Chapter 1 | Pesimis dan Ambisius

51 10 1
                                    

New story!!
Happy Reading <3

••

"Sampe kapan gue kaya gini? Sampe kapan?" Nara menggerutu sendiri sembari terbaring di kasurnya sesekali ia memijat keningnya yang terasa pusing. "Gue pengen jadi orang kaya...."

Ya, dia adalah Edria Nara Letisha, biasa di panggil Nara. Gadis berusia 23 tahun yang baru saja dipecat dari pekerjaanya. Pekerjaan yang terdahulu sangat membantu finansial kehidupanya. Tetapi, semua pekerjaan nya menjadi kacau karena kisah asmaranya.
Nara adalah seorang yatim piatu. Ibu nya meninggal dunia saat melahirkanya, sedangkan Ayah nya memilih menitipkan Nara ke panti asuhan. Sejak Nara lulus dari SMA, ia memilih tinggal bersama saudara perempuan nya. Ya, ia menumpang tinggal disana.

"Nar, lo kenapa?" Tanya geby saudara perempuanya itu. Geby setahun lebih tua dari Nara. Ia berkuliah di Universitas Jakarta.

Nara menghela napasnya dalam-dalam, "Gue mau jadi orang kaya, Geb. Sampe sekarang belum ada yang nerima gue kerja, harus gimana lagi?"

Geby mendekati Nara, ia megusap rambut saurdaranya itu, "Gimana kalo lo nyari om om tajir atau lo jadi selingkuhan om om aja. Auto kaya, gue jamin."

Nara tersenyum sinis ke arah Geby, ia beranjak dari tempat tidurnya mengambil handuk dan segera bergegas ke kamar mandi.

"Tumben hari Minggu mandi," celetuk Geby.

"Mau nyari om-om tajir." Kata Nara memeletkan lidahnya ke arahh Geby.

Geby hanya tertawa melihat tingkah saudranya itu, walau sudah berusia 23 tahun tapi kelakuan nya masih seperti anak kecil.

•••

Tidak ada hari libur untuk seorang barista, setiap hari bertemu dengan pelanggan yang terus berdatangan. Menyeduh menuangkan kopi untuk pelanggan, menggiling biji kopi segar, menyiapkan berbagai jenis minuman seperti teh, latte, dan cold brew. Itulah pekerjaan Daren.

Pelanggan yang datang ke cafe dominan para gadis. Samar terdengar mereka ke cafe bukan sekedar membeli kopi atau minuman sejenisnya, melainkan ingin melihat Daren yang dikenal sebagai barista ganteng. Walaupun Daren tidak pernah merespon mereka, tetap saja Daren selalu digoda oleh pelanggan perempuan itu.

Sudah 3 tahun Daren bekerja sebagai barista, ia sudah mendapat kepercayaan dari pemilik cafe tersebut. Walaupun ia baru berusia 24 tahun semangat bekerja nya sangat ber api-api.

"Woah.. Makin hari makin ganteng aja, Ren." Goda Liam, ia adalah teman Daren yang juga bekerja di Cafe Starlite.

"Biasa aja." Saut Daren.

Daren adalah tipikal laki-laki yang irit berbicara. Kadang bos nya sampai binggung menghadapi karyawan kepercayaan nya ini. Dimarahi diam, di sapa hanya mengangguk, diajak bercanda malah kesanya seperti dipaksa tertawa. Daren hanya menjawab pertanyaan penting saja, dan menjawab seputar kopi atau pesanan pelanggan. Deep voice yang di milikinya cenderung seperti mengintimidasi lawan bicaranya. Namun itulah yang menjadi daya tariknya.

"Daren, lo bisa anter pesenan kopi ke pelanggan ini nggak?" Liam memberikan selembar kertas bertuliskan alamat pemesan kepada Daren.

"Kenapa nggak pake ojek online aja?"

"Orangnya ribet, dia nggak mau pake ojol."

"Yaudah, lo siapin aja. Gue anter." Kata Daren. Liam mengacungkan jempolnya.

•••

Seperti biasa Nara sealalu berdandan sehabis mandi, mau pergi ataupun tidak. Liptint merah adalah favoritnya, dengan rambut panjang sebahu yg terurai, dan parfume vanilla yang menambah kesan manis pada dirinya.

"Abis mandi cantik, cek.." Kata Nara di depan kaca meja riasnya, "Geby.. gue berangkat dulu ya..." Nara teriak berpamitan kepada Geby yang sedang berada di kamar mandi.

"Oke. Hati-hati, Nar." Sahut Geby.

Nara berjalan melewati gang rumah nya, biasanya ia membawa motor milik Geby, tetapi karena saudaranya itu ingin pergi ke suatu tempat, jadi Nara tidak bisa memakainya. Nara sibuk melihat ponselnya memesan ojek online.

Bugggg...

Nara tersentak kaget saat bahunya bertabrakan dengan seseorang, "Maaf, saya nggak sengaja," ucap Nara.

"Iya, mba.."

Nara melihat barang yang dibawa oleh laki-laki itu, "Itu minumanya aman kan ya? Nggak tumpah kan?

Seseorang yang bertabrakan dengan Nara yaitu Daren. Ia hanya menggeleng menandakan "tidak". Setelah kejadian itu, Nara lanjut berjalan. Sedangkan Daren masih memandangi Nara yang berjalan keluar gang, ia menghirup parfume aroma vanilla yang Nara pakai. Aroma itu kesukaan Daren, senyum tipis terulas di wajah nya.

Nara telah sampai di kafe Starlite, bisa dikatakan kalau kafe ini sangat terkenal dikalangan anak muda. Bahkan Nara dan Geby sering pesan online dari kafe Starlite.

"Mas, Americano nya satu ya."

"Oke, mba. Ditunggu ya." Ucap seorang barista.

Ia duduk di kursi dekat dengan jendela, Nara sedang menunggu seseorang. Ia mengecek ponsel nya sesekali untuk menghilangkan rasa bosan.

"Lama ya nunggunya?" Tanya laki-laki yang ada di hadapanya itu. Ia pun duduk di depan Nara.

"Ehh, Sam. Enggak kok baru aja sampe," jawab Nara. Dia adalah Samuel Argantara mantan kekasihnya. Entah apa yang membuat Samuel ingin bertemu dengan Nara. Rasanya enggan Nara menemui mantan kekasihnya itu, Namun ia kesampingkan perasaan itu.

"Maaf, Ka. Ini pesanan Americano nya." Barista tersebut menaruh pesanan itu di meja. "Oke, thank you."

"Kamu mau pesen apa?" Tanya Nara.

"Aku enggak lama kok, cuma sebentar aja."

"Yaudah. To the point aja, Sam." Tiba-tiba Nara malas berbicara dengan Samuel, menatap wajahnya pun tidak ingin.

"Aku mau di angkat jadi direktur, Nar"

"Hah? Terus hubunganya sama gue apa? Mau pamer?" Umpat dara dalam hati.

"Oo-ooh bagus dong. Selamat ya." Nara memberikan selamat dan tersenyum kepada Samuel. Tentu saja, senyuman itu tidak tulus.

"Aku mau minta maaf soal--." Belum selesai Samuel berbicara, Nara segera menukas topik pembicaraan Samuel.

"Kata kamu enggak lama kan? Kamu kan direktur seharusnya nggak bisa keluar kaya gini. Pasti sibuk." Ucap Nara.

Samuel paham apa yang di maksud Nara. Ia tahu Nara tidak nyaman dengan hal yang ingin ia utarakan. Namun, Samuel ingin menjelaskan sesuatu agar tidak ada kesalahpahaman diantara mereka berdua.

•••

Daren sudah tiba kembali di tempatnya bekerja. Saat masuk ke kafe nya, ia melihat gadis yang tadi bertabrakan dengan dirinya sedang berbincang dengan seorang laki-laki. Tak sengaja tatapan mata mereka bertemu, Nara membalas dengan senyuman ramahnya, sedangkan Daren langsung kabur jalan begitu saja.

"Ternyata dia kesini sama pacarnya." Ucap Daren dalam hati.

•••

Wohoooo😆akhirnya bisa nulis lagi:")

Hati-hati ya kalian bisa terombang ambing dengan kisah Nara dan Daren😛
Stay tune, luv!
Jangan lupa untuk Vote and Comment.
Karena dukungan dari kalian adalah hal yang sangat berharga untuk author hihiy <3

Me & You ; Who are you? | HarutoxPrimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang