~Siera Xavier Rahardjo~
~Arion Prahameswara~
***
Bandung, 7 September 2012
Cuaca di kota Bandung pada hari itu, matahari bersinar, namun rintikan gerimis membasahi setiap plafon rumah. Si gadis dengan seragam putih Abu-Abu itu mulai mendengus, menatap rintik gerimis melalui jendela kamarnya. Dirinya membenci hari Senin, berkali-kali gadis itu ingin mengutuk pencetus hari Senin. Dirinya ingin memiliki banyak hari libur, berbaring di kasur kamarnya sembari membaca cerita wattpad kesukaannya.
"Siera!!!"
Gadis itu kembali menghela nafas, itu suara kakak sepupunya, Alfian. Pria itu berada satu tingkat di atasnya, pengendara scoopy berwarna putih dengan tubuh kekar seperti Gatotkaca. Tubuhnya memang kekar, hingga Siera selalu mendapat bagian paling sedikit di jok motor itu. Bahkan hanya separuh dari pantatnya yang tertompang, belum lagi jika jalanan yang dilewati motor bermuatan besar ini penuh dengan lubang. Gadis itu akan berpegangan kuat pada tas sepupunya agar dirinya tidak terpental ke aspal jelek itu.
Encok. Tentu saja setiap hari ia merasakan hal itu, apalagi ia harus berlari cepat saat motor scoopy itu menurunkannya di depan pagar sekolah. Belum habis sakit pinggangnya, tetapi ia harus berjuang penuh untuk memasuki gerbang yang sudah akan ditutup. Salahkan saja pada kakak sepupunya itu, pria itu bangun pagi hanya untuk mencari sinyal bagus untuk permainan game nya. Lalu jika suara sang ibu sudah menggema sampai ke satu RT, baru pria itu akan beranjak mandi.
Untung saja, gadis itu bisa masuk gerbang sebelum gerbang itu tertutup rapat. Dari ujung sana, terlihat sang kakak sepupu yang tengah berjuang mencapai gerbang sekolah. Maklum saja, ia harus memarkirkan motornya terlebih dahulu sebelum masuk ke area sekolah. Siera melengos, biarkan saja pria itu dihukum. Lagipula bukan hal baru bagi sosok Alfian, OSIS yang sering telat.
Upacara rutin di hari Senin adalah hal yang paling di benci kalau sang kepala sekolah mulai menyampaikan amanat seperti tengah membaca buku biologi setebal 25 cm. Beberapa siswi bahkan sudah pingsan, mungkin karena belum sarapan lalu terkena terik matahari yang entah sejak kapan mulai menyengat. Seperti halnya sosok Siera yang berkali-kali memijat pinggangnya, gadis itu pikir upacara tidak akan berlangsung mengingat gerimis tadi. Tapi ternyata, yang sedang gerimis hanya daerah rumahnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR A.
Romance'Jika hatimu adalah milik dia, lalu untuk apa Tuhan mempertemukan kita?' - Siera Xavier