S2 - Bab 8

32 7 0
                                    

Part puanjang, ati ati bosen!

Selamat membaca ^_^
----------------------------

'prang!'

Suara benda yang dibanting menggelegar di kediaman seorang gadis. Keadaannya sangat kacau dan ia tampak sangat marah.

Barang barang di kamarnya sudah hancur berantakan karena ulahnya barusan. Sementara para pelayan yang berada di luar berdoa agar mereka tidak menjadi sasaran pelampiasan kemarahan Tuannya yang sedang marah.

"Gadis sialan! Awas saja kau Rose!"

Dia kembali murka. Diraihnya sebuah vas bunga yang berada di pojok ruangan, lalu melemparnya ke depan pintu.

"Pelayan!" teriaknya memanggil para pelayan yang berada di luar untuk berjaga.

Tak lama kemudian, tiga orang pelayan masuk kedalam ruangan. Nyali mereka menciut ketika melihat seluruh ruangan yang sudah berantakan karena ulah majikannya.

"Y-ya nona Stella."

Ya, gadis yang tengah diliputi oleh kemarahan itu adalah Stella. Riasan di wajahnya berantakan karena menangis tanpa henti.

"Perintahkan beberapa Ksatria kita untuk melepaskan Rio dari penjara secara diam diam," ujarnya kalut.

Dua orang pelayan yang mendengar perintah majikannya bergegas keluar untuk melaksanakan perintahnya. Kini, tersisa sang pelayan kepercayaan Stella yang berada di ruangannya.

"Apa yang kau lakukan disini, hah? Pergi!" usir Stella tajam.

Pelayan itu sedikit menciut, tapi dia penasaran mengapa majikan yang biasa memanjakannya kini membentaknya dengan sangat kasar.

"Ak-Saya hanya ingin bertanya, mengapa nona Stella sangat marah saat ini?" tanyanya gugup.

"Hahaha... kau mungkin tidak tahu Key, tapi akulah yang menyuruh Rio untuk memalsukan terjemahan dari utusan Inggris itu."

Key terbelalak kaget saat mendengar penjelasan Stella barusan. Dirinya sudah menduga bahwa kasus ini ada kaitannya dengan majikan liciknya ini. Tapi setahu Key, semua rencana Stella tidak ada satu pun yang gagal.

"Saya tahu, Nona. Penyihir dan saudari anda itulah yang telah menggagalkan rencana luar biasa milik nNonaona," ujar Key membela Stella walaupun dia masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Stella yang mendengarnya merasa sombong dan sedikit lega.

Mendudukkan diri di atas kasur, Stella menatap Key yang sedang berdiri tertunduk di depannya.

"Kau tahu, Key? Sebenarnya aku lah yang sudah menyuruh Rio untuk memalsukan terjemahannya."

Ucapan jujur dari sang majikan membuat Key kaget dan heran secara sekaligus. Biasanya, majikannya itu akan mengatakan setiap rencana yang akan ia mainkan dengannya. Tapi sekarang?

"Lalu, apa tujuan anda memalsukan terjemahan dari tuan Albert?"
Key menepis keemarahan di wajahnya karena sejujurnya, ia penasaran dengan rencana licik majikannya yang satu ini.

"Aku berencana menggunakannya untuk memanipulasi Pangeran Mahkota. Dalam rencanaku, seharusnya aku yang mengungkap fakta ini saat di pesat perjamuan besok, dan dengan begitu Pangeran Mahkota akan melirik ke arahku. Tapi si Rose sialan itu!"

Stella menggeram marah di akhir kalimatnya. Ia benar benar membenci Rose dan menyesal karena dulu ia tidak memastikan gadis itu tiada di depan matanya.

Stella menghela napas. "Untung saja Rio tidak mengaku kalau aku yang telah menyuruhnya untuk memalsukan terjemahan. Dan sesuai janjiku padanya, aku akan membebaskannya saat ia tertangkap," ujarnya sembari memijat pelan pelipisnya.

Live In the MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang