7

2.8K 118 4
                                    

Taksi bandara sudah berhenti di depan bangunan berlantai 2. Bangunan yang cukup besar dengan hanya 2 orang yang tinggal di dalamnya. Dengan penuh pertimbangan, kuperingatkan diriku bahwa ini hanya sementara. Setelah aku bertemu dengan dokter yang merawat Berinda aku akan segera kembali ke kehidupan lamaku. Ya, benar, bertahanlah Lisa.

Supir taksi sudah mengeluarkan koper kecil milikku dari bagasi dan segera berlalu pergi setelah menerima tip dariku. Aku gugup. Padahal saat ini tak ada orang yang lewat karena ini sudah larut malam. Kedua tanganku kembali meremas tas yang kubawa lalu melangkahkan kakiku memasuki bangunan itu.

Tak ada bel sama sekali, jadi aku menggeser pagar yang menghalangi hingga terbuka lalu berjalan menuju kedepan pintu dan mengetuknya. Ketukan pertama tapi tidak ada respon begitu juga dengan ketukan kedua dan ketiga. Kuhela napas panjang, benar-benar merasa lelah dan juga lapar. Pandanganku terjatuh pada sebuah kursi goyang yang terletak di teras rumah, kuletakkan barang bawaanku dilantai dan menjatuhkan bokongku pada kursi malas itu. Kursi tempat Ayahku sering menghabiskan waktunya di sore hari.

Kuraih HPku dan menekan tombol hingga layarnya memberikan tanda kalau HPku sudah aktif. Tak sampai semenit, ada beberapa pesan yang masuk.

Nia :
Lisaa.. Kau tdk membritauku kalau hewanmu ini sgt merepotkan!

Aku tertawa membaca pesan Nia, lalu melirik pesan selanjutnya, masih Nia.

Nia :
Ya Tuhan, ingatkan aku untuk menolak permintaanmu lain kali. Dia pipis bahkan pup dimana saja!!!

Kembali tawaku pecah mengingat kebiasaan Angus yang memang tak mengenal tempat. Dan dalam sekejap tawaku terhenti membaca pesan selanjutnya.

Oliver :
Kau dmna?

Dia mencariku? Setelah 2 bulan berlalu pria itu baru menanyakan keberadaanku? Cih! Akan kuabaikan pesan pria itu. Tak pernah terbayangkan Oliver akan mencariku setelah pria itu menghilang tanpa jejak 2 bulan yang lalu. Dasar brengsek.

Kembali pikiranku terfokuskan ketika tersadar kalau diriku sudah menjadi santapan para nyamuk. Tanganku sibuk melambai diudara berharap agar sekumpulan nyamuk itu pergi, tapi sia-sia. Semakin aku bergerak, semakin ganas serangan yang diberikan. Sial, umpatku. Kucari nomor yang digunakan Bella untuk menghubungiku pagi tadi dan segera menekan tombol dial begitu menemukannya.

"Halo, Bella. Kau dimana?" tanyaku sesaat setelah panggilanku terhubung.

"kak Lisa? Aku lagi di rumah sakit,"

Aku merutuk dalam hati, meratapi kesialanku saat ini. "Apa yang kau lakukan disana? Apa kau tidak memiliki kunci cadangan yang disembunyikan? Aku sudah menjadi santapan para nyamuk disini,"

"kau dimana sekarang, kak? Ya Ampun, apa kau ada dirumah??"

Desahan kesal terdengar dariku, kesal dengan rasa gatal yang mulai menyerangku. "Ya, aku sedang menunggumu. Cepatlah pulang," seruku sambil menepuk pipiku dimana seekor nyamuk hinggap dsitu.

"Ada kunci di bawah keset kaki depan pintu. Maaf, aku tidak bisa pulang malam ini, Mama masih dirawat disini, kak"

Kembali nada itu kudengar, putus asa.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan kesana besok pagi, kabari saja aku alamatnya. Bye," jawabku mengakhiri pembicaraan dan segera mengangkat keset kaki tebal yang terletak tepat didepan pintu. Ada! Kuraih kunci itu lalu membuka pintu dan melenggang masuk.

Kupandangi ruangan itu dalam cahaya remang. Tidak ada yang berubah, pikirku membandingkan ruangan ini setelah kepulanganku dulu. Kuangkat kepalaku, memandangi ruangan di lantai 2, berpikir apakah kamarku masih ada atau telah dijadikan gudang oleh mereka. Kuangkat koper kecil milikku. Menaiki satu persatu anak tangga, dan berjalan masuk ke salah satu kamar yang terletak di pojok ruangan.

Comes After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang