By Rima El-helwah
===
Aku duduk termenung dengan rasa sesal yang tak berkesudahan. Andai waktu itu aku tak memberi izin untuk istriku Mirna, pergi merantau ke negara Arab. Mungkin saat ini tak akan ada perasaan sesal yang terus menggelayuti benakku.
Wajah cantiknya masih tersimpan rapi dalam ingatan. Senyum terakhirnya masih hangat terasa, hingga kini tak terlihat lagi semua itu. Bukan kemauan ataupun cita-citaku untuk membiarkannya pergi merantau, demi membantu perekonomian keluarga kami. Hal ini disebabkan, kecelakaan yang menimpaku enam bulan yang lalu. Sehingga, aku dikeluarkan dari tempatku bekerja sebagai seorang kurir, di salah satu perusahaan jasa antar barang.
"Abang, percaya sama Mirna. Semua ini demi kebaikan keluarga kita," ucapnya saat ia meminta izinku.
"Tapi, aku nggak sanggup hidup tanpa kamu. Kasian Ica masih terlalu kecil, harus kehilangan kasih sayang ibunya," jelasku. Berharap ia mengurungkan niatnya.
"Kan, ada orang tua kita yang akan membantumu mengurus Ica," ujarnya meyakinkanku saat itu.
Tak ada pilihan lagi selain aku memberinya izin untuk pergi. Semoga saja semua ini benar demi kebaikan keluarga kami. Lagi pula, Mirna akan diantar oleh Roni, sepupuku. Roni banyak mengenal agen jasa TKW, di salah satu kantor penyalur tenaga kerja luar negeri di ibu kota. Aku percaya Roni akan membantu semua proses keberangkatan Mirna dengan mudah.
"Kamu tenang saja, Den. Aku akan bantu mengurus semuanya, biar Mirna cepat terbang ke Arab," ujar Roni saat itu.
Kini sudah hampir dua bulan, Mirna belum juga memberiku kabar. Entah sekarang dia berada di mana? Aku sudah mencoba menanyakan kabar Mirna pada Roni, tetapi jawabannya selalu sama. Mirna belum mendapat majikan, maka dari itu ia belum bisa membeli handphone.
Namun, kali ini aku tak tinggal diam seperti orang kehilangan akal. Keselamatan Mirna sangat berarti bagiku. Terlebih, beberapa hari ini aku merasakan hal-hal aneh di luar logika. Sering kali aku melihat penampakan seorang wanita ketika tengah malam dan bau busuk yang kerap kali tercium olehku.
"Bang Deni, Bang!" seru seorang wanita dari luar rumah. Membuyarkan lamunanku.
"Iya, ada apa Bu Eni? Kenapa seperti orang ketakutan begitu?" Aku keluar dan mendapati tetanggaku itu terlihat panik.
"I-itu, Bang! Warga lagi heboh, kampung kita sudah tak aman!" jelasnya dengan suara terbata.
"Maksudnya, Bu?" tanyaku heran.
"Di danau depan kebun jagung pak RT, warga sering melihat penampakan kuntilanak!" jawabnya padaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/257420704-288-k333112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD KUNTILANAK (Antologi Kisah Horor Indonesia)
TerrorGerbang Pembuka "Jagad Kuntilanak" === Buku Antologi ini adalah karya bersama Author-Author Horor yang tergabung di dalam grub Facebook "Kisah Horor Indonesia (KHI)", sebuah grub khusus cerita horor yang bernaung di bawah grub literasi "Komunitas Pe...