S2 - Bab 5

36 6 0
                                    

Kini giliran Menteri penerjemah itu yang berbicara. "Begini tuan Albert. Pangeran Asher itu sangat murah hati. Dia mengangkat gelandangan menjadi temannya. Yang di depan anda bernama Rose, dan di sebelah kirinya Aby, sementara sebelah kanannya bernama Starla. Dan yang terakhir di sebelah pangeran Asher sendiri, yaitu Violet."

Aku terkejut, sangat sangat terkejut mendengarnya. Sementara Starla yang tadi sedang memakan makanan ringan di meja, tersedak oleh makanannya sendiri. Dengan segera Violet menyodorkan minuman kepada Starla.

Setelah batuknya menghilang, ia menatap ke arahku, seolah meminta pendapat.

Aku tersenyum penuh arti ke arahnya, lalu berbicara lagi melalui telepati.

"Biarkan saja dulu," ujarku dalam hati, dan langsung diangguki oleh Starla dengan semangat.

Aku menatapnya puas, lalu kembali menatap semua orang yang sedari tadi mengawasi kami.

"Kenapa? Silahkan lanjutkan obrolannya," sahutku dengan memasang senyum manis sebagai topeng.

Sekilas, aku melihat pandangan orang Inggris itu. Dia melihatku seolah olah dia sedang melihat setumpuk sampah yang menjijikkan di depan matanya.

Tapi aku hanya mengabaikannya. Ingat saja, aku akan membalas perbuatan Menteri ini.
Tapi sebelum itu, aku harus mengetahui maksud tersembunyinya dulu.

"Oh ya, siapa namamu? Kelihatannya kau orang dari Kerajaan ini." Aku menatap penerjemah yang berada di samping utusan Inggris.

"Ah, saya Rio. Saya adalah salah satu Menteri bahasa di sini." Dia menunduk sekilas, hanya sekilas. Mungkin takut kalau utusan Inggris itu melihat kali yak.

Hmm... jadi benar dugaanku. Rio ini adalah Menteri bahasa. Kira kira sudah berapa bahasa yang berhasil ia kuasai sehingga ia bisa menjadi Menteri bahasa yak?

"Hm... berapa bahasa yang sudah berhasil kau kuasai?" tanyaku yang menjadi kepo.

"Saya mempelajari bahasa orang Inggris selama ini, Nona."
Hah, cuma satu bahasa yang dia kuasai? Lalu, berapa banyak menteri penerjemah di istana ini, woy?

"Kalau boleh tau, siapa calon pasangan dari pangeran Asher?" Violet berbicara kepada penerjemah itu, yang langsung diangguki olehnya.

Rio mengulangi kata kata yang diucapkan oleh Violet barusan dengan bahasa Inggris. Tapi ucapannya masih kurang lancar dan masih kaku sekali. Bicaranya pun lama sekali. Dia butuh waktu berpikir dan sesekali membuka sebuah buku untuk menerjemahkan kata kata ringan tersebut.

Hmm... Kapan selesainya kalau begini?!

"Tuan Albert bilang, putri dari ratu Evelyn, yaitu ratu inggrislah yang akan menikahinya."

Loh loh! Kok jadi putrinya! Tadi aku denger kata Albert ratunya loh yang akan dijodohkan, BUKAN PUTRINYA WOY!

Dia mau cari masalah atau mau cari mati, yak! Segitunya kalo terjemahin, hiks. Udah lama, salah pulak!

Starla menendang kakiku, aku pun memandangnya. Hah, aku tahu Starla, aku akan membuka rahasiaku sekarang kepada Menteri songong itu.

Aku meraih segelas wine di meja. Tapi saat aku mengangkatnya, aku dengan sengaja menjatuhkan wine itu sehingga jatuh di lantai.

"Ups, sorry," ujarku santai.

Hahaha, semua orang tampaknya terkejut, guys. Aku tersenyum puas di dalam hati, di susul senyuman tak berdosa yang kutunjukkan.

Tapi menurutku yang paling terkejut di sini adalah sang Menteri penerjemah. Siapa lagi kalau bukan si teh Rio itu. Wajahnya pucat pasi, bibirnya menganga lebar dan tangannya menunjuk ke arahku dengan tak anggun.

Live In the MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang