Bab 1

2.6K 494 86
                                    

Yukkkk cek ombak yukkkkk ☺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yukkkk cek ombak yukkkkk

Absen dulu yuk, tunjukan diri dulu bosen dong jadi silent reader 😆 mending ngobrol yuk sama akuh, ngobrolin bab ini di tiap inlinenya asik tau, kalau sempat pasti bakal aku balas atau siapa tau nanti sahut-sahutan sama pembaca lain, asal jangan pada berantem aja 🤣🤣
Seru deh, cobain aja
Cusss ☺

SATU

Dingin begitu terasa begitu Alika membuka pintu rumah, dilihatnya langit masih cukup gelap, biru pekat masih terlukis disana tanda matahari belum siap menampakan diri. Lantunan ayat dari masjid di ujung komplek terdengar, menyejukkan hati pendengarnya termasuk Alika. Gadis itu mengambil sapu lidi yang tersimpan diantara pot-pot tanaman milik sang ibu. Ditemani suara dari masjid ia membersihkan halaman depan yang dipenuhi dedaunan basah akibat hujan semalam. Usai itu ia bersama Hana -adiknya- mulai menata meja kayu yang tersimpan di garasi, meletakannya di depan rumah yang pagarnya baru ia buka setengah bagian.

Setengah lima pagi, Alika bersama adiknya biasa membantu ibu yang akan berjualan didepan rumah. Menata meja, termos nasi serta beberapa wadah gorengan. Biasanya jam lima semua sudah tertata rapi bersamaan dengan datangnya para pembeli yang mayoritas warga di lingkungan rumah.

Alika masuk ke dalam rumah setelah selesai menjalankan tugasnya, ia lalu bergegas mandi dan bersiap berangkat kerja, sedangkan adiknya  yang biasa membantu sang ibu berjualan sebelum berangkat ke kampus jam delapan nanti.

"Hana, airnya udah matang," teriak Alika yang baru keluar dari kamar mandi, dimatikannya kompor lalu berjalan menuju kamarnya, terlihat Hana berjalan melewatinya menuju dapur untuk membuat teh hangat.

Alika memilih kemeja polos berwarna peach dan celana bahan nude untuk dikenakannya hari ini, rambutnya diikat setengah bagian, ia lantas merias wajah, spons bedak ditepuknya pelan mengitari wajah, lipstik berwarna cherry  menghias bibirnya sempurna, sentuhan terakhir ia  semprotkan minyak wangi favoritnya lebih banyak dari biasanya. Alika mengambil tas kecilnya, mengecek kembali isinya lalu memasukan ponsel, sebelum meninggalkan kamar gadis itu kembali mematut diri didepan cermin memastikan penampilannya sudah rapi.

"Udah mau berangkat, Li?" tanya bu Siti, tetangga depan rumahnya yang sedang mengambil lontong.

"Iya, Bu Siti," jawab Alika sembari menebar senyum. "Bu, Lika berangkat," pamit Alika pada ibunya.

"Iya, hati-hati," kata ibu.

"Iya, mari bu Siti," ucap Alika sambil menganggukan kepala pada bu Siti.

"Oh iya iya," balas bu Siti.

Alika berjalan menuju jalan besar. Ia memang biasa menggunakan transportasi umum untuk sampai di tempat kerja. Motor yang ia miliki hasil kredit beberapa bulan ini dipakai oleh Hana untuk kuliah, agar lebih menghemat ongkos. Jarak dari rumah ke tempat kerja Alika cukup dekat hanya lima belas menit dengan angkutan umum, biayanya juga murah untuk pulang pergi tidak sampai sepuluh ribu rupiah.
Kalau ia sedang beruntung, ia bisa bertemu Berta dan menumpang di motor rekan kerjanya itu.

Falling in Love with Him, Again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang