Pria itu menatap tajam ke arah adiknya, ia mulai mencekik leher adiknya dan menghempaskan tubuhnya ke dinding. Tidak ada yang berani bergerak, mereka semua hanya diam menonton perkelahian yang menurut mereka sudah sangat biasa terjadi di antara kakak beradik mengerikan itu.
" Bodoh! Aku menyuruhmu membawanya ke sini, Baron. "
" Sudah aku katakan, ia bukan Charlotte! "
" JANGAN MEMBANTAHKU ! "
Pria itu mengibaskan jubahnya ke belakang, matanya memerah. Tergambar jelas jika ia sangat marah dengan adiknya itu.
" Siapa pun dia, dia sangat mirip dengan
Charlotte "" Charlotte telah lama meninggal, bukan kah itu juga karena ulahmu, Zavier? "
Pria itu menatap marah kepada adiknya, jika saja ia tidak memiliki belas kasihan mungkin ia sudah sedari dulu membunuh adiknya. Pria itu terlalu banyak membantahnya, dan ia tidak suka di bantah.
" Aku seperti ini bukan karena keinginan ku, kau tahu itu. "
" Terima saja nasibmu Zav, kita memang terlahir sebagai manusia tapi tidak berakhir sebagai manusia "
Pria yang di sebut namanya itu menatap dingin sang kakak dan mengusap lehernya yang tadi sempat menjadi sasaran empuk sang kakak, ia berdiri tepat di hadapan sang kakak, Zavier. Menatap mata merahnya dan tersenyum miring.
" Aku akan membawanya kepadamu, tapi jika dia bukan Charlotte, maukah kau melepaskannya? "
Aku tersenyum kepada pria di hadapanku ini, wajah tampan dan senyum kotaknya membuat keresahan hatiku memudar. Jujur saja, aku masih memikirkan perihal vampire dan serigala itu. Aku ingin bertanya kepada Baron, barang kali saja ia mengetahui hal lainnya. Walau begitu ia dan Angel adalah penduduk lama di sini kan? Mungkin saja ia bisa menjelaskan yang sebenarnya padaku.
" Baron, aku ingin bertanya sesuatu padamu "
Ku lihat ia menatapku, mata hazelnya yang meneduhkan itu. Kita hanya duduk di sebuah kedai coffe, hanya aku sepertinya yang minum sedari tadi. Ia hanya memesan tapi tidak menyeruput kopi di hadapannya barang sekali. Mungkin ia tidak menyukai kopi, pikirku.
" Apa kau tahu mitos di kota ini? "
" Tentang apa? "
" Vampire "
Ku lihat ia memperbaiki posisi duduknya, sesekali ia berdehem dan kembali menegakkan tubuhnya. Tubuhnya bahkan terlihat kaku jika di lihat dari sini, ia hanya sesekali bergerak dalam duduknya.
" Mengapa kau bertanya soal itu? "
" Angel, dia banyak bercerita tentang mitos di kota ini. Aku juga tidak terlalu mempecayainya, sih. "
Aku mengangkat gelas di hadapanku, menyeruput kopi hangat sembari menatapnya. Tatapan matanya tajam, ia seperti tidak berkedip saja. Terkadang tingkah lakunya terbilang aneh, tapi ia cukup mahir membuatku tertawa.
" Kau percaya vampire itu ada? "
" Tidak "
" Bagus "
Aku menghela nafas panjang, aku jadi teringat soal bayangan hitam yang beberapa hari ku lihat melintas di taman kota itu.
" Kau ingat saat aku menelponmu dan menyuruhmu menjemputku? Sebenarnya waktu itu aku sedang ingin pulang dari latihan balet, aku melewati taman kota yang sudah lama tutup. Dan... aku melihat bayangan hitam melintas cepat di hadapanku "
Ku lihat raut wajahnya berubah, ia sedikit terkejut namun sangat singkat. Sehingga aku tidak bisa menerka, ia terkejut atau ingin tahu ceritaku lebih jelas. Ia menggerakkan bahunya dan masih menatapku.
" Apa kau tahu sesuatu tentang taman kota itu? "
" Kenapa kau ingin tahu sekali? "
Aku terdiam, sepertinya ia sedang tidak ingin membahas mitos konyol itu. Ia berdiri dan mengajakku pulang, aku mengikutinya. Ia masih diam sampai kami berada di dalam mobil hitam miliknya. Ia menjalankan mobilnya melaju dengan ketinggian di atas rata-rata, aku menatapnya dari samping. Rahangnya mengeras, matanya fokus ke depan. Apa yang membuatnya semarah ini?
" Apa kau marah padaku? "
" Tidak. "
" Lalu kenapa? "
" Tidak apa-apa. "
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS
FantasyAku adalah seorang gadis polos berhati malaikat, sebelum kau datang merubahku menjadi seorang iblis. -𝐼𝑠𝑎𝑏𝑒𝑙𝑙𝑎 Aku adalah seseorang yang di takdirkan menjadi iblis, sebelum kau datang dan menghidupkan kembali detak jantungku. -𝑍𝑎𝑣𝑖𝑒𝑟 A...