6- Nyonya Shin

61 7 4
                                    

Sudah tiga jam, sejak Hin memutuskan berdiri di lantai dua gedung pertokoan, dimana dia melihat wanita berpayung merah, tempo hari. Matanya mengamati setiap wanita yang berlalu lalang, dia tidak ingin melewatkan keberadaan wanita itu.

Dia kira, mimpi yang selalu datang selama ini hanyalah mimpi yang akan mengingatkan kembali dengan wanita itu. Hin merasa, dan dia tahu, dia dan wanita itu memiliki ikatan masa lalu yang tidak bisa dijabarkan dengan akal pikiran. Kian hari, seiring dengan intensitas mimpi yang sering hadir, dia perlahan mulai ingat dengan tujuan hidupnya. Dan itu membuat hasratnya muncul tak bisa diredam.

Hin menghela napas. 'Bagaimana aku bisa mencarinya, jika wajahnya saja aku tidak tahu.'

Meskipun dia berulang kali melihat wanita dalam mimpinya, tapi tak pernah sekalipun dia mengingat wajahnya. Wajah wanita itu selalu terlihat samar. Namun anehnya, saat melihat wanita berpayung merah itu, Hin langsung mengenalinya. Apa karena payung merahnya? Atau, karena cara wanita itu berjalan?

🗡🗡🗡

Shin mengiris steak dengan tingkat kematangan medium rare di atas piringnya dengan tubuh dan wajah tegak, elegan.

"Berhenti bersikap seperti seorang bangsawan." Celetuk Gu, "Sekarang katakan, apa rencanamu sebenarnya, menyuruh Lee bekerja satu tahun tanpa gaji!"

"Dia merusak lukisanku."

"Aku tahu, tapi kau tidak pernah ingin terlibat dengan manusia manapun."

"Wow, aku tersinggung dengan perkataan mu." Shin sebal, "Aku juga manusia. Satu-satunya yang bukan manusia, adalah kau."

"Tak perlu terlalu jelas mengatakannya." Gu meletakkan pisau dan garpunya. "Aku memang bukan manusia, tapi kau? Kau manusia tidak wajar."

"Cih!"

"Sekarang katakan, kenapa kau membuatnya bekerja tanpa gaji? Aku tahu kau punya banyak harta tersembunyi, apa salahnya kau memberinya beberapa dari uangmu. Kau juga tidak akan miskin hanya dengan memberinya sedikit."

Gu tahu, Shin menyimpan harta rampasan dari korban-korbannya yang telah terbunuh, yang walaupun Shin sudah lama tidak menelan korban, tetap saja hartanya masih menggunung. Dan seenaknya saja dia menjadikan Lee  budak, padahal Lee datang sebagai tamunya, kemarin.

".. Kau harus kasihan padanya. Sepertinya dia tidak sekaya yang kita pikir." Wajah Gu meminta dikasihani, "Kau tidak lihat wajah pucatnya? bahkan rasanya, sekali pukul, dia akan tewas." Gu menatap kedua telapak tangannya dengan tatapan nanar, tak kuasa membayangkan jika Lee kena pukulannya. "Lebih dermawanlah dengan orang miskin."

Shin tertawa renyah, "Kau mengatakan itu karena kau baru saja menerima uangnya, benarkan?"

"Tidak!" Sangkal Gu cepat, sambil diam-diam tangan kanannya meremas saku kanan celananya yang berisi cek dari Lee.

"Jika masalah uang, aku akan pertimbangan lagi. Orang miskin sepertinya memang harus dikasihani." Ucap Shin sebelum meninggalkan meja makan.

🗡🗡🗡

Nginggggg

Lee memukul kepala bagian samping lalu menggeleng-geleng seakan merontokkan sesuatu dari kepala bagian sampingnya. Semua staf di ruang meeting, sontak menatap ke arah Lee dengan pandangan bingung.

"Ada apa?" Moryoung yang duduk paling dekat mewamewakili tatapan tanya seluruh staf.

"Telingaku berdenging. Aku rasa ada yang bicara buruk di belakangku." Tangan Lee masih memukul pelan kepalanya.

Mendengar firasat Lee membuat Moryoung tertawa gembira. Baru pertama kali dia mendengar ada orang yang berani menjelek-jelekan Lee. Dia harus mencari orang itu, lalu mengacungkan kedua jempolnya, mendukung.

Legend of the HalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang