Aku adalah seorang gadis polos berhati malaikat, sebelum kau datang merubahku menjadi seorang iblis. -𝐼𝑠𝑎𝑏𝑒𝑙𝑙𝑎
Aku adalah seseorang yang di takdirkan menjadi iblis, sebelum kau datang dan menghidupkan kembali detak jantungku. -𝑍𝑎𝑣𝑖𝑒𝑟
A...
Aku kembali ke istana megah milik keluarga Charles lagi, setelah malam menjelang Baron membawaku kembali ke sini. Ia menjelaskan jika aku berlama-lama di luar akan sangat berbahaya. Tenang saja aku sudah bilang kepada Angel bahwa aku pergi mengunjungi ibuku kembali, aku terlalu banyak berbohong kepadanya, tapi aku sudah berjanji pada Zavier untuk merahasiakan keberadaan mereka pada siapa pun.
Baru sejam yang lalu, Eliza memberikanku perlengkapan wanita yang sangat banyak. Bagaimana tidak, lemari besar itu sudah penuh dengan gaun-gaun cantik dan baju-baju rajutan berbahan mahal. Ada beberapa baju biasa seperti kaos, pakaian dalam, dan masih banyak lagi. Eliza bilang ia adalah adik bungsu dari keluarga Zavier, ia sempat bercerita bahwa ia dulunya pun adalah seorang putri kerajaan yang nyaris di bunuh ibu tirinya karena mengincar harta warisan ayahnya, sebelum ia bertemu Charles dan pria itu merubahnya menjadi seorang vampire.
Tok tok !
" Ya, tunggu sebentar "
Aku mulai terbiasa dengan gaun yang ku kenakan, walau terkadang aku nyaris tersandung dan hampir terjatuh. Aku membuka pintu kamar dan mendapati Zavier dengan nampan berisi makanan di yang ia bawa. Aku sedikit menggeser tubuhku, pria tampan itu masuk dan menaruh nampan itu di meja samping tempat tidurku. Entah sadar apa tidak, aku menutup pintu kamarku dan berjalan menghampirinya.
" Terimakasih, Zavier. Maaf aku sangat merepotkan "
" Aku merindukanmu. "
Deg !
Aku mendongak dan menatapnya, apa aku salah dengar? Tidak, pendengaran ku masih sangat baik. Zavier menarik pelan tanganku dan membawaku ke pelukannya. Aku masih tidak percaya seratus persen jika ini nyata, sepertinya aku sedang berhalusinasi. Tangannya mengusap rambutku lembut, jantungku sudah ingin keluar dari tempatnya sekarang.
" Aku benar-benar sangat merindukanmu. "
" Kau pasti sangat merindukan Putri Charlotte, ya? "
Zavier melepas pelukannya dan menunduk menatapku, aku membuang pandanganku ke sembarang arah. Tidak, pria ini sangat bisa membuatku salah tingkah sendiri. Tangannya terangkat dan dengan ragu ia mengusap pipiku lembut, aku memejamkan mataku merasakan tangan dingin itu mengusap pipiku.
" Tidak, aku merindukan Isabella bukan Charlotte. "
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Kau ingin kemana, Baron? "
" Aku ingin ke kamar Isabella dan memanggilnya turun untuk makan "
" Zavier sudah lebih dulu mengantarkannya makan "
" Zavier? "
Cristian mengangguk, ia duduk di sofa dan mengambil koran lalu membacanya. Baron masih berdiri di bawah tangga, ia dengan cepat melangkahkan kakinya menaiki tangga. Dengan sangat cepat ia sudah berada di depan kamar Isabella, ia memegang knp pintu dan membukanya pelan. Langkahnya terhenti saat melihat Zavier yang sedang memeluk Isabella, rahangnya mengeras, ia memcengkram kuat knop pintu itu dan menutupnya pelan.
" Ada apa? "
Baron melangkah cepat meninggalkan Eric yang sedang di landa kebingungan, ia mengangkat bahunya acuh dan berjalan melewati kamar Isabella.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku dan Zavier berdiri di balkon yang langsung menghadap ke pegunungan indah di depan sana, malam ini purnama masih setia menerangi. Sesekali aku menoleh ke samping, Zavier sepertinya sedang memikirkan sesuatu tapi aku tidak tahu apa itu. Ingin bertanya pun sepertinya aku tidak bisa, aku kembali melihat ke depan dan memejamkan mata ketika angin menerpa wajahku.
" Apa kau nyaman berada di sini? "
Aku membuka mataku dan mengangguk, masih setia memandang indahnya bulan. Zavier berbalik dan bersandar pada balkon, dia menatapku dengan senyuman khas di bibirnya. Aku membuang pandanganku, pria ini benar-benar.
" Kenapa tidak ingin menatapku? "
" Kau, matamu, sangat indah .. "
Bibirku dengan lancar mengeluarkan kata hatiku, apa-apaan ini. Aku menutup mulutku dan menggeleng.
" Bukan, maksudku aku- "
" Hm? "
" Tidak, lupakan "
Aku lagi-lagi merutuki kebodohanku sendiri, aku menggigit bibir bawahku kuat. Sesekali aku meliriknya dan masih sama, ia masih menatapku dengan tatapan mematikan itu, oh jangan lupakan senyum miringnya yang menambah ketampanannya.
" Isabella "
" Ya? "
Aku memberanikan diri menatapnya kala suara indah itu memanggil namaku, ia menegapkan tubuhnya dan menyelipkan rambutku di belakang telinga. Aku mati-matian mengontrol detak jantungku, Zavier kau benar-benar. Zavier mendekatkan wajahnya dan membisikkan kata-kata yang sepertinya bisa membuatku susah tidur malam ini.