(2) Dream

90 6 0
                                    

Aku terus berlari sembari memegang gaunku, sial aku tidak boleh tertangkap lagi. Ku mohon dewi fortuna berpihak lah padaku sekali ini saja. Lorong di depan seperti tidak berujung, lagi-lagi aku berada di sini. Berada di tempat yang sama di mimpi sebelumnya. Sebenarnya aku dimana?

Tanpa pikir panjang aku masuk ke sebuah ruangan besar di persimpangan lorong, lampu lorong berkelap-kelip seolah mengikuti pergerakan langkah kakiku yang tergesa. Aku bersender di pintu besar berbahan dasar kayu mahoni, demi Tuhan tempat ini sangat besar.

Aku mendengar suara derap langkah kaki yang melewati ruangan tempat aku bersembunyi, suaranya semakin jauh dan menghilang. Aku menghela nafas panjang dan terduduk lemas. Aku menangis, beberapa kali aku memejamkan mata dan membuka mataku kembali, berharap aku terbangun dari mimpi mengerikan ini. Tapi mimpi ini begitu nyata, aku sampai tidak bisa membedakannya dengan dunia asli ku.

Aku berdiri ketika mendengar suara berat itu memanggil namaku, aku membungkam mulutku dengan tangan. Mencoba menempelkan daun telingaku ke arah pintu. Dari mana ia tahu namaku?

" Aku tahu kau di dalam sana, Isabella. "

" Kau pikir kau bisa lari dariku? "

" Buka pintunya selagi aku masih baik denganmu. "

Suara itu ..
Suara yang aku dengar di mimpi kemarin, apa dia orang yang sama? Aku menggeleng dan menjauh dari pintu. Ruangan ini sangat gelap, hanya ada siluet cahaya masuk dari jendela kecil di atas sana.

Aku mendengar suara pintu itu di ketuk dengan sangat keras, aku mulai panik. Aku tahu ini mimpi, kalaupun terjadi sesuatu denganku bukan kah tidak akan terasa? Tapi aku bersumpah ini sangat nyata. Tuhan, bangun kan aku sekarang ku mohon.

BRAKK !!

Aku menoleh dan terkejut bukan main, pria dengan jubah hitam itu masuk dan dengan cepat berada di hadapanku, aku tidak bisa dengan jelas melihat wajahnya, yang aku tahu ia memiliki bola mata merah dan.. Astaga apa itu taring?
Tangan kekarnya mencengkram rahangku, ini sakit aku bisa merasakannya, aku meringis dan mencoba melepaskan cengkramannya.

" Lepaskan aku ku mohon "

" Memohon lah, aku tidak akan melepaskanmu. "

" Apa maumu? "

" Aku menginginkan darahmu. "

Aku terbangun dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhku, jantungku berdetak dengan kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhku, jantungku berdetak dengan kencang. Aku merasakan nyeri di sekitar rahangku. Aku berdiri dan menyalakan lampu kamarku, berjalan ke arah cermin. Aku melihat rahangku memerah, aku memegang bekas kemerahan di rahangku.

" Ini seperti nyata.. "

Aku melihat ke arah jendela kamarku, berjalan ke arah gorden yang terbuka dan bergerak, angin di luar berhembus kencang dengan hujan badai yang menyertai. Aku menghela nafas panjang, lagi-lagi aku lupa menutup jendela kamarku. Aku menutup jendela kamarku dengan susah payah karena angin yang berhembus dengan kencang, sepertinya mulai besok aku harus menutup jendela kamarku lebih awal.

DARKNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang