By Yeyen Rose
===
Wush ... wuush ... wush!
Suara angin di sore hari, menemaniku yang tengah duduk di beranda rumah. Sambil memperhatikan anak-anak yang sedang pulang dari TPQ. Aku yang tengah duduk melamun, memandangi sebuah pohon jambu di depanku.
Sudah puluhan tahun usia pohon ini, menemani kami tumbuh dewasa. Pohon yang rasa buahnya tiba-tiba berubah menjadi wangi. Bahkan lebih wangi dari bunga tabur yang biasa ada di pemakaman.
Aku jadi teringat, saat almarhum Eyang bercerita. Tentang asal muasal kenapa buah ini berubah. Kejadian puluhan tahun yang lalu, seolal-olah sedang berputar kembali di otakku.
Rinjani, seorang gadis kampung yang wajahnya begitu ayu. Tutur kata dan sopan santunnya begitu baik. Dia dan kakanya, di bawa oleh Juragan Galih untuk bekerja di kota. Rinjani dan Ratna bekerja di tempat yang berbeda.
Juragan Galih yang menaruh rasa pada Ratna, menawarkan diri untuk membantu mencarikan pekerjaan. Sayangnya, malah Rinjani yang bekerja di tempat saudara Galih. Kian hari, mereka semakin sering bertemu.
Galih, sebenarnya hanya seorang pemuda biasa, yang kebetulan memiliki saudara kaya. Gayanya saja yang super wah, dan mengaku-ngaku sebagai seorang juragan. Kelakuan yang sebenarnya, sangat berbeda dengan apa yang terlihat.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, rasa rindunya kepada Ratna, seolah menjadi pemicu kejadian itu. Keadaan rumah yang sepi, lantaran keluarga saudaranya sedang keluar kota. Membuat Galih menyalurkan hasrat yang sudah tidak tertahankan kepada Rinjani.
Gadis cantik berambut hitam itu ternodai dan hamil. Karna takut perbuatannya di ketahui, Galih pun memfitnah Rinjani. Dia dipulangkan ke kampung halamannya. Demi terlihat baik, Galih memberikan beberapa hadiah dan oleh-oleh untuk keluarga Pak Joko, orang tua Rinjani dan Ratna.
Rinjani merasa tertekan, dia malu dengan aib yang ada pada perutnya. Waktu itu, saat Rinjani sedang menonton televisi, yang tak lain pemberian dari Galih. Pandangannya tiba-tiba kosong, saat menatap benda kotak tersebut.
Aaa ... arght ... hihihihi!
Terdengar teriakan dan suara orang tertawa, saat menjelang waktu dzuhur. Kedua orang tua Rinjani, berlari menuju arah suara tersebut.
"Astaghfirulloh, nak," ucap Bu Mirah, sambil mengelus dada.
"Nyebutnak, nyebut!" perintah Pak Joko.
"But ... but ... but. Hihihihihi," jawab Rinjani, sambil melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD KUNTILANAK (Antologi Kisah Horor Indonesia)
TerrorGerbang Pembuka "Jagad Kuntilanak" === Buku Antologi ini adalah karya bersama Author-Author Horor yang tergabung di dalam grub Facebook "Kisah Horor Indonesia (KHI)", sebuah grub khusus cerita horor yang bernaung di bawah grub literasi "Komunitas Pe...