan posisi kami yang berada di atas tempat tidur.

Oliver. Pria yang berada dalam pelukanku sekarang adalah dia. Pria yang entah kenapa membuatku merasa tenang dan juga aman. Pria yang entah kenapa membuatku sangat senang begitu melihatnya ketika aku membuka mataku.

Kulepas pelukanku, mengusap mataku yang basah dan juga berbalut keringat, menyisir rambutku yang terasa lepek di tanganku.

"Oliver, apa yang kau lakukan disini?" tanyaku dengan suara serak.

Pria itu bangkit berdiri dan mengambilkan segelas air untukku. "Entahlah. Aku juga tidak tahu apa yang kulakukan disini. Aku memarkir mobilku di depan dan tiba-tiba aku mendengarmu berteriak dengan suara ketakutan," jelasnya, "Kau bahkan masih mengenakan long coat-mu jadi aku melepasnya. Kau mimpi buruk Lisa," lanjutnya.

Kulirik jam digital yang terletak di atas nakas di sebelah ranjang, 03.45 pagi!

"Olly, kau tidak seharusnya berada disini. Bagaimana kau bisa masuk? Aku sudah mengunci pintuku semalam," kataku bingung.

Pria itu meringis, lalu mengusap-usap bahu kanannya. "Kurasa kau membutuhkan pintu baru, Lis," katanya.

Dengan cepat aku beranjak turun dari tempat tidur, keluar dari kamar dan melihat kondisi pintuku yang telah rusak.

"aku tidak percaya kau menerobos masuk kedalam rumahku Oliver," desahku.

"aku tidak percaya kau malah menyalahkanku," protes pria itu.

Kutatap Oliver dengan kedua tangan yang melipat didepan dadaku. "Kau bahkan merusak pintuku. Pintu indah milikku!" protesku tak percaya.

Oliver mendengus kasar lalu menatapku tak percaya. "Kalau kau tidak berteriak seperti itu, mungkin aku tidak akan merusak pintumu," tegurnya.

Comes After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang