Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Tempat ini, rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku datang kesini.'
Disinilah [Name], duduk di salah salah satu bangku di taman yang selalu ia kunjungi saat SMA dulu.
Tidak disangka gadis lugu yang dulu merupakan manajer tim Voli putra, Nekoma itu telah tumbuh menjadi sosok wanita cantik dan berkharisma.
Semua kerja keras yang dilakukan nya tidak sia-sia. Meskipun butuh banyak pengorbanan tapi [Name] pikir itu semua sepadan dengan hasilnya.
Begitu kah?
Tiba-tiba seorang anak perempuan sekitar umur 5 tahun datang menghampiri [Name] sambil membawa setangkai bunga.
"Kakak cantik seperti bunga ini." Anak itu menyodorkan setangkai bunga mawar ke arah [Name].
'Wajahnya terasa familiar.' [Name] menatap anak perempuan itu. 'Seperti--'
"Mii-chan!" Pikiran [Name] terpotong oleh teriakan seorang wanita, umurnya mungkin sama dengan [Name].
Wanita tersebut berlari ke arah anak gadis di hadapanya lalu memeluk anak itu erat-erat. "Jangan lari sembarangan oke?" Ucapnya.
'Pantas saja.' batin [Name] sambil tersenyum kecut melihat pemandangan di depannya.
"Kuroo-san." Yang dipanggil pun langsung memutar kepalanya ke arah sumber suara. Raut wajahnya seperti terkejut dengan apa yang dia lihat.
"Ah... [Last Name]-san ya." Saut wanita yang [Name] panggil Kuroo-san tadi. "Sudah kubilang panggil saja Mae. Bagaimana kabar mu? "
"Baik." Jawab [Name] singkat lalu mengarahkan pandangannya ke anak perempuan di samping Mae. "Dia anakmu?"
Mae mengangguk. "Namanya Mirai. Umurnya 4 tahun."
"Begitu ya." [Name] memalingkan mukanya ke arah lain.
"Maaf." Ucap Mae. "Aku tidak bermaksud--"
"Tidak apa. Itu bukan salahmu." [Name] memotong ucapan Mae. Tahu pasti apa yang akan dikatakan wanita itu.
"Aku bersungguh." Mae kembali berbicara. [Name] membuka mulutnya tetapi langsung menutupnya kembali. Sepertinya dia ingin mendengar apa yang akan Mae katakan kali ini.
