Aku baru saja menginjakkan kaki ku kembali ke rumah, seharian penuh aku menghabiskan waktu bersama sahabat yang sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri. Ya, siapa lagi kalau bukan Angel. Hari ini, umurnya genap menginjak 22 tahun. Gadis cantik itu sempat menangis tadi karena terkejut dengan kado yang aku berikan untuknya. Aku sangat bersyukur bisa mengenal gadis sebaik dia, semenjak aku pindah ke sini 6 bulan lalu aku belum mendapatkan teman. Hanya Baron, itu pun kami jarang sekali bertemu, untung lah Tuhan memberikan Angel untuk menemani hari-hari ku yang membosankan ini.
Aku menghempaskan tubuhku ke kasur, menatap langit-langit kamar dan memejamkan mata sebentar. Tinggal sendiri di rumah ternyata bukan lah hal yang menyenangkan, aku benci situasi seperti ini. Tapi di sisi lain, aku tidak ingin pulang ke rumah lama ku, ibu ku tentu saja tinggal bersama dengan ayah tiri ku.
Drttt..
Aku mengambil ponsel ku yang bergetar, masih dengan posisi berbaring aku mengangkat telfon dari teman yang sedari beberapa hari lalu ini tidak memunculkan batang hidungnya di hadapanku.
" Halo, Baron "
" Besok? Sepertinya tidak ada "
" Berkunjung ke rumahmu? Mengapa tiba-tiba sekali? "
Dan di sini lah aku sekarang, di halaman rumah keluarga Baron. Tidak, sepertinya rumah ini tidak pantas hanya di sebut rumah, istana mungkin? Bangunannya sangat besar dan bergaya klasik yunani kuno. Seperti istana jaman dahulu namun masih terkesan modern di era sekarang, aku mengikuti Baron dari belakang sembari menunggunya membuka gerbang yang ku tebak tingginya 4-5 meter. Aku tak henti-hentinya berdecak kagum, ternyata Baron adalah anak dari keluarga kaya raya.
Selama perjalanan tadi hingga sekarang Baron tidak mengeluarkan sepatah kata pun, aku mencoba mengejarnya yang ternyata sudah berada 3 meter di depan. Astaga, aku terlalu terkesima dengan istana megah ini.
" Apa kau tinggal sendiri di sini? Sedari tadi aku lihat tidak ada seorang pun. Padahal, rumah ini maksud ku istana ini sangat luas dan megah "
Ia menghentikan langkahnya dan menatapku, aku yang terkejut pun lantas berhenti dan menatap bingung. Apa? Kenapa ia menatap ku seperti itu? Aku menunduk dan melihat pakaian yang hari ini aku kenakan, oh apa karena aku tidak memakai gaun? Tapi, aku tidak memiliki gaun. Lagi pula ia tidak berkata rumahnya sebesar istana seperti ini.
" Apa.. ada yang salah dengan pakaianku? "
" Mau kah kau menuruti ucapan ku? "
" Ya? "
Aku makin di buat heran dengan ucapannya, ia menarik pelan ikatan rambut ku hingga membuatnya tergerai. Ia mengantongi ikat rambutku di saku blazer panjang yang sedang ia kenakan, belum sempat aku bertanya kenapa ia sudah lebih dulu mengeluarkan suara beratnya itu.
" Apapun yang terjadi nanti, tolong jangan menjauh dari ku. Tetap di sampingku, dan jangan banyak bertanya. Kau mengerti? "
Aku terdiam sebentar, masih mencoba mencerna apa yang Baron ucapkan, ia melanjutkan jalannya. Aku berjalan di belakangnya sembari masih memikirkan perkataannya barusan. Kami sudah sampai di depan istana milik keluarga Baron, aku tidak berbohong ini seperti istana bukan? Bagaimana bisa ia menyebut ini sebagai rumah?
Aku masuk melalui pintu utama, benar-benar sepi. Tapi rasanya tidak mungkin ia tinggal di sini sendirian. Masih dengan kebingungan yang menghantui pikiranku. Kami menaiki anak tangga yang di desain melingkar, benar-benar sangat mewah. Dengan perpaduan warna coklat tua dan hitam menambah elegant bangunan ini. Aku terkejut ketika sampai di lantai 2, ruangan dengan lampu redup sama dengan ruangan di lantai dasar, namun masih terlihat jelas arsitektur bangunan dan warna pada dindingnya.
" Kalian sudah datang "
Aku terkejut mendengar suara itu, suara yang sepertinya sangat tidak asing di telingaku. Aku melihat siluet bayangannya mendekat, dan sekarang ia berdiri 2 meter tepat di depanku dan Baron. Nafasku seketika tercekat, pria ini adalah pria yang beberapa hari terakhir ada dalam mimpiku. Masih dengan ekspresi terkejut, matanya menatapku. Seperti terhipnotis akan karya Tuhan yang teramat sempurna, jantungku berdegup dengan kencang, otakku tidak bisa berfikir dengan jernih untuk sekarang. Ia tersenyum kecil masih dengan menatapku dan aku dapat dengan jelas melihat itu.
" Apa ini nyata? "
" Atau sekarang aku sedang bermimpi? "
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS
FantasyAku adalah seorang gadis polos berhati malaikat, sebelum kau datang merubahku menjadi seorang iblis. -𝐼𝑠𝑎𝑏𝑒𝑙𝑙𝑎 Aku adalah seseorang yang di takdirkan menjadi iblis, sebelum kau datang dan menghidupkan kembali detak jantungku. -𝑍𝑎𝑣𝑖𝑒𝑟 A...