empat belas

17 4 2
                                    

Kali ini dia menyenggol nya "Vania! . lo_ ASTAGA VAN LO KENAPA?!" Histeris agas. Karena ketika disenggol kepala Vania langsung merosot dari sandaran kursi. Untung agas gercep menahan tubuh Vania agar tidak jatuh.

"Gas, Vania kenapa? " Tanya Angga.

"Gu gua juga nggak tau" Panik agas.

"Bawa ke UKS aja dulu, kalo parah baru kita bawa ke rumah sakit" Saran Gio.

"Ok" Agas mengendong Vania ala bridal style dan berlari ke perpustakaan "lo kok bisa gini sih"

Brak!
Pintu UKS ditendang Agas sampai salah satu engselnya copot.

"Bu susi mana" Agas membaringkan Vania di atas tempat tidur pasien.

"Bu susi lagi di ruang kepala sekolah" Jawab seorang murid cowok dengan seragam PMR. "Memang kenapa? "

"Pake nanya lagi, lo nggak liat masa depan gua pingsan" Sembur agas. Ia sudah panik melihat Vania yang tak sadarkan diri. kemaren lo masih sehat sehat aja sekarang kok gini?.

Menggeser agas menjauh "Yaudah biar gua periksa, gua Aldi ketua PMR ".mengecek suhu tubuh Vania dengan telapak tangannya, panas. kemudian Memasang Stetoskop hendak memeriksa detak jantung Vania.

Melihat itu buru buru agas menepis tangan Aldi yang hendak menempelkan stetoskop di dada Vania "jangan sentuh" Galaknya.

Angga dan yang lainnya masuk, mereka kewalahan mengikuti lari agas yang cukup laju.

"Buset, kalo ikut kejuaraan antar Rt menang nih orang" Celetuk Angga yang ngos ngosan sambil bersandar di dinding.

"ini pintu kok bisa copot? "  Raja menggeser sambil membuka tutup pintu yang engsel bawahnya sudah copot karena ditendang Agas tadi. Masih bisa diperbaiki kok.

"Kalo nggak gua sentuh gimana caranya gua tau dia sakitnya kenapa" Ucap Aldi sabar.

"Kan ada tuh orang yang cuma liat aja langsung tau sakitnya apa" Sengit agas. Pokoknya nggak boleh ada cowok lain yang nyentuh Vania, walaupun Transgender.

"Liat gimana ha?, pake mata batin" Balas Aldi nggak nyantai. Gilak kali ni orang, gimana gua mau tau sakitnya kalo nggak diperiksa.

"Lo kalo ngomong sans aja dong"

Sabar Aldi, orang sabar dapet pacar. Batin Aldi mengusap dada kemudian mengulas senyum "Gua orangnya sans kok, banget malah".


" Nggak usah senyam senyum lo, obatin nih masa depan gua "

"Iyaa" Mengambil stetoskop dan hendak menempelkannya ke dada Vania tapi lagi lagi ditepis oleh agas.

"Ngajak ribut lo ya" Agas emosi.

Cukup, habis sudah kesabaran Aldi. Ia meletakkan Stetoskopnya di atas nakas kemudian terkekeh sambil melonggarkan dasinya.

"Lo pikir gua takut" Tantang Aldi.

"Lo nantangin gua" Tunjuk agas.

Aldi membuang pandangannya malas "menurut lo"

"Eh udah dong. Inget Vania gas" Lerai Angga menarik agas menjauh dari Aldi.

melukis senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang