~ 6 ~

2.4K 219 9
                                    

Happy Reading!

Arimbi memukul dada Johan saat ia kehabisan napas karena Johan yang terus menerus melumat bibirnya. Muka Arimbi sudah memerah.

"Rim. Kamu harus kasih aku penjelasan. Jangan kira kamu bisa pergi gitu aja setelah semalam kita berdua --

"Ehem. Kenapa mas Jo cium saya? Semalam memangnya ada apa? " tanya Arimbi langsung memotong ucapan Johan.

"Kenapa bicaramu jadi formal gitu? Aku hanya ingin memastikan jika semalam itu bukan mimpi tapi kenyataan. Dan setelah aku cium kamu, aku jadi yakin kalo ingatanku gak salah."

"Iya semalam memang kita keblabasan melakukan itu dan itu juga karena salahku yang sudah godain mas Jo. Aku minta maaf. Sekarang aku boleh pergi kan?" ucap Arimbi dengan datar.

"Dan aku juga tau itu yang pertama buat kamu kan? Lebih baik kita menikah dan kamu ikut aku ke Libanon." ucap Johan tegas.

"Mas Jo cinta sama aku? Kenapa jadinya mengajak aku nikah? Tolong bukain kuncinya sebelum mas Jo semakin ngawur. Lagipula itu bukan yang pertama buat mas Jo."

"Maksud kamu apa bukan yang pertama buat aku? Itu juga waktu pertamaku." tegas Johan.

"Idih pertama tapi kok udah jago gitu." Arimbi kaget mendengar ucapannya sendiri. Dia keceplosan.

"Rim. Bukannya ini yang kamu inginkan? Bisa memiliki aku? Kenapa kamu harus mempertanyakan perasaanku. Kamu pasti taukan?! Aku ingat semalam kita tidak hanya sekali melakukannya dan jelas aku tidak pakai pengaman. Kamu bisa hamil. Dan kamu membawa keturunan Wijaya Indraprasta di perut kamu." ucap Johan.

Rasa sakit mencengkram hatinya. Tapi ia berusaha menahan emosi. Ia tahu tidak mudah mengalahkan keras kepalanya Mas Jo. Saat ini yang ia butuhkan adalah keluar dari tempat ini secepatnya.

"Oke mas Jo. Beri aku waktu untuk sendiri. Aku juga butuh waktu untuk berpikir. Mungkin kita tunggu satu bulan, jika aku tidak hamil, kita tidak perlu menikah." ucap Arimbi

"Kamu gak hamilpun kita harus menikah Arimbi. Kamu mau jadi wanita tidak bertanggung jawab? Kamu udah mengambil keperjakaanku Rim."

"Kalo mas Jo gak ngomong, ga ada yang tahu kalo mas Jo udah ga perjaka. Toh mereka juga maklum klo mas Jo gak ting ting lagi."

"Gimana sama kamu? Jangan bikin aku jadi lelaki brengsek Rim."

"Iya makanya kasih aku waktu. Satu minggu aja deh klo sebulan kelaman Mas Jo juga harus berangkat secepatnya kan."

"Oke satu minggu. Aku akan mengawasimu." tegas Johan.

"Iya mas. Aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanya aja."

"Pernah gak sih mas Jo punya pikiran ingin memiliki mbak Ve, trus bikin mbak Ve hamil anaknya mas Jo gt? Pasti Om Sadewa bakalan nikahin mbak Ve sama mas Jo kan?"

"Udah gila aku klo sampe punya pikiran kayak gitu. Ve ga akan bahagia mungkin dan aku udah menghancurkan keluargaku sendiri. Aku gak sepicik itu. Kenapa kamu nanya?"

"Emm gitu ya. Gak kok. Aku cuma pengen tau aja isi pikirannya mas Jo." ucap Arimbi sambil tersenyum.

Arimbi menyadari ia telah memulai sesuatu kesalahan yang tidak bisa dianulir. Hatinya seakan tercabik, hatinya tidak merasa tenang dan gelisah.

.....

Waktu pun telah berlalu, Johan sudah berada di Libanon. Ia bertugas menjadi dokter untuk pasukan tentara angkatan laut PBB di perbatasan Libanon. Disana ia bertugas menjaga kesehatan para tentara dan juga mengobati tentara yang terluka. Menjaga perbatasan yang rawan konflik sering terjadi bentrokan dengan kaum pemberontak.

The Last Soulmate (21+) {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang