S2 - Bab 10

44 8 0
                                    

"Bukankah itu bagus?" Setelah jeda panjang dari raja Taeyang, Violet bertanya dengan wajah berkerut bingung, merasa belum paham.

Sementara pangeran Asher yang mendengarnya malah mendengus sebal. "Memang sangat bagus untuk para penduduk itu, tapi tidak bagus untuk keturunan mereka termasuk aku," ujarnya dingin.

"Apa maksudnya?" Kini, giliran Rose yang bertanya.

"Setelah mendapat kabar dari warga setempat, kami bertujuh langsung menyerang gubuk si Iblis itu dan membunuhnya. Setelah kami membunuh Iblis itu, muncullah seorang gadis yang mengaku sebagai Peri. Dia juga mengaku kalau ia adalah kekasih dari Iblis yang baru saja kami habisi. Ketika melihat mayat kekasihnya yang masih terbujur kaku dengan pedang yang masih menancap sempurna di tubuhnya, peri itu menangis di tempat."

"Kasihan sekali gadis malang itu," ujar Rose menyela. Yang lain hanya bisa memberikan tatapan kesal mereka karena Raja Taeyang berhenti bercerita.

"Lalu, apa yang terjadi?" tanyanya setelah menyadari hawa tidak menyenangkan dari teman temannya.

"Peri tersebut memberitahu kami bertujuh bahwa iblis itu sebenarnya mempunyai niat baik. Dia berniat menolong warga desa dari ancaman monster dengan menumbalkan beberapa anak yang layak untuk diberikan kepada sang monster. Tapi ditengah ritualnya, kami bertujuh langsung menyerangnya tanpa menunggu penjelasan dari sang iblis. Saat itu, kami semua sangat terkejut mendengar penuturan sang peri," ucap raja Taeyang sedih.

Semua orang hanya bisa terdiam di tempatnya, sembari diam diam memaki ketololan ketujuh sahabat termasuk raja Taeyang.

"itulah akibatnya jika seorang calon raja terlalu gegabah dalam mengambil keputusan." Suara dingin pangeran Asher memenuhi ruangan lagi.

Violet yang menyadari kesedihan di wajah raja Taeyang langsung memberi pelototan tajam kepada pangeran Asher.

"Apa? Aku benar 'kan?" tanya pangeran Asher santai. Violet tak habis pikir, sebenarnya seberapa kebencian pangeran Asher kepada Ayahnya sendiri?

"Kemudian, peri itu mengutuk kami bertujuh. Lebih tepatnya kepada keturunan kami. Keturunan kami bertujuh akan berubah menjadi monster pemakan daging dan liar setiap bulan purnama terjadi. Keturunan kami yang pertama akan dililitkan oleh sebuah tanda di lengan mereka. Tanda itulah yang membuat kutukan tersebut bekerja," lanjut raja Taeyang.

Setelah jeda, raja Taeyang menghembuskan napas panjang.
"Tanda itu seperti safir, setiap keturunan dari teman temanku memiliki tanda safir yang berbeda beda. Dan pangeran Asher memiliki tanda itu di lengannya berwarna ungu."

"Ah, aku mengerti Yang Mulia. Sepertinya kekuatan dari safir itulah yang mengubah seluruh Istana menjadi berwarna ungu, bukan?" ucap Starla menyela pembicaraan raja Taeyang.

Raja Taeyang mengangguk, kerutan di dahinya semakin muncul akibat memikirkan kejadian tersebut.

Namun tampaknya, Starla masih punya beberapa pertanyaan lagi di pikirannya. Ia mengusap dagunya, lalu memandang raja Taeyang heran.

"Boleh saya tahu siapa peri yang sudah menjalin hubungan terlarang dengan iblis itu?"

Raja Taeyang sedikit tersentak mendengar pertanyaannya. Buru buru ia memanggil seorang kasim dan menyuruhnya untuk mengambil buku di ruangannya.

"Aku tak yakin. Sepertinya ingatanku telah disegel oleh peri itu. Yang terakhir aku ingat adalah kami bertujuh sudah ada di tenda kami masing masing. Seolah kami hanya bermimpi, namun yah.... kejadian itu benar benar nyata."

Tak lama kemudian, kasim itu memberikan sebuah buku usang kepada raja Taeyang.

"Lalu, bagaimana Yang Mulia bisa ingat jika ingatan anda tersegel?"
Semua mengangguk menyetujui pertanyaan Aby yang masuk akal.

Live In the MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang