Part 11

131 12 0
                                    

Aku tak habis pikir kenapa aku mau menerima ajakan Jiyong sementara lelaki itu terlihat sangat bahagia. Dasar jomblo! Aku heran. Kenapa Jiyong tidak mencari gadis lain saja? Aku kan gadis yang menyebalkan dan tidak cantik, maksudku wajahku ini tidak bisa disandingkan dengan wajah tampan Jiyong. Nah lagi-lagi aku memujinya tampan.

"Tempat ini sepi sekali." Ucapku memecahkan keheningan.

"Karena itulah aku memilih tempat ini."

Ternyata tempat yang Jiyong tuju cukup jauh juga. Dasar kaki-kakiku ini tidak bisa berjalan jarak jauh! Kalau gini caranya, lebih baik aku tidak kemana-mana. Atau jangan-jangan aku diculik oleh Jiyong. Bisa saja kan lelaki sok baik itu sebenarnya ingin menculikku? Tapi dalam rangka apa? Aku tidak pernah memiliki masalah yang serius dengan orang lain.

Aku memutuskan untuk berhenti sambil mengatur nafasku. Kulihat Jiyong ikutan berhenti juga. Dia menepuk pelan pundakku.

"Kau mudah lelah juga ya. Kau pasti jarang olahraga." Ucap Jiyong.

Aku menatapnya sebal. "Kau mau ajak aku kemana? Jangan-jangan kau ingin memberi makan harimau ganas yang ada di hutan sana?"

Jiyong tertawa. "Harimau ganas tidak akan berani dengan singa betina seperti dirimu."

Bahkan hanya dengan tawanya saja membuat dadaku berdesir. Aku memang sangat lemah jika bertemu dengan lelaki seperti Jiyong. Tapi aku heran. Lelaki Korea bukanlah tipe-ku.

"Kalau tempatnya jauh, aku tidak mau berlama-lama disana."

"Tapi aku ingin menunjukkan matahari terbenam disana."

Ucapan Jiyong tadi serius. Artinya kita akan kembali setelah suasana menjadi gelap. Apa Jiyong tidak merasa takut jika hal buruk terjadi padanya? Maksudku aku. Aku tidak mau tau keadaannya asalkan aku selamat.

Aku menatap Jiyong tajam. "Ingat ya. Membawa seorang gadis adalah tanggung jawab yang besar dan aku tidak mau ada hal buruk terjadi padaku."

"Biasanya aku yang dilindungi tapi sekarang aku yang melindungi seorang gadis cantik. Benar-benar luar biasa!"

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

"Oke jadi kita bisa melanjutkan perjalanan? Atau kau mau aku gendong?"

Aku bergidik ngeri. "Aku takut di tengah perjalanan kau pingsan lalu aku nanti yang akan disalahkan."

"Kau ini.. Kau kira aku lelaki yang lemah?"

"Sudah-sudah! Jangan membuatku kesal lagi."

Aku memutuskan melanjutkan langkah kakiku dan Jiyong menyusulku lalu mensejajarkan langkahnya dengan langkahku.

"Apa setiap hari kau suka marah seperti ini?" Tanya Jiyong.

Lebih baik aku mengabaikan setiap kata yang dia ucapkan. Aku tidak peduli apakah dia kesal atau tidak. Yang aku inginkan hanyalah tiba di tempat itu dan kalau saja tempatnya tidak seperti yang Jiyong katakan, saat itu juga aku langsung membunuhnya.

"Kau lihat, itu karang batu yang aku ceritakan. Mungkin terlihat menyeramkan tapi aku ingin naik kesana."

Ternyata tempat itu indah juga. Aku melihat beberapa pengunjung yang berdiri di atas karang raksasa itu. Aku menyesal tidak membawa ponselku. Rugi jika aku tidak mengambil foto disini. Tapi kulihat Jiyong sudah siap dengan kameranya.

Last Dance | GDRAGONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang