PROLOG

1K 78 9
                                    


°°Heppy Reading°°

Suasana hening di pagi hari, hanya terdengar kicauan burung. Teriakan seorang ibu yang akan membangunkan tidur pagi anaknya tidak akan terjadi di rumah ini. Ya begitulah dengan umi, karena diriku yang bangun sendiri maka akan tidak ada drama di dalam tv.

Setelah berpenampilan rapi aku pun turun ke bawah. Ingin sekali perut ini ku isi dengan masakan yang dibuatkan umi. Membayangkannya saja sudah membuatku gila. Di sana di meja makan sudah terhidang sasaranku sejak tadi. Tetapi, sesuatu yang aneh membuatku enggan mendatangi umi saat abi membawa orang lain memasuki rumah.

Aku melihat dari pertengahan anak tangga saat umi juga menghampiri mereka. Dia wanita sebaya dengan umi adalah tante Sarah, teman dekat keluargaku. Dan abi membawa laki-laki yang merupakan suami perempuan tadi.

Sekarang kami duduk di meja makan menyantap sarapan pagi bersama-sama. Setelah membersihkan semua kekacauan mereka duduk di ruangan keluarga. Awalnya hanya pembicaraan kecil yang biasa mereka lakukan setiap kali bertemu. Ya, aku sudah mengenal mereka begitu pun sebaliknya. Tetapi, laki-laki yang barusan bersalaman dengan ramah tiba-tiba mengubah semua suasana.

Umi yang sejak tadi mengabaikanku kini tersenyum ke arahku. Sudah ku duga, ini tidak akan baik akhirnya.

Ku pasang telinga ini agar bisa mendengar dengan jelas perkataan ke lima orang di sini. Seketika aku hampir saja terkena serangan jantung saat kenyataan menyadarkanku bahwa mereka telah melamarku.

Aku melirik laki-laki yang kiranya seusia denganku. Dia yang baru saja ku dengar namanya, Ariyan Syairazy. Wajah yang tampan, tinggi putih dengan tubuh yang pas. Bagaimana bisa laki-laki setampan itu melamarku?

Aku memutar bola mata dan membuang pandangan ini. Ingat ada dosa yang mengalir saat aku melihat serta memujinya. Untung saja mereka memberikan waktu agar aku bisa menolak lamaran tersebut. Enak saja dia melamarku, aku saja belum memikirkan pernikahanku.

Aku Dalia Syadza Nashira wanita muda yang sangat tertutup dan jarang keluar rumah serta menjaga jarak dengan laki-laki malah disuruh hidup bersama makhluk satu itu. Tidak! Jangan sampai itu terjadi secepat ini.

Di umurku yang genap 22 tahun memang sudah memasuki usia untuk membangun rumah tangga. Namun, tidak dengan diriku yang masih ingin bebas tanpa ada ikatan sebagai istri orang. Laki-laki yang dipanggil Ari itu tidak terlalu jauh dariku, ia lebih tua 2 tahun, hanya segitu. Ya, aku tahu ini bukanlah sebuah perjodohan melainkan lamaran secara dadakan. Bagiku perjodohan mau pun lamaran tidak ada dalam kamusku.

Aku tidak mau menikah umi, jeritku dalam hati.

Untung saja tidakku keluarkan atau bisa saja mereka semua menganggapku wanita gila.


°°°°°

Hello, gimana awalannya?
Semoga suka ya
Ikuti terus!

08 February 2021

The Best Imam (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang