"Kak kalo kesana lagi Jisung gak ikut deh." keluh Jisung yang meluruskan kakinya di pos ronda.
"Bener kata mbak Nayeon ,ada hantunya. Btw Sung ,lu tadi liat apaan?" kata Sanha.
"Mbak mbak rambutnya panjang , tingginya hampir sama kayak Jisung." kata Jisung.
"Iya ,bener gue juga liat tadi." kata Soobin.
"Udah lo rekam kan San tadi?" tanya Soobin memastikan.
"Iya ,baru mau gue kirim." kata Sanha.
"Tapi gue masih penasaran." kata Soobin.
"Penasaran apa kak?" tanya Jisung.
"Itu. Rumahnya." kata Soobin.
"Lo mau balik lagi ke sana?" tanya Sanha.
"Gue gak yakin sih? Tapi gue penasaran." kata Soobin.
"Kalo gitu aku juga ikut kak!"
T÷D
Sanha ,Soobin ,dan kakek berkumpul di ruang tamu ,di rumah kakek nggak ada TV gak ada meja makan juga ,jadi mereka makan di ruang tamu sambil lesehan.
“Kek ada cerita gak tentang desa ini? Cerita misteri.” tanya Sanha.
“Banyak. Mau yang mana?” tanya kakek.
“Yang paling terkenal?” tanya Soobin.
“Ada satu. Dulu ada satu perempuan yang tinggal di desa ini. ,"
"Perempuan itu kaya ,punya banyak uang ,tapi dia hambur hamburkan ,"
"Adiknya suka membantu warga disini ,tapi kakaknya tidak ,"
"Suatu hari saat adiknya meminta uang kepada kakaknya untuk berobat ke dokter ,"
"Tapi kakaknya tidak memberikannya ,alhasil adiknya tidak pergi ke dokter untuk berobat ,"
"Kata warga berhari hari mereka tidak menemukan adiknya keluar dari rumah. Beberapa hari setelahnya ada kabar adiknya meninggal ,"
"Warga bilang ,itu karena kakaknya tidak mau memberi adiknya uang untuk berobat." kata kakek.
"Gitu kek? Terus kakaknya gimana?" tanya Sanha.
"Ya adiknya dimakamin lah." kata Soobin.
"Benar. 1 bulan setelahnya ,rumahnya kemalingan. Semua hartanya diambil. Perempuan itu depresi karena banyak penagih hutang yang menagihnya ,"
"Dan berakhir dengan bunuh diri di rumah itu." kata kakek.
"Katanya kalau ada orang yang lewat daerah itu dia akan dijadikan tumbal dan hartanya akan diambil."
Duar!
"AAAAAA!!"
Listrik padam setelah petir menyambar. Sanha bahkan ketakutan hingga memeluk Soobin yang sedang makan.
"Sebentar ,kakek ambilkan lilin." kata kakek.
Sekarang mereka ditemani dengan satu batang lilin yang menyala. Keadaan sangat gelap bahkan hanya untuk bergerak ke dapur.
"Bin titip piring ya?" kata Sanha.
"Enggak enggak ,taruh sini aja dulu." kata Soobin.
Sunyi. Satu kata untuk mendeskripsikan suasana sekarang.
Merasa tidak ada pergerakan disebelahnya ,Sanha berbisik ke Soobin.
"Bin? Kok kakek diem aja sih?" tanya Sanha.
"Dingin mungkin?" jawab Soobin.
"K-kek? Kakek kedinginan? Sanha ambilin selimut di kamar ya?"
"Ayok Bin." ajak Sanha lalu menyalakan senter di handphonenya.
Soobin memberikan wajah bertanya. Mana bisa Sanha yang mengajak dan Soobin yang ikut diajak.
Sanha menarik tangan Soobin "Udah ayok ,gue mau ngomong sekalian." kata Sanha lagi.
Menjauh beberapa langkah dari kakek ,Sanha mulai berbisik ke Soobin.
Sanha sebenarnya penasaran dengan rumah kakek. Pasalnya ada beberapa hal berbeda disini. Seperti satu lukisan besar di setiap kamar. Satu pintu tambahan di dapur. Dan beberapa lainnya.
Soobin juga merasakan ada yang aneh dengan kakek. Tidak biasanya kakek diam saja.
"Gak papa tadi kita tinggalin kakek sendiri?" tanya Soobin.
"Gak enak sih. Tapi mau gimana lagi? Gue mau ngomong tadi." jawab Sanha.
Cahaya remang remang dari lilin yang hampir habis menambahkan kesan horor di ruang tamu.
Di perjalanan pun baterai handphone Sanha habis. Handphone Soobin masih tertinggal di ruang tamu tadi.
"Nih kek selimutnya." kata Sanha.
Tak mendapat respon dari kakeknya Sanha duduk di sebelah kanan kakeknya ,dan disusul Soobin yang duduk di sebelah kiri.
"Kakek kok pucet? Soobin anter ke kamar ya?" pertanyaan Soobin bahkan hanya direspon gelengan kepala dari kakeknya.
"Ini pake selimutnya kek." kata Sanha sambil memberi selimut ke bahu kakeknya.
Ting!
Pandangan mereka berpindah ke saklar lampu dekat pintu masuk. Terlihat—kakek? Menyalakan lampu.
Sanha masih bingung melihat kakek yang tiba tiba di depan pintu.
Sedangkan Soobin menengok ke sebelahnya. Selimut yang diletakkan Sanha jatuh tepat di kursi.
"L-loh kakek ngapain disitu?" tanya Sanha.
"Rumah ini sudah tua. Sering mati listriknya. Gentengnya juga sering bocor ,tadi kakek benerin." jawab kakek.
"Lah terus ini tadi siapa?" tanya Sanha.
Ting!
|+62 813 5623 xxxx|
|Kenapa?
|Kaget?
|Gua tau kok kalian itu penakut.
|Tunggu hadiah selanjutnya.
|Untuk bonus hari ini ,gak gue telpon deh lu pada.
19.57T÷D
notes:
Definisi update tergantung suasana.
Maaf ,kadang gak punya ide aja mau nulis. Hp ku juga kadang ngelag ,kadang gak ada sinyal buat buka wattpad.
Kayaknya si udah 2 mingguan ga up.
KAMU SEDANG MEMBACA
T.O.D || Soobin - Sanha
Fanfiction"Kita harus milih..." "Truth or dare?" "Kalo gak kenapa?" "kita bakal dapet suatu malapetaka..." Starting from now-! writer by : - nadamyycio