bagian dudua

5.1K 972 209
                                    

Layar proyektor itu kini mati, tak ada gambar yang perlu ditunjukkan lagi. Seorang pria dengan ubun-ubun tanpa rambut itu menutup pembicaraan dengan salam, lalu merapikan map-map yang berada di dekatnya.

Sedangkan puluhan orang berhamburan,  berdesakan untuk keluar dari kelas itu. Termasuk Jeff, dengan langkah ceroboh ia menyelip di antara puluhan orang lainnya. Nggak sepadat itu sih aslinya, Jeff aja yang lebay.

"Ettt!!! Mau kemana pean??" Seseorang menarik kerah kemejanya, membuatnya terpaksa berhenti daripada nyolot.

"Ada urusan!" ucapnya tergesa-gesa. Berakhir nyolot juga.

Delvin, cowok itu menggelandang Jeff dengan tangan kanannya. Membuat Jeff berjalan mundur sambil uring-uringan.

"Apasih kan bisa ngomong baik-baik!!" Jeff pengen nangis aja rasanya. Jadi bahan tontonan coy! Kemana wibawa drummer Sourire yang digilai banyak wanita ini?

"Sama lo nggak bisa ngomong baik-baik, Jeff! Lo mau kabur dari latihan lagi? Kita biarin lo sesuka hati selama ini karena lo bilang lagi putus cinta, tapi kita tahu lo alot banget tolol. Mana mungkin lo ngerti tentang cewek?" Delvin kini merangkul Jeff agar lebih layak di pandang.

"Kan latihannya lusa gimana sih lo?" Jeff menyengkat tangan Delvin. Jeff tahu kalau Delvin nyamperin dia itu kalau nggak urusan band ya Dania.

Ayolah, Jeff lagi nggak pengen ketemu Dania sekarang. Yang dia pengen cuma pulang ke rumahnya—Ana—saat ini. Melepas rindu dengan lebih baik, dan memberikan apa yang seharusnya berada di tangan Ana.

"Anterin Dania ke perpustakaan kota, Jeff," ucap Delvin.

"Cok, ngapain sih? Kenapa lo selalu maksa gue? Gue nggak mau!" Jeff menatap Delvin kesal.

"Itu cewek nggak berani ngomong ke lo karena lo pasti bakal kayak gini. Kali ini aja lo temenin dia dan kasih dia pengertian, kalau lo nggak mau ya nggak mau. Jangan nggak jelas gini, kadang baik kadang kayak titisan setan," Delvin mendorong tubuh Jeff ke arah Dania yang sedang melambai ke arah mereka.

Jeff mendengus sebal, ia membenarkan tasnya yang melorot dari pundak. Lalu tersenyum menatap Dania. "Ayo cus!" ucapnya dengan senyum palsu dan langsung nyelonong dari sana.

"Makasih, Vin!" Dania melambai ke arah Delvin dan pergi mengekori Jeff.

👾👾

"Maaf ya, Jeff. Gue selalu ngerepotin lo," mereka kini beriringan masuk ke dalam perpustakaan kota yang cukup besar itu.

"Kenapa lo selalu minta tolong ke Delvin dulu sih? Delvin bukan makelar, dia juga sibuk," omel Jeff, bermaksud agar Dania tidak lagi merepotkan Delvin. Gini lho, biar langsung ke Jeff aja. Nggak usah pakai perantara.

Jeff sebenarnya nganggap Dania ya kayak temen sendiri, nggak papa direpotin sama temen. Tapi kalau perasaan yang dibikin repot, Jeff angkat tangan.

"Iya deh. Besok nggak gitu lagi gue," ucap Dania sambil menunduk. "Gue milih buku dulu ya, lo mau nunggu atau...,"

"Duduk!" jawab Jeff sambil menatap ke ruang baca.

Jeff langsung berjalan ke ruang baca tanpa menoleh ke arah Dania, fokusnya sudah teralihkan oleh gadis yang baru ia jumpai beberapa hari lalu. Dengan tudung hoodie yang menutupi hampir setengah matanya, terdapat tumpukan buku di sebelahnya, dan tangannya sibuk membuka halaman baru dalam buku itu.

"Hay!!" sapa Jeff. Ia meletakkan tasnya di atas meja dan mendaratkan bokongnya berhadapan dengan, "Ana!" panggilnya.

"Ini Meli,"

To : My Pretty Ghost 🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang