11: Eleven.

2.1K 299 20
                                    

Chapter Eleven.

Hermione merasa gugup saat menyadari Draco Malfoy tengah mengawasinya. Ia yakin seribu persen lirikan Draco Malfoy ke arah meja Gryffindor adalah untuknya. Hermione menjauhkan sedikit tubuhnya dari Harry dan menekuni beberapa buah yang ada di hadapanya. Harry tidak terlihat curiga dan justru membaca buku yang dibawa oleh Hermione.

Ginny berulang-ulang melihat meja Gryffindor dan Slytherin bergantian. "Apakah Malfoy sedang memperhatikanku?"

*

NEWT sebentar lagi dan Hermione sudah belajar sejak awal Ia berada di tahun keenam. Sebenarnya, Hermione sudah mempersiapkan segalanya dari awal. Ia tidak mau harus sedih karena nilainya tidak sempurna.

Belajar ramuan bersama Draco Malfoy cukup membantunya. Meskipun mereka belum melakukan sesi belajar bersama lagi. Untuk ukuran seorang laki-laki, catatan Draco Malfoy sangat lengkap. Bahkan Hermione yakin Ia bisa lebih mudah memahami dengan catatan Draco.

Hermione saat ini menata beberapa buku dan catatanya, Ia mulai menyortir sekiranya catatan yang sudah Ia hafal diluar kepala sehingga bisa memberikanya ke Ron atau Harry. Sementara sisanya, Hermione akan berusaha membaca dan memahaminya dalam seminggu ini.

Setelah selesai menyortir, Hermione mengumpulkan catatanya dalam satu tas dan akan memberikanya kepada Harry atau Ron. Sebenarnya Hermione lebih ingin memberikanya kepada Ron terlebih dahulu. Tapi akhir-akhir ini Ron dan Lavender benar-benar lengket dan tidak terpisahkan.

Hermione menghela nafas, Lavender juga pintar. Ia bahkan bisa memahami materi dengan baik pula. Ron pasti lebih memilih untuk belajar bersama dengan Lavender. Dasar lovebirds.

Hermione memilih untuk menemui Harry terlebih dahulu di ruang rekreasi. Harry duduk santai dan menikmati hangatnya perapian. Harry menoleh dan melambai kepada Hermione.

"Hai, membawa beberapa catatan?"

Hermione mengangguk dan menyodorkan catatanya, "Pastikan kau belajar dengan benar, Harry. Kau harus sungguh-sungguh kali ini. Benar-benar harus sungguh-sungguh!"

Harry tertawa dan mengangguk. "Baiklah akan aku usahakan. Kau akan belajar lagi di perpustakaan?"

Hermione mengangguk.

"Aku boleh ikut?"

Hermione mengangguk lagi, "Boleh. Bisa kau bantu bawakan beberapa buku?"

"Tentu saja, Miss. Ayo!"

*
Draco masih memeluk sebelah bantalnya dan berusaha tidak terprovokasi untuk membunuh Blaise dan Theo yang sedang terkikik-kikik menceritakan pengalaman masa kecil mereka bersama.

Draco seharusnya adalah salah satu pemeran dalam cerita itu. Tapi dia tidak tertarik. Tahun keenam hampir berakhir dan Draco tidak terlalu senang. Menggelikan mengingat dia tidak terlalu ingin berada disini dan Lucius masih berambisi untuk memindahkanya ke Dursmstrang.

"Mate, kau mau belajar atau mau apa?"

Draco menghela nafas. "Aku malas melakukan apapun."

"Tidak merenung?"

Blaise tertawa mendengar ucapan Theo sementara pencetusnya dengan cuek mengangkat bahu. Draco menghela nafas, Ia merasakan tiba tiba perasaan tidak nyaman menyeruak dari dalam dirinya.

"Aku akan ke Hospital Wings. Kepalaku sakit lagi."

Theo memandangi Draco prihatin, "Mau ku antar?"

Draco menggeleng dan mengacungkan jempolnya. Dia melambaikan tangan dan keluar dari asrama. Seperti biasa Draco melewati dapur dan teringat sarapan bersama Hermione beberapa lalu. Draco menghela nafas. Berani sekali ingatan itu muncul tiba-tiba?

Terrible Lie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang