(13) Wolf

15 8 0
                                    

Tubuhku seperti kaku dan tidak bisa di gerakan, seekor serigala besar telah menghadang jalanku. Aku tidak henti-hentinya merutuki kebodohan ku sendiri. Seharusnya aku mengiyakan Baron untuk mengantarku pergi tadi, untuk teriak saja rasanya suaranya tidak bisa keluar.

" Ku mohon.. ku mohon jangan sakiti aku "

Aku melangkah mundur, serigala besar itu sudah berada di hadapanku. Jaraknya hanya kurang lebih 1 meter di hadapanku, punggungku menabrak sesuatu yang keras dan kokoh. Aku memejamkan mataku dan berteriak kencang, bagaimana jika di belakangku adalah salah satu dari mereka? Manusia serigala.

Srekk !

Aauuu !

Aku mendengar lolongan serigala itu yang kesakitan dan berangsur menghilang. Aku memberanikan diri membuka mataku ketika merasa ada sebuah tangan yang memelukku dari belakang. Aku mendapati Baron yang sudah berdiri tepat di hadapanku, wajahnya sangat khawatir. Jika di hadapanku Baron, lalu yang memelukku siapa?

" Apa kau tidak apa-apa? Sudah ku katakan jangan melarangku menemanimu. Keras kepala sekali. "

Aku mengangguk pelan, sepi senyap. Suasana malam sangat mencekam, hanya terdengar suara deru nafasku yang masih terengah-engah. Aku menunduk melihat sebuah tangan yang masih setia memelukku, tanpa pergerakan sedikit pun darinya. Baron pergi sebentar untuk mengecek keadaan, apakah serigala itu sudah benar-benar pergi atau hanya sekedar bersembunyi. Aku menolehkan kepalaku dan mendongak, aku melotot tatkala mendapati sepasang manik indah itu menatapku. Lagi-lagi jantungku berdebar, Zavier ya itu dia. Rahangnya mengeras, matanya masih menatapku dalam.

" Tetaplah seperti ini. "

Suaranya masuk ke dalam telingaku dan dapat ku rasakan banyak kupu-kupu berterbangan di perutku. Astaga aku sangat berlebihan, tapi jarak wajah kita sangat sangat dekat. Aku diam dan tidak berniat menjauh, lagi pula aku masih takut kalau-kalau serigala itu kembali.

" Sudah aman, mari ku antar kau pulang "

Entah sejak kapan aku sudah terlepas dari pelukan Zavier, aku menatap tanganku yang di pegang erat oleh Baron. Dengan secepat kilat ia membawaku keluar dari zona tidak aman itu. Tidak aman karena ada serigala tadi, dan sangat tidak aman untuk jantungku jika terus bersama Zavier.

 Tidak aman karena ada serigala tadi, dan sangat tidak aman untuk jantungku jika terus bersama Zavier

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Jadi benar feelingmu, Zavier? "

" Ya, Damian. "

" Ku rasa ini bukan sebuah kebetulan semata "

Eric berjalan menghampiri Zavier dan Damian yang sedang berdiri menghadap ke arah jendela yang menampakkan kegelapan malam.

" Apa kau benar-benar tidak menyukainya? "

" Aku tidak tahu. "

" Jika aku membunuhnya sekarang, bagaimana? "

Zavier menengok cepat ke arah suara Cristian, matanya berubah seketika menjadi merah dan dengan cepat ia mencengkram leher Cristian dan membanting tubuhnya ke tembok.

" Argh! Aku tidak benar-benar dengan ucapan ku bodoh "

" APA KAU INGIN MATI? "

Damian yang melihatnya hanya menggeleng pelan, dengan cepat ia menghampiri Cristian dan membantunya berdiri. Sebelum Zavier melangkah untuk menyerang Cristian kembali, Eric dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Zavier dan membuatnya tenang kembali.

" Kendalikan emosimu, Zavier. Kau hampir membunuh kakakmu "

" Kau seperti tidak tahu Cristian saja, kenapa kau akhir-akhir ini sangat sensitif jika kita membicarakan hal tentang Isabella? "

Eric yang merasa Zavier sudah cukup tenang pun melepaskan cengkeramannya, namun Zavier masih dalam pengawasan Eric. Matanya mengikuti pergerakan Zavier, ia tahu kakaknya ini sangat mudah di hentikan namun sangat sulit jika ia sudah sangat marah. Zavier mengusap rambutnya ke atas dan mengusap kasar wajahnya. Ia terduduk di sofa dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

" Kau sangat mengkhawatirkannya kan? Aku hanya mengetesmu saja, Bung. "

Cristian duduk di samping Zavier dan menepuk punggung adik kesayangannya itu, ia tersenyum ketika melihat wajah frustasi Zavier. Adiknya yang ia kenal sangat dingin dan irit bicara ini ternyata luluh dengan seorang gadis yang sangat mirip dengan masa lalunya itu.

" Aku tidak mengerti, tapi selama ia tidak di sini aku benar-benar sangat mencemaskan nya. "

" Baron akan menjaganya, kau tenang saja. "

" Aku tidak tahu jika kami datang terlambat semenit saja, mungkin Isabella sudah di culik oleh Jack, atau bahkan di bunuh. "

" Sudahlah, Zavier. Besok Baron akan membawa kembali Isabella kepadamu. "

" Aku bisa gila jika seperti ini terus menerus. "

Zavier mengacak-acak frustasi rambutnya, Cristian mengusap rambut adiknya itu dan menatanya kembali. Sesekali ia melirik Damian dan Eric yang tersenyum dengan reaksi berlebihan Zavier kepada gadis manis itu.

DARKNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang