Jika ada asap, pasti ada api. Seperti itulah teori kehidupan.
―Nabella Zahra. ARey kecil mengucek-ngucek mata nya yang baru setengah terbuka. Rey melihat ke arah dinding-dinding bangunan tersebut dan akhirnya ia menangkap benda yang kini ia cari-cari, jam dinding. Sontak Rey terduduk kala melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 18.56 WIB. Astagaa sudah berapa jam anak malang ini asik di dalam mimpinya?
"Uda alem toh, hoammm Eey lama benel tidul na." Rey mencoba menghusir rasa kantuk yang masih menyinggah dimatanya.
Rey kecil turun dari ranjang dan berjalan menuju sebuah pintu yang menghubungkan ke kamar mandi. Ia secara tak sengaja malah menabrak pintu kamar mandi tersebut dengan jidatnya.
"Pintu na neselin isshh," omel Rey kecil membuka pintu yang menghalangi jalannya tadi. Lalu, ia langsung masuk untuk membuang air kecil dan mencuci muka.
Rey cukup mandiri. Ia bisa mengurus dirinya sendiri sebisa mungkin. Meskipun anak-anak dari teman bundanya tak pernah semandiri dirinya, Rey kecil tidak pernah merasa terlalu rajin ataupun terlalu repot. Toh, emang sifat rajinnya itu udah ada sejak orok.
Setelah kegiatan membersihkan dirinya selesai, Rey kecil langsung saja melakukan hobi dan kegiatan yang ia sukai. Karena tak tahu apa yang ingin dibuat, jadi ia memutuskan untuk melakukan itu saja. Itung-itung daripada simulasi jadi patung ya kan.
Rey kecil mulai membuka tempat crayon oil pastel yang ia miliki dan mengambil beberapa warna dasar untuk ia jadikan sebagai alat mewarnai sebuah gambar. Mula-mula ia mengambil crayon yang berwarna green dan yellow green sebagai warna dasar daun serta tumbuh-tumbuhan, sky blue sebagai warna dasar langit, warna sepia sebagai warna dasar batang pohon dan kayu-kayu, warna black dan white serta warna lainnya sebagai tambahan warna gradasi agar terlihat lebih menarik.
"Umm gambal ang ana ya? Ang agus ni aja deh." Rey memilih gambar yang sebelumnya telah ia desain di buku gambarnya.
Rey kecil dengan sigap mencoret-coret kertas dari buku gambarnya dengan crayon oil pastel miliknya, memenuhi beberapa bagian yang masih putih dengan senyumannya, dan menjadikannya sebagai gambar yang tampak hidup dan memiliki nyawa.
Tak terasa, ternyata sudah sejam Rey berkreasi dengan buku gambarnya. Ia tersenyum menang melihat hasil karya nya yang ia buat selama sejam itu. It's so amazing!
"Alo unda ada di tini asti Eey nakal unju'in gambal ang Eey buat."
"Kruk, kruk, kruk."
Rey memegang perutnya yang secara spontan mengeluarkan bunyi. Ia berusaha menelan saliva nya. "Lapel."
Bibir Rey kecil mulai melengkung dan menatap perutnya yang sudah memberontak didalam sana. Sekarang ia tak tahu ingin apa, tidak ada yang bisa ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Gave My World Colour: ReySan
FanfictionRELATIONSHIP-COMEDY-PSIKOLOGIS-etc ❝Es batu akan mencair jika terkena sinar matahari. Tapi bagaimana jika matahari yang es batu inginkan malah tak bisa menyinarinya kembali?❞ -𝐒𝐡𝐞 𝐆𝐚𝐯𝐞 𝐌𝐲 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐂𝐨𝐥𝐨𝐮𝐫 nbllazhra 310121 Ini kisah m...