Sorry.

1.3K 153 13
                                    

Ten tampak duduk dengan tenang sembari mengetik beberapa hal yang ada di laptop nya. Sesekali ia menyeruput kopi yang ada di sebelahnya, seperti biasa ditemani secangkir kopi sembari mengerjakan sesuatu yang menjadi kewajibannya. Pandangan netra nya memang menatap pada layar laptop, namun pikiran nya tidak berada disana. Ia tidak sepenuhnya berada di ruangan itu. Raganya memang sedang berapa disana namun batin nya tidak.

Ten melepaskan kacamata nya yang sudah dua jam lebih bertengger di hidung nya. Ia mengerjapkan matanya berkali kali lalu memijat pelipisnya, lalu menghela nafasnya.

" Aku merindukan mu." Monolog Ten sembari menatap langit langit kamarnya. Ia terdiam dan ia sibuk dengan pikirannya, memikirkan dia yang sekarang tidak ada di sampingnya. Dia yang menjadi alasan Ten untuk tetap berada di dunia, dia yang selalu Ten pikirkan, dia yang mengisi semua kekosongan hidup Ten. Kau tahu siapa? Iya, dia adalah Johnny Suh.

Laki laki yang memiliki fisik yang sempurna, tingkat kecerdasan yang luar biasa, dan kehebatan nya dalam bermusik juga laki laki yang kini sedang melakukan tour dunianya. Tidak, dia bukan seorang idol atau penyanyi. Dia adalah seorang pianist hebat yamg berasal dari Korea. Lihat? Beberapa fakta diatas tentang Johnny Suh, berhasil membuat Ten tidak percaya diri untuk dekat dengan lelaki hebat seperti Johnny, sehingga sampai saat ini mereka tidak bisa kembali bersama.

**

2 Tahun Sebelum nya.

" Jika kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan Ten ?" Tanya Johnny sembari tersenyum manis dihadapan Ten.

Ten tampak berpikir sejenak, ia benar benar menganggap pertanyaan Johnny ini penting. " Aku akan mengadakan tour dunia dan memperkenalkan pada dunia bahwa aku adalah seorang pianist hebat." Ten mengacungkan ibu jarinya sembari terkekeh.

Johnny pun ikut terkekeh, sembari ia mengagumi keindahan di depan nya. Iya, maksudnya adalah tawa Ten yang sangat ia sukai ditambah Ten tertawa karena dirinya.

" Aku menyayangimu Ten." 

" Aku lebih menyayangimu John." 

" Drrrt." Ponsel Johnny berbunyi, terlihat kontak 'mama' dilayar ponselnya, Johnny langsung mengangkatnya.

" Hallo Ma?"

" Aku tahu kau sedang bersama laki laki Thailand itu. Jika kau tidak pulang dalam 15 menit maka aku akan menambah semua jadwal latihan mu, kau ini sadar tidak jika kau akan mengadakan tour ?"

" Aku tahu."

" Pulang."

" Aku masih punya banyak waktu."

" Jika ku bilang pulang ya pulang, masih berusia 18 tahun dan masih di biayai oleh ku saja kau berani menolak."

" Baik, aku pulang."

Johnny menutup sambungan telfon. Ia bisa melihat wajah Ten yang sedang mengerucutkan bibirnya dan menatap sedih pada dirinya. Johnny pun mengelus surai hitam Ten, tak lupa ia mencubit pipi Ten yang tampak berisi.

" Jika kau sedih, aku akan lebih sedih lagi. Jika kau senang maka aku akan menjadi orang paling beruntung, walau kita akan jarang bertemu nanti. Aku akan selalu menjadi milik mu." Johnny menggenggam tangan Ten lalu mengecup buku buku tangan Ten.

" Kau janji ?"

" Aku janji." 

" I love you."

" I love you more ten."

Johnny memeluk Ten. Ia memeluk laki laki mungil yang ia cintai, lalu mengecup puncak kepala kekasihnya lalu mengecup bibir Ten dengan lembut. Sungguh hari itu adalah hari terbaik dan terburuk yang dimiliki Johnny Suh.

Tanpa mereka sadari, hari itu menjadi hari terakhir mereka bersama. Hari itu setelah Johnny pulang, ia mendapati kabar bahwa Ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya, lalu setelah itu Ibunya menjadi lebih ketat dalam mengajari Johnny. Johnny dipaksa berlatih lebih dari lima kali hingga ia kelelahan dan ia tidak bisa bertemu Ten, bahkan untuk mengirikan pesan pun Johnny terkadang lupa karena latihan yang diberikan sangatlah keras. Sehingga, Ten menyadari bahwa disitulah ia harus menyerah pada keadaan. Ia menyerah pada semua hal, baginya mungkin hubungan antara dirinya dan Johnny harus berakhir sampai disitu saja.

**

Ten tersenyum, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Ah, tentu saja Ten itu tampan namun hari ini ia memakai tuxedo berwarna hitam dan akan menghadiri konser. Bukan konser biasa namun konser seorang pianist hebat yang tak lain adalah Johnny Suh.

Semenjak seminggu yang lalu ia selalu berusaha mencari tiket konser yang diadakan oleh Johnny. Ten tahu bahwa pasti sulit mencarinya karena Johnny adalah sosok yang hebat, namun Tuhan mempermudah dirinya dan inilah dia sekarang. Sedang tersenyum dan memperhatikan pantulan dirinya.

" Baik, aku siap sekarang." Ten melangkahkan kakinya keluar dari rumah nya dan berangkat dengan menggunakan mobilnya. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan Johnny, iya walau hanya sebagai audience, bukan kekasih Johnny.

Tak perlu waktu lama, Ten akhirnya sampai di sebuah gedung mewah. Gedung yang dijadikan tempat Johnny mengadakan konser.Ten masuk kedalam ruangan, ia berharap Johnny melihat dirinya jika ia duduk di barisan depan. Tak lama konser pun dimulai dan disana Johnny pun muncul, ia memulai aksinya.

Ten yang melihatnya tampak tersenyum dengan bangga, bahkan saat dipertengahan permainan Johnny, Ten tidak dapat menahan bulir bulir air matanya. Sungguh, Ten tidak bisa menahan rasa rindu dirinya pada Johnny.  Ten tidak bisa berbohong lagi pada perasaannya, ia sangat amat merindukan laki laki yang sedang memainkan piano di depan nya.

Namun pada saat permainan piano Johnny akan berakhir, muncul seorang wanita yang membawa biola dan mereka bermain bersama. Lalu saat mereka telah selesai, Johnny bangun dari duduknya dan merangkul wanita itu. Iya, dia merangkul wanita lain dihadapan Ten. Ten yang melihatnya hanya diam dan tidak bisa berkata kata, Johnny pun diberikan mic oleh salah satu staff. Ia tampak gugup dan gelisah.

" Hari ini, di konser terakhir saya. Sebelum saya menutup rangakain tour dunia saya. Saya ingin mengumumkan bahwa saya akan menikah bulan depan, dengan wanita yang ada di sebelah saya inj. Kami berterima kasih karena sudah hadir dalam penutupan konser saya, sekali lagi Terima Kasih." Johnny tampak tersenyum lebar bersama wanita itu dan semua yang hadir disana beridir dan bertepuk tangan meriah. 

Lalu Ten? Tolong. Hatinya sekarang seakan akan berserakan dimana mana, tolong air matanya bahkan menjadi lebih deras ketimbang yang sebelumnya. Lidah nya keluh, namun ia mencoba menyeka air matanya dan mencoba berdiri dan bertepuk tangan. Ten mencoba tersenyum. Senyuman yang menandakan dirinya telah kalah dan akan mundur dari kehidupan Johnny seutuhnya.

" Semoga kau selalu bahagia ya John." Batin Ten.

Kau tahu?

Johnny tidak bodoh dan bukan berarti ia jelas bisa melihat Ten. Johnny sepenuhnya sadar Ten ada disana semenjak dirinya masuk ke panggung dan hendak duduk di kursinya, Johnny bahagia bisa melihat Ten dari jauh. Namun keadaan mereka berdua tidak memungkinkan mereka bersama. Johnny tahu dirinya tidak akan bisa bersama Ten, Johnny juga tidak siap jika Ten nanti disakiti oleh Ibunya kelak.

" Aku yakin kau akan lebih bahagia bersama dengan orang lain, Ten." Batin Johnny.

Maka disinilah mereka.

Johnny dan Ten yang saling memandangi satu sama lain, yang selalu berharap mereka bisa bersama dan bahagia seuntuhnya. Namun keadaan terlalu kejam pada mereka, hingga pada akhirnya mereka hanya berakhir saling memandangi satu sama lain dan tidak bisa bersama. Namun saling mendoakan untuk lebih bahagia nantinya walau tidak bersama.

" Tidak memiliki satu sama lain, bukan berarti berhenti mencintai dan menyayangi bukan?" Batin Ten dan Johnny. 

**

HELLOOOO Aku rindu sekali menulis namun aku sedang  tidak bisa update dan di tambah aku sudah mulai kuliah huhuhu. Aku hutang series Johnny? dan update Hendery Haechan, tapi aku usahakan update salah satu dari mereka minggu ini :)

Terima kasih kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca one shoot ini :)

JohnTen (OneShot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang