23: Twenty Three

1.7K 231 44
                                    

Chapter Twenty Three

Hermione tidak pernah mengetahui persis rasanya jatuh cinta. Bagaimana rasanya dicintai dan mencitai seseorang yang menurut seluruh buku yang Ia baca sangat menakjubkan. Selalu bisa membuat kupu-kupu tiba-tiba berterbangan di perutmu. Bahkan ketika kau hanya mendengar namanya kau akan merasakan desiran dalam dadamu. Seolah ada yang menggelitik setiap indera pendengaranmu mendengarnya. Hermione tidak pernah yakin Ia bisa merasakanya. Dan percaya akan hal itu.

Tidak sampai Ia bertemu Draco Malfoy.

Laki-laki dengan surai platina yang berhasil membuatnya mabuk, masih sangat lucu ketika Ia adalah orang yang paling Ia benci tapi saat ini Ia cintai sekaligus. Benar, Draco Malfoy.

Dimulai dari ulang tahun Hermione mereka berciuman pertama kali, Hermione tahu mereka saling mencintai. Dengan sangat.

Meskipun Hermione juga tahu, Ia masih menyimpan sebuah kebohongan. Kebohongan yang benar-benar buruk.

*
"Apa kau tidak mau melihat Quidditch?" Bisik Hermione saat melihat Draco di perpustakaan dan sibuk membaca buku. Draco hanya menggeleng dan menekuni buku-bukunya lagi.

"Aku sedang ingin membaca ini. Lagipula itu hanya pertandingan amatir." Jawab Draco pendek.

Hermione menaikkan alis dan duduk di sebelah Draco, Ia menyibakkan poni Draco yang tampak memanjang dan menutupi pandanganya. "Kau sangat manis jika serius seperti ini."

Draco tidak menanggapi serius dan hanya mengangguk. Jemarinya masih sibuk membaca kalimat dalam halaman dan tangan kirinya menandai dengan pena. Hermione hanya menghela nafas. Draco memang pekerja keras dan penuh rasa ingin tahu.

Mereka terdiam cukup lama dan Hermione mulai larut dalam dunianya dalam membaca buku-buku persiapan NEWT, Ujian, apapun yang Ia lihat dari pandanganya saat masuk perpustakaan.

Tiba-tiba Hermione merasakan pundaknya berat dan mendapati Draco bersandar di pundaknya, "Aku harap kau tidak berfikir macam-macam. Aku hanya sedang ingin belajar."

Hermione tersenyum dan mengangguk lalu mengecup kening Draco sekilas. "Itulah mengapa aku sangat menyukaimu ketika kau sedang serius."

*
Draco sengaja duduk di sebelah Hermione saat kelas ramuan. Hermione menatapnya garang dan memintanya pergi sementara Draco tidak menjawab apapun dan justru memegang erat tangan Hermione dibalik meja sambil memperhatikan Snape menjelaskan.

*
Hermione menonton pertandingan Quidditch. Biasanya Ia tidak terlalu menyukai atau menikmati pertandingan ini, tapi Draco bermain sebagai seeker disana beberapa hari setelah Ia melepaskan gendongan tanganya.

Kali ini melawan Hufflepuff, sebenarnya tidak perlu bermain pun Slytherin sudah di pastikan menang karena Draco membantu tim Slytherin kali ini.

Hermione tersenyum dan cemas sekaligus, pertama kalinya Ia menyaksikan kekasihnya bermain Quidditch dan melihatnya di kursi penonton.

*
"Aku paling suka saat kita berada di London Eye, pemandanganya cantik dan bagus sekali. Mau datang lagi kesana?" Ujar Hermione yang dengan nyaman bersandar di bahu bidang Draco sementara Draco membelai rambut Hermione dan sebelah tanganya memegangi apel hijau yang tersisa separuh.

"Bilang saja mau kucium lagi." Bisik Draco iseng. Hermione tertawa dan menggeleng.

"Aku bisa melakukanya kapanpun sekarang." Jawabnya menantang.

Draco tersenyum tipis tidak mau memprovokasi apapun terhadap perempuan di depanya. Hermione merasa aneh dan mengangkat alis, "Kau tidak percaya?"

Draco hanya memutar matanya dan menaik turunkan alis menggoda. Hermione bangkit dan mencium bibir Draco cepat.

Terrible Lie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang