"Bangun bodoh!"
Sanha bangun di tempat yang mungkin bisa dibilang gelap dan kotor. Ada tiga orang yang berada tepat di depannya.
Badannya terduduk di kursi besi dengan keadaan tangannya di tali.
"Felix?! Kok lo bisa ikut mereka? Apa kalian ini yang suka telpon gue sama Soobin?" tanya Sanha.
"Cih! Baru nyadar dia." ejek seseorang berbadan tinggi.
"Ngapain kalian buat telpon iseng kayak gitu?!"
"Kayaknya emang harus kita tunggu sampe mereka pecah baru, kita selesai-in." usul sang perempuan.
"Lo Lia kan?"
Gubrak!
"Cari gara gara emang mereka."
Masuklah satu orang dengan membawa perlengkapan, kayu, gunting, bahkan batu.
Dari arah belakang Sanha ada seseorang yang mencoba melepaskan tali yang mengikat Sanha.
"Eh! Lo nggak papa Bin?" tanya Sanha heran.
"Lu ngomong apaan? Lo yang gimana?! Nggak papa?" tanya Soobin balik.
"Eh?"
Tali berhasil lepas. Dan mereka berhasil keluar dari bangunan yang mirip bekas gudang.
"Bentar, gue mau nyusul Felix."
"Bukannya Felix ikut mereka?" tanya Sanha.
"Jangan ngaco ya San. Felix aja tadi bantu gue ngecoh mereka!" bantah Soobin.
"Enggak, tadi mereka ada 3. Satu Felix, satu Lia, satunya lagi, nggak tau."
"Kayaknya lo ngelindur deh San. Jelas jelas mereka cuma berdua. Lia, sama Jeno!"
"Tapi.."
Belum sempat Sanha menyahut, Soobin sudah berlari terlebih dahulu.
Dor!
Suara tembakan terdengar jelas dari luar. Lantas Sanha berlari masuk ke dalam gudang.
"Sanha! Bawa Soobin, lari!!" seru Felix yang sudah tersungkur di lantai.
Dengan sigap Sanha segera menggendong Soobin di punggungnya.
Mereka berhasil keluar dari gudang namun masih dikejar oleh dua orang.
"Bin jangan tidur dulu oke?"
Dengan cepat Sanha melangkahkan kakinya masuk ke hutan.
Mereka berhenti di sebuah pohon besar di sana.
"Lo yakin nggak papa?" tanya Sanha khawatir.
Soobin mengangguk pelan.
"Bentar, gue liat sekeliling dulu."
Baru jalan beberapa langkah, Sanha sudah menemukan jurang yang dibawahnya terdapat sungai yang mengalir deras.
Bugh!
Sebuah kepalan tangan berhasil menghantam badan Sanha.
Sehingga ia terdorong ke jurang.
Saat menengok ia tidak menemukan Soobin yang babak belur, namun Jeno yang babak belur.
Jeno mengangkat salah satu sudut bibirnya. Bukan terlihat manis, namun terlihat seperti psikopat yang siap membunuh korbannya hanya dengan senyumnya itu.
T÷D
Sanha bangun dengan posisi tertidur. Ia merasa ini adalah rumah sakit.
"San! Lo udah bangun?!"
T÷D
notes:
Semakin tidak jelas ceritanya..
Karena ini dalam satu waktu nulisnya, dan langsung publis, lupa nyicil,Spoiler ya, tamatnya mungkin bakal,
IH APAAN?!
TAMAT KOK KAYAK GINI!Sekian terima Soobin bonus Sanha..
KAMU SEDANG MEMBACA
T.O.D || Soobin - Sanha
Fanfiction"Kita harus milih..." "Truth or dare?" "Kalo gak kenapa?" "kita bakal dapet suatu malapetaka..." Starting from now-! writer by : - nadamyycio