~ END ~

4.6K 246 10
                                    

Arimbi tertegun mendengar ungkapan perasaan mas Johan. Ia ingin percaya namun ada trauma yang tersirat dihatinya. Trauma dari malam itu, rasanya ingin menangis saat mengingatnya.

"Mas Jo tau apa yang membuat aku menjadi sulit percaya sama penyataan cinta dari mas? Ehem.. Malam itu setelah kita selesai melakukannya untuk pertama kali, apakah mas Jo inget ngomong apa ke aku?" tanya Arimbi dengan suara agak bergetar.

Johan menatap ke dalam mata Arimbi berusaha untuk mengingatnya. Ia ingat setelah selesai melakukannya ia hanya memeluk Arimbi kemudian tertidur. Hal yang penting itu mengapa bisa ia lupakan.

"Aku ingin tahu Rim. Maaf aku beneran gak ingat ucapanku selain pergulatan kita." sahut Johan.

"Ehem... Malam itu mas yang setengah mabuk beberapa kali memanggil nama mbak Vero. Aku sangat kesal hingga aku nekat mengambil inisiatif duluan untuk menyerang mas Johan. Aku pikir dengan begitu mas Jo akan melupakan mbak Vero. Tapi aku terlalu naif mengira aku bisa merubah itu semua. Saat itu sambil memelukku mas bilang kalo mas Jo selalu ingin melakukannya dengan mbak Vero."

"Rim aku.."

"Aku belum selesai bicara mas. Aku tau itu bukan salah mas. A-aku.."

Arimbi mulai tak bisa bicara. Padahal masih banyak hal yang ingin ia katakan. Ini terlalu menyakitkan. Membicarakan hal itu lagi rasanya menusuk dan membuat sesak dadanya. Arimbipun tak kuasa menahan tangisnya, perlahan ia pun terisak.

Johan menyadari kesalahan fatalnya. Ia berlutut di depan Arimbi. Meraih wajah Arimbi dan mengusap air mata yang mulai membasahi pipi Arimbi. Dipeluknya Arimbi dengan penuh kelembutan. Johan mengusap punggung Arimbi untuk menenangkannya.

"Arimbi. Seribu kata maaf mungkin tidak akan bisa menghapus luka yang sudah aku torehkan dihati kamu. Aku memang lelaki pengecut dan brengsek. Aku harusnya sadar diri. Tapi aku yang tidak tau malu ini, ingin terus berada di sisimu. Aku tidak bisa memperbaiki masa lalu tapi beri aku kesempatan untuk memperbaiki masa depan kita." ucap Johan ditengah tengah pelukannya.

Arimbi sudah jatuh terlalu dalam cinta matinya. Orang bilang ia telah dibutakan oleh cinta. Tidak bisa membedakan perkataan bohong atau nyata. Semuanya terasa indah terdengar ditelinganya. Janji seorang mas Johan untuk memperbaiki hubungan mereka, membuat Arimbi sudah tidak peduli lagi jika nanti ia akan kembali terluka jika pria dalam pelukannya ini menyebut nama wanita itu di alam bawah sadarnya seperti waktu itu.

Mungkin lebih baik seperti ini daripada hidup terpisah dengan orang yang ia cintai. Arimbi melepas pelukan mas Johan dan menatap wajah pria itu yang tersirat penyesalan. Arimbi tersenyum berusaha keras untuk menutup lukanya sendiri. Bagi Arimbi sosok mas Johan memang segalanya baginya dan bagi anak - anaknya. Ia hanya berharap anak - anak tidak akan terluka seperti dirinya.

"Terus apa rencana mas Johan selanjutnya? tanya Arimbi.

"Pertama kita akan merencanakan pernikahan kita di sini aja gimana? Trus aku akan tinggal di sini sambil mengembangkan sayap Indraprasta disini. Gimana? Kamu setuju?"

"Mas Johan kan dokter militer, mana bisa kayak gitu? trus sekarang mas Jo lagi cuti?" tanya Arimbi

"Bisa aja. Aku kan udah bukan dokter militer. Aku hanya sekarang dokter yang bisa kerja dirumah sakit mana saja." sahut Johan.

"Ha? sejak kapan? Apa yang terjadi? tanya Arimbi. Johan beralih duduk disebelah Arimbi kemudian memeluk Arimbi.

"Sekitar satu tahun yang lalu aku semakin tidak nyaman menjadi dokter dikalangan militer. Atasanku seorang Brigadir Jendral menjabat wakil direktur di rumah sakit tentara memiliki dua orang putri. Atasanku itu sejak awal aku bekerja di Libanon selalu berusaha mendekatkan aku dengan putrinya yang pertama. Atasanku itu juga mulai mendekati papa dengan tujuan mencari dukungan. Rencananya setelah dia pensiun, atasanku itu akan terjun di dunia politik."

"Kalian dijodohkan gitu? Om Sadewa ternyata bisa tertarik seperti itu ya." ucap Arimbi.

"Awalnya begitu. Tapi kemudian mama kasih tau papa tentang kamu dan anak -anak kita. Dan saat itu aku jadi tahu. Seumur hidupku, baru saat itu aku merasakan penyesalan yang besar atas keputusanku. Seharusnya aku lebih mendesakmu dan seharusnya saat itu aku bisa membujukmu. Seharusnya aku bisa meyakinkan kamu. Seharusnya aku bisa menahan kepergianmu. Lebih lagi seharusnya aku tidak diam saja saat membaca suratmu. Dan menganggap semua baik baik saja."

"Aku gak pernah menyalahkan mas Johan. Aku tidak ingin merusak reputasi mas Jo hanya karena keberadaanku dan kehamilanku yang mungkin tidak mas inginkan. Apalagi mas Jo baru mulai berkarir, aku hanya ingin mas bahagia tanpa mengetahui fakta apapun tentang aku."

Johan memeluk Arimbi semakin erat. Menghirup dalam dalam aroma yang menjadi kerinduannya.

"Kamu dan anak - anak kita itu anugerah terindah yang diberikan Tuhan untuk aku. Aku yang bodoh ini merasa sangat beruntung memiliki kalian dalam hidupku. Maaf aku datang sangat terlambat." Johan mengecup bibir Arimbi.

"Trus wanita yang dijodohin sama mas Jo gimana?"

"Aku dari awal tidak setuju ama perjodohan itu. Dan papapun juga tidak setuju. Namun putri dari atasanku itu terus menerus menemui aku dan ia menggunakan kekuasaan papanya untuk nelakukan tujuannya. Puncaknya adalah keluar rumor bahwa aku bertunangan dengan anak seorang jendral. Hal itulah yang membuat aku semakin tidak nyaman berada di militer. Terlalu banyak etika yang harus dijaga. Lagipula aku jadi gak bebas mau nyusul kamu kesini kalo aku masih terikat militer."

"Atau mas Jo mau memakai aku sebagai dalih untuk menghindari pertunangan itu ya?"

"Rim kok kamu ngomong gitu sih. Aku maunya itu sama kamu. Aku gak mau tau pokoknya kamu harus tanggungjawab karena udah bikin aku gak bisa lepas dari kamu."

"Idih. Mas Jo manja banget ya ternyata." Arimbi terkekeh.

"Aku seneng lihat kamu bisa senyum lagi saat di dekatku." Johan mencium bibir Arimbi. Dan tangannya menelusup ke balik kaos Arimbi. Johan membelai perut Arimbi.

"Aku ingin mengisi perut ini lagi dengan adiknya Aurel dan Jeremy. Dan aku pastikan aku ada saat kelahiran anak ketiga. I love you Arimbi." bisik Johan dan mengecupi leher Arimbi.

"Ah i love you too mas Johan."

Arimbi mendesah saat Johan membelai pusat intim dengan satu jarinya.

.....

Arimbi dan Johan mulai mempersiapkan pernikahan mereka. Dan satu bulan setelahnnya pernikaha mereka dilakukan di Wakiki. Keluarga Wijaya dan Indraprasta tampak bahagia dengan berita itu. Sadewa dan Christy langsung berangkat ke Hawai setelah mendengar berita baik itu.

Mereka bermain bersama cucu yang baru pertama kali mereka temui. Sedangkan Johan membereskan semua urusan di Indonesia dan mulai persiapan untuk hidup di Hawai. Johan memutuskan untuk membangun rumah sakitnya sendiri dan pusat kebugaran kali ini tanpa campur tangan dari keluarga besarnya.

Johan juga melamar pekerjaan sebagai dosen di fakultas ke dokteran di salah satu perguruan tinggi di hawai. Semua ia awali dari nol. Dan memulai kehidupan barunya bersama keluarga kecilnya.

Johan dan Arimbi tetap bertetangga baik dengan Brian. Walaupun Brian tidak bisa bersama Arimbi namun ia tetap berteman dengan Arimbi. Namun tentu saja Johan tidak pernah membiarkan Arimbi dan Brian bertemu hanya berdua saja, begitu juga dengan Arimbi yang tidak mau menemui Brian tanpa ada orang lain. Ia menjaga perasaan Johan dan juga menjaga keluarganya.

Kita memang belum tentu bisa bersatu dengan cinta pertama kita. Namun kita bisa menjaga pasangan terakhir kita dengan penuh cinta kasih.

..... TAMAT .....

Hai Readers...

Jangan lupa vote dan komennya yaa

The last soulmate selesai sampai disini...

Sampai ketemu di cerita baru selanjutnya.....

Stay safe yaa.....

Terima kasih sudah support cerita ini....

Publish : 28 Februari 2021

The Last Soulmate (21+) {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang