Tidak seperti biasanya. Karena hari itu hari libur, Lee sengaja datang ke mansion lebih pagi. Pikirnya, untuk apa datang siang kalau di rumah juga tidak ada pekerjaan. Lebih baik datang lebih pagi, dia bisa bersantai lebih dulu, mendengar cerita dari Gu, atau menggoda Shin.
Ah, Lee penasaran dengan wanita yang selalu bersweater merah itu. Terkadang saat mereka mengobrol, mereka seakan berada di rel yang berbeda, tidak sambung. Tapi, ada saja yang membuat Lee selalu ingin dan ingin mendekati wanita itu.
Wah, apa aku sudah jatuh ke dalam pesonanya?
Gumam Lee sambil menatap Shin yang tengah memetik buah persik di halaman samping. Dagunya ia tumpukan pada tangan kanannya, mencari posisi nyaman untuk menatap wanita itu.
Setiap kali memetik, Shin tidak pernah mengambil banyak. Hanya satu keranjang bambu kecil, yang kira-kira cukup untuk memenuhi piring buahnya. Buah yang tak sempat Shin petik pun, jatuh ke tanah terbuang sia-sia. Tapi wanita itu keukeuh, tidak boleh ada seorang pun yang memakannya. Aneh, padahal dia juga tidak pernah melihat Shin memakannya.
Meski aneh, Lee tidak peduli. Buktinya, sudah sepuluh menit, dan posisinya masih belum juga berganti. Matanya tak bisa beralih ke arah lain. Tidak ada yang lebih menarik daripada Shin. Itu yang diakui hatinys.
Gu yang baru saja mengambil salah satu koran di perpustakaan, mulai terpancing oleh kehadiran Lee. Dia melihat jam di dinding, masih pukul 7.40 pagi.
"Sangat rajin. Tidak salah Shin memperkerjakannya." Gumamnya lalu menghampiri Lee.
"Tumben, kau sudah datang?"
Hening
Tak ada jawaban. Bahkan kepala Lee menoleh saja, tidak. Gu mengamati arah pandangan pria itu. Sebelah alisnya terangkat, terkejut, sebelum senyum jahilnya muncul.
"Dia cantik, kan?" Gu sedikit berbisik.
Tapi anehnya, Lee mengangguk memberikan respon. Padahal kalimat pertamanya tadi dengan suara yang lebih jelas dan lantang.
"Kau menyukainya?"
Lagi, Lee mengangguk memberi jawaban atas pertanyaan Gu yang di lontarkan hanya dengan suara berbisik.
Srett
Lee menoleh cepat ke arah Gu. Dia terkejut, dan baru sadar menjawab pertanyaan, secara tidak sadar.
Kedua ujung bibir Gu terangkat bersamaan dengan kedua alisnya. Dia menahan tawa dengan ekspresi yang menyebalkan.
"Kau menjebakku?"
"Tidak. Kau sendiri yang menjawabnya." Dia mengedip-kedipkan matanya, "Jadi, kau menyukai Shin?"
"Tidak."
"Kau baru saja mengakuinya tadi." Gu menusuk-nusukkan telunjuknya ke perut Lee, menyuruhnya mengaku.
"Sshh" Desis Lee, ketahuan.
Sejak awal bertemu dengan Shin, dia memang sudah tertarik. Tapi, ini masih terlalu dini untuk terang-terangan mengakuinya. Apalagi melihat wajah-wajah seperti Gu, yang tidak bisa dipercayai.
"Aku tidak pernah mengakuinya."
Gu memberikan ekspresi kecewa, "Padahal aku bisa membantu mu, jika saja kau jujur."
Cling!
"Kau benar akan membantuku?" Antusias Lee.
Ting!
Gu melirik Lee dengan cepat. Sungguh mudah sekali memancing pria ini.
"Jadi benar, kau menyukainya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Legend of the Halam
FantasyIni adalah kisah tentang sebuah ikatan yang sudah terjalin sejak 1400 tahun yang lalu, antara sepasang kekasih dan sang putra mahkota. Shin wanita yang tampak berada pada usia 30 tahun itu ialah seorang pembunuh bayaran. Selain Gu, tak ada yang ta...