Bab 4

2.2K 436 36
                                    

Empat

Malam ini Bogor terasa cukup dingin efek hujan sore tadi. Tapi dengan bodohnya Alika memilih es krim untuk dinikmati di cuaca seperti ini, berbeda dengan Prasetya yang baru saja menyesap kopi dari gelas kertas. Alika melirik Rea, karena ulah gadis kecil disampingnya ia kini terjebak bersama Prasetya. Bodoh, kenapa tidak menolak saat ditawari es krim? Siapa yang bisa berkata saat berhadapan dengan mantan gebetan! Ya, Alika hanya bisa "iya iya" saja saat Rea mulai memilihkan es krim untuknya dengan salah tingkahnya ia mengikuti Rea dan Prasetya mengelilingi rak untuk memilih beberapa snack. Ia bahkan keluar dari antrian ATM. Lupa tujuan utama kemudian terjebak di depan minimarket, duduk bersama dikursi yang disediakan sekedar menikmati cemilan seperti keluarga kecil yang tengah beristirahat usai bepergian.

Konyol.

"Masih suka dengerin lagu Mocca, Li?" tanya Prasetya.

Alika mengangkat wajah, sejak tadi ia tak berani menatap mata coklat milik Prasetya. Namun begitu lelaki itu mengangkat topik masa lalu Alika terpaksa melihat pemilik mata indah itu.

"Udah enggak," jawab Alika, bohong.

Prasetya tersenyum, lelaki itu meraih gawai yang sejak tadi diletakan di permukaan meja. Perlahan alunan lagu yang Alika kenali terdengar. Suara penyanyi yang dulu juga pernah menemani mereka.

"Saya masih suka dengar, beberapa lalunan lagunya bikin hati senang," ucap Prasetya tanpa ditanya. Tangannya meraih gawai yang tergeletak di permukaan meja, tak lama terdengar alunan lagu yang begitu Alika kenal.

If you got an eerie feeling after hanging up the phone

Mata Alika melotot ke arah Prasetya, sedangkan lelaki itu melipat bibir, menahan tawa.

"Laki-laki sialan! Kesambet apa gue dulu pernah suka sama ini orang," batin Alika, ia tidak menyangka Prasetya yang dulu ia anggap lelaki cool dengan pembawaan yang tenang ternyata seorang yang jahil.

Sialnya, Alika malah ikut mengikuti lirik-lirik yang dinyanyikan sang vokalis padahal tadi pagi ia sudah susah payah menghilangkan dari ingatannya sekarang ia kembali mendengarnya dan parahnya ia bertemu dengan penyebab ia ingin menghapus lagu itu dari muka bumi.

"Ayah, mau lagi boleh?" tanya Rea meminta es krim lagi.

Prasetya menggeleng. "Udah ya, nanti gigi Rea sakit," katanya yang diangguki Rea walaupun dengan wajah cemberut.

"Oti boleh?" tanya Rea.

Prasetya tersenyum sembari mengangguk, lelaki itu lantas bangun dari tempatnya menemani Rea memilih roti yang diinginkan. Meninggalkan Alika sendirian seolah memberikan waktu bagi gadis itu untuk bernostalgia diiringi melodi lagu.

Alika yang sendirian ingin sekali mematikan musik yang terputar, namun siapa dia berani memegang gawai Prasetya. Walaupun kini dirinya hampir gila, ia masih ingat tata krama.

"Mau kabur, tapi ini handphone takut ilang," gumam Alika.

"Ish! Ngeselin banget sih," sambungnya, mengomel pada angin.

Prasetya keluar bersama Rea, si kecil yang membawa dua bungkus roti kembali duduk di samping Alika. "Ini buat ibu, kata ayah bu Lika suka ikaya?" kata Rea.

Alika mengernyit, bingung dengan ucapan Rea tapi begitu melihat roti rasa srikaya matanya langsung menatap Prasetya tak percaya.

Dia tau?

Falling in Love with Him, Again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang