sepuluh🔟

22 7 3
                                    

"WAYAE WAYAE"

BRAKK!

"Assalamu'alaikum bu dewi yang cantik~ " Salam mereka berlima eh nggak deng berempat aja soalnya si Raja males ngomong.

"Kalian ini nggak ada sopan santun ya? " Tegur bu dewi.

"Kecilnya dia ajarin sopan santun eh tahu tahu besarnya malah jadi so fun santuy" Jawab Faris ngasal sambil duduk di kursi depan bu Dewi.

"Ngejawab kamu ya"

"Namanya punya mulut buk. Lah ibuk kami salam malah nggak dijawab" Balas agas.

"Hayoloh dosa, hayoloh" Kompor angga.

"Walaikumsalam"

"Telat buk" Ucap Raja santai.

Bu Dewi tersenyum menahan amarahnya yang hendak mencekek kelima muridnya ini. "Duduk kalian"

Agas,Raja, dan Gio duduk dikursi sedangkan Faris dan Angga lesehan.

"Kalian ngapain lesehan disitu ha? "

"Orang kursinya cuma tiga, yakali kita duduk pangku pangkuan" Jawab Angga.

"Eta bener, ntar si ibuk pikir kita gay. Ribet urusannya buk. Jadi berubah genrenya ini nanti"tambah Gio.

" Udah, terserah kalian aja " Pasrah bu dewi.

"Si ibu mah ngambekan ih"

"Tau teh aku tuh pengin seblak" Sambung Angga.

"Yaudah hayuk" Gio bangkit menarik Angga.

"Hayukk"

"Eh eh eh, mau kemana kalian?" Tanya bu dewi melihat Angga dan Gio yang sudah di ambang pintu.

"Kita teh mau beli seblak ibuk"
"Si Ibuk mau nitip? " Tanya Gio balik.

"BALIK KALIAN! "

Secepat kilat Angga dan Gio kembali  duduk manis.

"Karena semuanya sudah tersedia marilah kita panjatkan doa. Al-fatihah" Ucap agas lalu mengadahkan tangannya sambil membaca surah AlFatihah.

Diikuti oleh Angga, Gio, Faris, dan Raja.

"Amin" Selesai mereka sambil mengusap telapak tangan ke wajah.

"Hah, oke buk silahkan dimulai ceramahnya" Ucap agas mempersilahkan.

"Hufttt. Kalian udah tidak datang alias membolos selama satu minggu. Kemana aja kalian harus? "

"Saya abis keluar dari rumah sakit buk, kepala saya dicium balok kayu" Jawab agas cengengesan.

"Ohhh" Bu Dewi mengangguk paham melihat perban kepala Agas.

Beralih menatap Gio yang tangannya di perban. "Kamu kena balok kayu juga?"

Gio cengengesan sambil menggaruk lehernya "saya habis memperjuangkan restu dari  Raja buk, hehe"

Bu dewi hanya geleng-geleng mendengar jawaban Gio.
"Kamu? " Menatap Angga.

"Sebagai sepupu yang baik, agas kan lagi sakit ya kali nggak saya rawat dan jaga seperti anak sendiri buk"

"Ini bukan iklan kecap bango ya Angga" Ucap bu Dewi dibalas dengan cengiran Angga.

Bu Dewi memijat kepalanya, ia yakin kalau Angga hanya ingin membolos bukan merawat Agas.

"Kamu mau ngeles apa Faris? "

"Kalo saya lagi ada urusan rumah tangga yang harus diselesaikan  buk" Jawab Faris tersenyum.

"Selingkuhan kamu ngelabrak nyuruh  si Luna ninggalin kamu lagi? "

melukis senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang