"Itu karena... karena kau."
Alasan yang sangat tidak masuk akal atau itu hanya gombalan Jiyong saja? Tapi dilihat dari ekspresi wajahnya, sepertinya Jiyong tidak main-main. Tapi untuk apa lelaki itu tetap ada disini hanya karena aku? Memangnya aku ini siapa baginya? Aku hanyalah gadis cerewet yang tiba-tiba saja hanyut dalam pesonanya padahal aku sudah memiliki seorang pacar yang pengertian.
"Ah, lupakan." Ucap Jiyong.
"Aku akan kembali secepat mungkin ke Jakarta dan tidak akan kembali ke tempat ini."
"Kau tidak pergi ke Seoul?"
Aku mengangkat bahu. "Itu urusanku dengan Mama. Tapi aku sudah memutuskan untuk tidak pergi ke Seoul dan fokus pada kuliahku. Oh astaga! Pasti aku sudah ketinggalan materi kuliah karena kegiatan sialan ini. Dan untukmu, seharusnya saat itu aku tidak marah karena kejadian itu. Aku harus berterimakasih padamu karena aku tidak mengikuti kegiatan itu lagi dan bebas."
"Hmm.. Aku merasa senang karena sudah menjadi pahlawanmu."
"Pahlawan kau bilang? Karena kau lenganku jadi seperti ini."
Jiyong tersenyum. Lalu tiba-tiba, lelaki itu memelukku tanpa bisa aku cegah. Jiyong memelukku dengan erat dan aku tidak tau kenapa. Pelukan itu sangat hangat dan aku merasa nyaman sekali. Aku memejamkan mataku. Perasaan-perasaan itu mulai datang dan itu membuat seluruh aliran darahku berhenti seketika.
Beberapa menit kemudian, Jiyong melepaskan pelukannya. Lelaki itu masih memamerkan senyum andalannya. Entah apa yang ada dipikirannya. Aku tidak bisa menebak jalan pikiran lelaki itu. Tapi kenapa rasanya.. kenapa rasanya sesak gini ya? Kenapa aku ingin menangis hanya karena melihat wajah Jiyong? Memangnya lelaki itu sedang tidak baik-baik saja?
"Aku akan pergi. Kau tunggu disini. Aku akan membawakan makanan yang banyak." Ucap Jiyong.
Ketika Jiyong membalikkan tubuhnya, aku langsung menarik tangannya. Hah! Apa yang sedang aku lakukan? Apa aku ingin memohon pada Jiyong agar dia tidak pergi?
"Ada apa? Kau ingin menitip sesuatu padaku?" Tanya Jiyong.
Ayo jawab! Tapi aku tidak tau harus menjawab apa. Aku benar-benar bingung. Rasanya aneh sekali dan susah dijelaskan. Sadar kalau aku masih memegang tangannya, cepat-cepat aku melepaskan tanganku dari tangannya.
"Kau percaya kalau aku tidak bermaksud jahat disini maksudnya apa kau tidak takut kalau aku mengambil barang-barangmu disini?" Tanyaku.
"Tidak. Kalau kau ingin mengambil barang-barangku disini, kau ambil saja. Aku tidak peduli."
Aku cemberut. "Kau percaya sekali padaku."
"lagipula, barang-barangku disini tidak terlalu penting. Semua barang-barang pentingku sudah aku simpan di tas yang aku bawa."
Aku mengangguk-angguk. "Baiklah. Kau boleh pergi."
***
Selama Jiyong pergi, aku bebas melakukan apapun di tempat ini. Rasanya betah sekali. Aku bebas mem-play lagu menggunakan pengeras suara. Aku bebas mengambil makanan siap jadi yang sudah ada di kulkas. Aku bebas berendam air panas. Dan.. Aku bebas tiduran di kasur Jiyong yang empuk sekali. Tempat ini bagaikan surga. Siapapun pasti betah tinggal disini.
Ternyata, Jiyong adalah orang kaya. Orangtuanya pasti seorang CEO atau salah satu orang terpenting di Korea. Menginap di tempat ini pasti biayanya sangat mahal. Aku juga melihat-lihat barang-barang Jiyong yang aku yakini harganya mahal semua. Aku tidak menyangka dipertemukan dengan lelaki tampan yang memiliki senyum menawan dan sangat kaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dance | GDRAGON
Fanfiction"Kau tau tidak? Kau adalah orang pertama yang membuatku sekesal ini. Tapi entah kenapa hanya dengan senyummu saja bisa membuatku bahagia." Bertemu dengan seseorang yang selama ini tak pernah kau pikirkan, lalu kau meninggalkannya dengan segala penye...