Delapanbelas

41 11 55
                                    

Happy Reading:*

__________

"Dan, kayanya lo kudu gercep deh, takutnya ntar ketikung sama adek kelas." ucap Evan memperingati.

Zidan tak menggubris, matanya hanya terfokus pada seorang gadis yang sedang asik bercanda ria dengan sahabat sahabatnya dan seorang siswa yang sepertinya satu angkatan dengan gadisnya. Tunggu! gadisnya? entahlah, sepertinya Zidan mulai menyukainya.

"Mau lo ngomong kaya gimanapun, nggak bakalan di sahutin sama dia Van, orang matanya aja gak mau lepas dari bebep gue," sindir Kenzo.

Zidan hanya melirik tajam ke arah Kenzo sebentar, lalu mengalihkan padangan ke arah gadisnya lagi.

"Bucin boleh Dan, tapi lo kudu hati hati sama tikungan sekitar," Aldi kali ini.

"Kenzo misalnya," imbuhnya.

"Kenzo? gue bersaing sama Kenzo? Yang bener aja lo, jelas jelas Lexa bakal lebih milih gue lah,"

"Ck, jadi lo ngeremehin pesona gue Dan?" ucap Kenzo seolah tak terima.

"Maybe,"

"Oke, kita liat aja nanti, gue udah punya strategi buat deketin bebep Lexa,"

"Kalau lo lakuin itu, orang tua lo bakalan gue panggil ke sekolah,"

"Dih, napa jadi bawa bawa bokap sama nyokap gue?"

"Lo lupa siapa gue?"

Kenzo memutar bola matanya malas, sebenarnya dia hanya menggoda Zidan saja. Bagaimana mungkin dia akan merebut gebetan leadernya itu. sang leader sensi sekali.

"Gue nggak doyan nikung, sorry,"

"Good."

"Dan, Dan, itu liat, rambut bebep lo di acak acak gemes gitu sama si Devan," ucapan Evan berhasil membuat Zidan bangkit dan melangkahkan kakinya menghampiri Alexa.

"Kak Zidan! mau nggak jadi pacar aku?" teriak seorang siswi secara tiba tiba. Membuat Zidan menghentikan langkahnya.

Tentu saja hal itu mengundang banyak perhatian para makhluk yang sedang berada di kantin.

Zidan melirik ke arah Alexa, Gadis itu sedang berpura pura tidak mendengar atau melihat apa yang sedang terjadi di sekitarnya.

"Nembak gue nih?"

"Iya kak, mau yah?"

Zidan mengedikkan bahunya acuh, dia kembali pada tujuan awalnya yaitu menghampiri Alexa.

"Halo Bang," sapa Devan ramah. Devan ramah karena memang dia anak Osis jadi sudah seharusnya bersikap ramah pada senior, terlebih lagi, Zidan masih menyandang status sebagai Ketua Osis.

Sapaan Devan hanya di balas deheman oleh Zidan. Meski begitu, Devan terus menatap Zidan dengan penuh kekaguman. Siapa sangka Devan bisa satu meja seperti ini dengan sang ketos? Mereka memanglah satu Organisasi, tetapi satu Organisasi saja tidak cukup untuk bisa berteman bahkan untuk mengobrol saja pun rasanya tidak mungkin. Kecuali mengobrolkan hal yang berkaitan dengan Osis dan Sekolah.

"Laporan selama PKL lo udah selesai?" tanya Zidan pada Alexa dan duduk di samping Alexa.

"Udah kok, ngapain lo kesini? tu cewek kayanya masih nungguin jawaban dari lo,"

"Gue rasa lo udah cukup mengerti jawaban gue apa!" teriak Zidan pada perempuan yang baru saja mengungkapkan perasaan pada dirinya. Perempuan itu menunduk dan meninggalkan kantin.

"Tuh cewek pasti malu," beo Freya.

"Malu kenapa?"

"Malu di tolak di depan umum, lo sih Kak, pake nolak di depan umum segala." sarkas Freya. Tanpa sadar dengan siapa dirinya berbicara.

ALEXA ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang