Serendipity.

607 37 6
                                    

"Kak, sudah sampai mana persiapan kita untuk memberontak?" Perona adikku bertanya.

Aku mengacak-acakan rambutku frustasi.

Pemilu Kerajaan akan dimulai dalam berberapa hari lagi.

Ya, aku adalah cucu kedua dari Kerajaan New World. Ayahku adalah gubernur dari prefektur Wano.

Kami akan melakukan pemberontakkan kepada kakek kami sendiri.

Keluargaku sudah berkuasa di kerajaan ini selama beratus-ratus tahun lamanya. Namun semakin pemerintah kerajaan semakin otoriter dan penuh dengan nepotisme.

Ekonomi, politik, perdagangan, pendidikan semua aspek kehidupan dikuasai oleh kakek.

Yang lebih parahnya lagi, perempuan tidak boleh berpendapat sama sekali. Bahkan untuk sekolah saja sangat sulit untuk perempuan jika mereka bukan dari keluarga berdarah biru atau tumbuh di keluarga bermodal nekat.

Rakyat ditindas. Rakyat membayar pajak dengan sangat besar. Sementara kaum darah biru?

Mereka hanya tertawa menikmati hidup mereka dibawah penderitaan rakyat.


Berberapa hari kemudian kami melakukan pemberontakan saudara dan memakan jumlah korban bertumpah darah yang banyak. Dari beribu-ribu pasukkan kini hanya tersisa ratusan.

Kemenangan dimenangkan oleh kerajaan New World, dan kami—kaum pemberontak di asingkan akibat perbuatan yang kami lakukan. l

Tanpa peduli saudara sedarah atau bukan.

Hingga saat ini, aku akhirnya berada disini.

Duduk bersama gadis asing yang mengenalkan dirinya sebagai Nico Robin.

Dan yang membuatku terkejut adalah, dia juga salah satu sosok yang ikut andil dalam pemberontakan meski hanya lewat media dan tulisan yang ia tulis di koran harian New World dengan nama pena Athena di kolom opini.

"S-socrates? K-kau? Jadi kau adalah cucu dar—"
"Ssshhh, pelankan bicaramu," ucapku, yang lagi-lagi menghentikan bibirnya dengan telunjuk jariku.

"Sekarang bagaimana kalau kita pergi dari sini?" tanyaku padanya.

Sudah tidak ada waktu lagi untuk berlama-lama disini. Aku pun mencoba untuk membuka borgol Robin yang melingkari pergelangan tangannya.

CLICK

Borgol pun berhasil aku lepaskan menggunakan ujung tajam pedangku yang tak kusangka ternyata dapat membukan borgol itu.

"ZORO AWA—"

GREP

Aku pun dengan cepat mengeluarkan ketiga pedangku dan menangkis serangan penjaga yang tadi membawaku ke ruangan ini.

"Ternyata kau adalah cucu dari Kerajaan New World yang berberapa pekan lalu memberontak, huh?" tanya nya dengan nada sinis.

Tidak lama aku segera menghunuskan pedangku tepat didadanya, membuat penjaga itu pun terjatuh.

"Robin! Ayo!" aku kemudian meraih pergelangan tangan Robin yang membiru namun Robin malah meringis kesakitan akibat itu.

"M-maaf, aku akan menggendongmu okay?
Naiklah dipunggungku," ujarku pada Robin.

Robin mengangguk pasrah dan tidak lama, ia segera naik ke punggungku dan mengalungkan kedua tangannya dileherku.

Ternyata banyak penjaga di depan yang sudah siap menyerang kami kapan saja, tapi aku tetap berlari dan tidak meninggalkan satupun dari mereka untuk hidup.

[✓] Serendipity • ZoroBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang