By Selfi Palupi
Menjelang akhir tahun, tumpukan pekerjaan di kantor seakan-akan saling berebut untuk minta dituntaskan. Banyaknya laporan yang harus segera dibuat dan diselesaikan, terkadang menimbulkan stres tingkat tinggi bagi para karyawan. Belum lagi kalau ada tugas menggantikan rekan kerja yang sedang berlibur atau sedang mengajukan cuti pada akhir tahun. Lengkap sudah.
Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Ardian tampak menggeliat sembari merenggangkan jemarinya ke atas. Layar desktop di hadapan baru saja dimatikan. Terdengar bunyi gemeretak dari remasan tangan tersebut. Pria pertengahan tigapuluhan itu perlahan merenggangkan dasi yang dikenakan, kemudian bersandar lesu di punggung kursi.
Letih. Mungkin itulah yang kini sedang ia rasakan. Seharian berkutat dengan berbagai kesibukan pekerjaan yang menguras tenaga serta pikiran. Sejenak ia memejam. Menikmati keheningan di dalam ruangan berukuran delapan meter persegi. Tak terlalu luas memang. Meskipun di kantor tersebut, ia termasuk salah satu staff yang paling kompeten.
Ardian menarik napas panjang kala melihat tumpukan dokumen berserakan di meja kerja. Dengan sigap, tangannya bergegas merapikan lembaran-lembaran tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam kabinet.
Setelah dirasa sudah tak ada lagi yang tertinggal, pria berkemeja biru muda itu pun segera meraih tas kerja, kemudian berlalu dari ruangan.
Suasana kantor sudah terlihat sepi. Hanya ada beberapa rekan beda divisi yang juga mengambil workovertime, serta beberapa OB yang tampak bersiap-siap untuk pulang.
Sudah tiga hari ini Ardian lembur, demi menuntaskan pekerjaan sebelum ia mengambil cuti tahunan. Kesempatan yang sudah dua tahun ini ditunggu, tak kurang dari sepekan. Sengaja ia melewatkan jatah cuti tahun lalu, agar di tahun ini ia bisa fokus berbulan madu ke Bali. Sebuah mimpi indah yang ingin diwujudkan bersama sang isteri.
Padatnya aktivitas masing-masing membuat pasangan tersebut terpaksa menunda memiliki momongan demi mengejar karir. Dan inilah saatnya, waktu yang tepat untuk merealisasikan impian yang sempat tertunda tersebut. Sebuah program yang sudah direncanakan matang, sejak awal pernikahan.
Suara detak sepatu yang beradu dengan lantai granit menimbulkan hentakan nyaring di telinga. Menggema di sepanjang dinding lorong lantai tiga belas, di mana kantor Ardian berada. Tak ada deru mesin printer maupun denting lift yang biasanya mewarnai kesibukan di sebuah perusahaan. Hening.
Ardian cepat merogoh kantong celana saat merasakan ponselnya bergetar. Satu panggilan dari Riana, sang isteri tercinta. Seketika Ardian tersenyum, dengan sorot mata berbinar bahagia.
"Sayang, kamu belum tidur? Nunggu aku?"
"Iya, nih. Bosen sendirian. Kamu masih lembur?"
"Nggak. Ini udah mau pulang kok."
![](https://img.wattpad.com/cover/257420704-288-k333112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD KUNTILANAK (Antologi Kisah Horor Indonesia)
HororGerbang Pembuka "Jagad Kuntilanak" === Buku Antologi ini adalah karya bersama Author-Author Horor yang tergabung di dalam grub Facebook "Kisah Horor Indonesia (KHI)", sebuah grub khusus cerita horor yang bernaung di bawah grub literasi "Komunitas Pe...