Chapter 5 | Andalanku, Daren.

20 8 4
                                    

Happy reading luv <3
Semoga suka ya💗

••••

Nara bangun dari tidurnya, kepalanya terasa sakit. Waktu masih menunjukan pukul 07.30 tersisa 15 menit lagi untuk ia bermalas-malasan. Seperti biasa Geby sudah tidak ada dirumah entah bekerja atau pergi ke kampusnya. Saudranya itu tidak pernah menceritakan kehidupnya, sekalipun tentang pekerjaanya. Nara pun tidak pernah ikut campur apapu itu urusan Geby. Sebenarnya ia sangat benci dengan orang yang sangat merahasiakan semua tentang hidupnya. Mengapa tidak saling terbuka saja, padahal itu bisa mengurangi beban pikiran kita?

Ah iya, Nara teringat lagi tentang kejadian semalam bersama Daren. Bukan itu yang dimaksud Nara, ia tidak marah ataupun ngambek. Sangat susah menjelaskan kalimat yang ingin dia katakan.

Ia menarik napasnya dalam-dalam, membenturkan kepalanya ke bantal hello kitty nya. Sudah terbayangkan suasana canggung pasti tercipta saat nanti mereka bertemu di kafe. Ya memang Nara sedikit kesal saat kejadian kemarin, baru mengenal Daren tetapi rasanya seperti sudah memilikinya.

***

Daren turun dari vespanya, ia sudah sampai di depan kafe. Masih ada perasaan tidak nyaman dalam hatinya. Ia tetap memikirkan tentang Nara, sebenarnya apa yang menyebabkan Nara diam seribu bahasa padanya?

Daren hendak membuka pintu, langkah kaki seseorang berhenti tepat di belakangnya. Ya, itu sudah pasti Nara. Namun, Daren tetap melanjutkan membuka pintu kafe. Setelah pintu berhasil terbuka Nara langsung masuk ke dalam kafe tanpa peduli ada Daren disana.

"Nar,"

Nara menoleh, "hemm, kenapa?"

"Masih marah?" Tanya Daren untuk memastikan.

Nara terdiam sejenak mencoba untuk menjelaskan masalah sebenarnya, "Ren, gue enggak marah ataupun ngambek sama lo. Gue cuma mau lo sedikit tegas sama cewek-cewek yang suka ngegoda atau nganggu privasi lo. Jangan suka ngeladenin mereka," Nara menundukan kepalanya, "gue tuh enggak suka."

"Enggak suka?"

"Iya. Gue enggak suka." Ucap Nara mengulang kalimatnya.

Lagi-lagi Daren dibuat binggung oleh pernyataan dari Nara. Nara bilang dia tidak suka kalau Daren meladeni cewek-cewek yang centil dengan dirinya. Tapi mengapa? Apa alasan Nara tidak suka jika Daren seperti itu? Namun, Setikdaknya sekarang Daren tahu alasan yang menyebabkan Nara seperti kemarin.

Mereka memulai aktifitas nya. Dimulai dari Nara yang menyapu dan mengepel lantai dan Daren yang membersihkan kaca dan meja. Nara sudah mulai terbiasa melakukan pekerjaanya karena Daren sangat detail mengajarinya. Nara dan Daren pun memakai seragam barista yang menambah kesan modis saat mereka bekerja.

Kafe telah terbuka satu per satu pelanggan berdatangan. Mereka pun sibuk dengan tugasnya masing-masing. Saat Nara sedang mengantarkan pesanan ke meja pelangganya, ia melihat seseorang yang ia kenali hendak masuk ke kafe. Nara langsung berlari ke belakang dapur. Ia berlari cepat sampai bertabrakan dengan Daren. Tubuh mereka sangat dekat, tidak ada jarak diantara mereka. Daren berusaha menahan pinggang Nara agar tidak terjatuh.

"Kenapa, Nar?" Wajah Nara terlihat cukup pucat. Nara hanya menggelengkan kepalanya, ia lanjut berlari menuju ruangan belakang. Napasnya tidak beraturan detak jatungnya pun berdetak lebih cepat.

Nara melihat Samuel dan tante Erika masuk ke kafe, entah apa yang membuat mereka kesini. Tidak biasanya Samuel jalan bersama ibunya dan tante Erika pun tidak biasa nya datang ke tempat yang penuh dengan keramaian seperti ini.

Nara mengumpat dan menghindar dari penglihatan mereka berdua. Ia tidak mau di anggap remeh dan rendah karena hanya bekerja sebagai barista. Nara selalu mengangap dirinya pecundang karena takut dihina oleh tante Erika, ia belum siap menghadapi cacian dari tante Erika.

Me & You ; Who are you? | HarutoxPrimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang