Part 23

114 14 0
                                    

"Nana, aku.. Aku.. Aku jatuh cinta padamu.. Aku.. Aku mencintaimu.."

Langkah kakiku terhenti saat mendengar kalimat yang diucapkan Jiyong. Apa aku salah dengar? Apa tadi Jiyong bilang? Dia jatuh cinta padaku? Dia mencintaiku?

"Aku mencintaimu, Kim Na Na."

Jiyong mengatakannya sekali lagi. Dia mencintaiku? Kenapa? Kenapa lelaki itu tega mengatakan hal seperti itu dalam kondisi seperti ini? Terpaksa aku membalikkan badanku dan menatap wajah yang sebenarnya tidak ingin aku lihat lagi.

"Kau bilang kau mencintaiku setelah kau mengatakan kalau aku adalah seorang gadis jalang. Sebenarnya dimana pikiranmu?"

"Aku mencintaimu, Nana.."

Tidak. Aku tidak boleh terpengaruh dengan kalimat manis Jiyong yang dapat membuat kebahagiaan yang tidak terkira bagi orang yang ditujunya. Aku yakin sekali Jiyong mengatakan kalimat itu agar dia bisa meluluhkan hatiku, padahal sejatinya dia sama sekali tidak menyimpan perasaan padaku.

"Aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang kau ucapkan. Kau kira aku masih menjadi gadis bodoh sesuai dengan ucapanmu itu?"

"Tapi aku benar-benar mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Cihh.. Kehilangan seseorang itu sangat menyakitkan, dan aku sedang merasakannya saat ini. Aku menatap Jiyong. Ini adalah terakhir kalinya aku menatap wajahnya yang luar biasa itu. Namun wajah itu tampak putus asa, tapi aku sudah tidak peduli lagi.

"Ada lagi yang ingin kau katakan?" Tanyaku.

Jiyong terdiam. Tampaknya lelaki itu sudah kehabisan kata-kata. Baiklah. Aku kembali membalikkan badanku lalu melanjutkan langkah yang tadi sempat terhenti karena perkataan Jiyong yang sangat tidak terduga.

"Jika aku tidak menciummu, apakah kau percaya kalau aku mencintaimu?"

Aku tetap melanjutkan langkahku. Aku tidak peduli. Aku benar-benar tidak peduli. Rasanya memang menyakitkan. Aku kehilangan Taka, dan sekarang aku kehilangan Jiyong. Aku hancur sekarang. Yang aku rasakan hanyalah kebencian, kesakitan dan penderitaan.

"Nana! Maafkan aku! Maafkan aku!"

Suara Jiyong terdengar semakin kecil di telingaku. Sial. Aku menangis. Dadaku kembali sesak dan aku sangat membencinya. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku bunuh diri saja? APA YANG HARUS AKU LAKUKAN TUHAN?

***

Jiyong's POV

Apa ini sudah berakhir? Aku masih merasakan kehadirannya di dekatku, tapi aku tidak bisa melihatnya. Aku menyentuh dadaku. Sakit. Baru kali ini aku merasakan kesakitan yang tidak bisa aku tahan. Selama ini aku memang sering mengalami masa-masa buruk, tapi aku bisa melaluinya dengan atau tanpa bantuan orang-orang disekitarku. Tapi untuk tidak kali ini.

Nana, selama ini aku tidak pernah membayangkan jika aku bertemu dengannya. Aku tak pernah menyangka akan mengalami situasi seperti ini. Aku memang bodoh. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Aku sudah membuat Nana hancur dan gadis itu sudah tidak sudi lagi melihatku, bahkan kami berpisah dengan cara yang mengenaskan.

Aku akui kalau aku jatuh cinta padanya. Aku jatuh cinta pada Nana. Bagiku, Nana adalah gadis yang sangat manis dan aku menyukai gaya bicaranya. Aku senang sekali menggodanya hanya untuk membuatnya malu, tetapi gadis itu terlihat cuek saja. Setiap harinya perasaanku pada Nana semakin bertambah. Aku merasa nyaman berada di dekatnya. Sudah lama aku tidak pernah merasakan perasaan ini, dan ketika aku merasakannya, aku tidak ingin melepasnya. Aku tidak ingin melepas Nana namun sejatinya aku tak akan pernah bisa memilikinya.

Last Dance | GDRAGONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang