~ 12 ~

2.2K 217 7
                                    

Happy Reading.

"Aurel, Jeremy. Besok mama harus kerja diluar kota beberapa hari. Kalian sementara sama eyang ya. Nurut apa kata eyang ya."

"Iya mama." ucap Aurel

"Kenapa kami gak diajak ma?" tanya Jeremy

"Maaf sayang. Kali ini mama ga bisa karena kerjanya gak dikantor mama tapi ditempat lain. Mama akan video call kalian ok. Sekarang kalian tidur ya."

"Ma bacain buku cerita." ucap Jeremy.

"Ok. Pada suatu hari ada seorang putri....."

Setelah mengantar anak - anaknya tidur, Arimbi menuju ke kamarnya untuk mengemasi barang bawaannya. Menurut informasi terakhir yang Arimbi dapatkan, penandatanganan kerjasama akan dilakukan di atas kapal pesiar. Arimbi baru tau kalo kliennya ini ternyata mengundang beberapa petinggi perusahaan yang ia ajak kerjasama juga.

Ini juga keuntungan bagus untuknya karena mungkin ia bisa bekerjasama dengan perusahaan yang diundang kesana. Kesempatan bagus seperti ini tentu saja sayang untuk dilewatkan. Arimbi memilih beberapa baju formal dan informal. Tapi ia tidak mau membawa terlalu banyak barang.

Suara ketukan pintu terdengar ditengah tengah Arimbi menutup kopernya. Setelah meletakkan kopernya di dekat pintu, Arimbi membuka pintunya. Sosok mamanya muncul disana dengan senyum hangatnya.

"Kamu udah selesai beres - beresnya?" tanya mamanya.

"Iya baru aja selesai ma. Kok mama belum tidur?"

"Mama belum ngantuk. Papa masih sibuk di depan laptop, barusan mama buatin kopi." Sita merebahkan diri di ranjang Arimbi. Arimbi menyusul dan berbaring di sebelahnya.

"Mama mikirin apa sih?" tanya Arimbi yang melihat mamanya menghela napas.

"Entahlah Rim. Mama merasa waktu terlalu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin kamu sama Arjuna berebutan mau tidur di dada mama. Sekarang kalian masing - masing udah jauh dari kami. Tanpa mama sadari, mama udah dipanggil eyang." Sita terkekeh sambil menatap langit - langit kamar Arimbi.

"Mama kenapa sih jadi melow gitu. Gak biasanya mama kayak gini."

"Hahaha iya ya. Mama tadi abis liat Aurel ama Jeremy yang tidur. Liat mereka jadi inget waktu Arjuna sama kamu seumuran mereka. Inget gak waktu Arjuna ngambek karena kamu gak mau manggil dia Mas. Dan kamu marah - marah karena Arjuna lebih tua 5 Menit dari kamu. Kamu protes kenapa bukan kamu yang ditarik keluar duluan. Hahaha. Sekarang kamu udah tau kan jawabannya setelah lahirin anak kembar."

Sita dan Arimbi tertawa mengingat kenangan konyol waktu itu.

"Oh gitu ya. Kalian gak ngajak papa." Dika muncul dari depan pintu kemudian berbaring di sebelah Arimbi.

"Papa ni ganggu aja. Kita lagi womens talk." ucap Arimbi.

"Kalo kayak gini, Arimbi jadi masih kayak anak kecil ya ma, tidur ditengah - tengah kita. Hahaha." Dika dan Sita terkekeh sedangkan Arimbi sudah cemberut karena dikatain anak kecil.

"Ish. Papa sama mama apaan sih. Dah sono kalian ke kamar aja. Arimbi gak mau jadi obat nyamuk." ucap Arimbi sambil mendorong bahu papanya.

"Bentar lagi. Papa sama mama lagi nostalgia punya anak masih kecil. Sayangnya, Arjuna gak disini juga." ucap Dika.

"Ma. Arimbi ini kok udah gede aja ya. Kayaknya kemarin masih minta gendong dipundak kalo papa baru pulang kerja." Dika terkekeh.

"Iya pa. Arimbi kita udah gede, udah jadi ibu. Hah bener bener deh waktu cepat berlalu." sahut Sita.

The Last Soulmate (21+) {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang